Banyak yang menghargai Anda, mengagumi Anda, dan mencintai Anda, walau ada yang meragukan Anda dan yang menjadi iri, berpikiran negatif hanya karena ambisi serta kepentingan sesaat.Â
Menjadi bahagia dalam memimpin sebuah bangsa yang besar adalah memiliki langit bukan tanpa badai, berjalan tanpa kecelakaan, bekerja tanpa kelelahan, hubungan tanpa kekecewaan. Inilah realita dan dinamika bagian dari takdir yang harus dijalani sebagai Presiden Indonesia.
Menjadi bahagia adalah menemukan kekuatan dan keyakinan semua akan berjalan sesuai harapan dalam ketatnya tekanan politik, persaingan serta ambisi mereka-mereka yang tidak pernah puas dengan gemerlap duniawi.Â
Terutama saat menghadapi ancaman terhadap bangsa ini, terganggunya rasa aman saat diri Anda ketakutan pada awal menghadapi pandemi yang tidak kasat mata sulit diduga, sangat menyiksa dan mematikan.
Amanah menjadi pimpinan nasional itu bukan sekedar urusan Bangsa semata, tapi ada amanah Allah di sana.Â
Pandemi adalah misteri yang tidak cukup diatasi hanya dengan teori, ilmu, kecerdikan dan kecerdasan. Harus ditangani dengan keikhlasan hati, karena covid merusak dunia juga atas ijin Yang Maha Kuasa.
Kebersihan hati dan keikhlasan sejak Anda berdoa di makam Rasulullah pada saat Umrah 15 April 2019 dengan niat terbaik, rendah hati, tidak congkak, hanya memohon kepada Yang Maha Kuasa kalimat "Selamatkan Indonesia", bisa terlaksana karena ridha dan barokah Allah semata.Â
Takdir sudah berbicara, menunjukkan kepercayaan rakyat tentang kepantasan dan bisa dipercayanya Anda memimpin Indonesia dalam dua periode kepemimpinan nasional hingga 2024.
Pemimpin kuat bukan karena strateginya yang hebat, tetapi pemimpin dengan karakter dan niat terbaik memimpin bangsa dengan barokahNya.Â
Anda pemimpin besar yang semakin terlihat dihargai dan dihormati di dunia sejajar dengan pemimpin dunia lainnya.