Perwira tinggi TNI AU yang dipercaya menduduki jabatan Panglima TNI baru dua, pertama Marsekal TNI Djoko Suyanto dan kedua Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.Â
Sesuai persyaratan jabatan Panglima dipilih presiden dari Kepala Staf Angkatan. Pak Djoko oleh Presiden SBY kemudian dipercaya menjadi Menkopolhukam. Kini setelah tidak di birokrasi berkenan ngurusi purnawirawan TNI AU sebagai Ketua Umum PPAU.
Sementara Marsekal Hadi menjadi Panglima TNI pada era kepemimpinan Presiden Jokowi. Pada tanggal 8 Desember 2021 pak Hadi akan memasuki usia pensiun, akan digantikan.Â
Sebagai pejabat yang selama ini dipercaya dan dikenal dekat dengan Presiden, prediksi penulis beliau akan mengikuti jejak pak Djoko, akan masuk ke kabinet. Amin.
Pertanyaannya, siapa calon Panglima TNI pengganti pak Hadi?
Saat ini calon jelas ada tiga, yaitu Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa, S.E., M.A., M.Sc., M.Phil., Ph.D (lahir di Bandung, 21 Desember 1964, umur 56 tahun, Alumnus Akmil 1987).
Kedua, Kasal Laksamana TNI Yudo Margono, S.E., M.M (lahir di Madiun, Jawa Timur, 26 November 1965, umur 55 tahun, Alumnus AAL 1988), dan ketiga, Kasau Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, S.E., M.P.P. (lahir di Jakarta, 9 April 1966, umur 55 tahun, Alumnus AAU 1988).
Presiden dalam memilih Panglima yang baru jelas akan mendapat input dari Panglima TNI, pejabat terkait, dan beberapa sesepuh, tapi yang jelas sumber utamanya adalah Panglima TNI Hadi Tjahjanto yang saat ini menjabat. Salah satu kunci yang akan dipilih, siapa yang bisa bekerja sama secara erat dengan Kapolri dari rekam jejaknya.
Dari catatan dan persepsi intelijen, duo TNI-Polri dalam beberapa tahun terakhir sukses dan mampu meredam gegeran indikasi pecahnya bangsa ini sejak pilpres yang cukup serius pada tahun 2019. Publik terbelah dua. Bila duo Kapolri dan Panglima TNI tidak kompak, tetap tegas tetapi dingin, diperkirakan akan jatuh korban banyak.
Menurut Pray, Presiden akan menilai utamanya karakter si calon selain leadership, kira-kira itu. Pak Jokowi akan berpegang kepada falsafahnya yang selama ini sukses diterapkan. Sebagai penutup, kita percaya kepada takdir, apapun kondisinya kalau sudah ditakdirkan oleh Allah, jadi ya jadi.Â
Manusia tidak perlu ngoyo, karena setiap seseorang memegang amanah semakin besar tanggung jawabnya, maka ujian dan cobaan akan semakin berat.Â