Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ikan, Covid, dan Naif

4 September 2020   12:56 Diperbarui: 4 September 2020   13:07 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo menyampaikan keterangan pers didampingi Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (kiri) seusai melakukan peninjauan fasilitas produksi dan uji klinis tahap III vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Selasa (11/8/2020). Dalam kegiatan tersebut dijadwalkan juga penyuntikan kepada 1.620 subyek relawan yang ditargetkan semua uji klinis termasuk otorisasi dari BPOM akan tuntas pada Januari 2021.(ANTARA FOTO/DHEMAS REVIYANTO via KOMPAS.com))

Pada bulan September 2018, Pray menulis di FB, "Naif Itu Simpel". Intinya seperti ini,  "Semua orang itu benernya jenius, akan tetapi jika anda menghakimi seekor ikan tentang keahlian berenangnya, ... Maka itu akan menghabiskan seluruh hidup anda dengan keyakinan bahwa ikan itu bodoh. Anda itu "naif",... simpel kan?

Nah, saat ini sudah enam bulan kita diserang virus corona Covid-19, mahluk misterius yang terus bermutasi, menyebabkan orang sakit, mematikan.

Di AS, dari data worldometer tanggal 1 September 2020 yang meninggal 189,964, di Brasil 123,899, di India 67,486, dan di Indonesia 7.505 jiwa.

Dalam kondisi babak belur saat ini ada saja orang yang menghakimi Presiden Jokowi dalam menangani covid dan perekonomian yg terkena imbas. Mestinya lihat, di AS tgl 1 September yg terinfeksi 6,290,737, di Brasil 4,001,422, di India 3,848,968, di Indonesia  177.571 orang. Memang kalau ganti presiden itu lantas sukses seperti Dewa? Presiden Trump saja yg mimpin negara Super Power pusing lawan covid, bisa-bisa kalah dalam pemilu bulan November nanti.

Logis rasanya kalau penulis katakan pak Jokowi hingga saat ini lebih mampu meredam covid, dibandingkan tiga negara ranking 1-3 .

Perhatikan, paham sama dan jumlah penduduk juga di atas 200 jutaan. Jadi angka-angka itu tolok ukurnya (coba Abang pikir).

Nah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia "naif" itu berarti (1) sangat bersahaja; tidak banyak tingkah; lugu (karena muda dan kurang pengalaman); sederhana: (2) celaka; bodoh; tidak masuk akal.

Jadi kalau bicara soal ikan itu, dia yang menghakimi itu masuk kelompok 1 atau 2?

Demikian juga yg mengeritik menjelekkan Pak Jokowi soal penanganan covid dan ekonomi, mereka itu masuk kelompok 1 atau 2? Ngerasa "pang jagona", berkomentar, merasa paling ahli dan bisa membalik dunia, kalau menuntut  siapa juga bisa.

Pesan moralnya, janganlah berceloteh kalau tidak fpham apa masalah berat di belakang itu semua. Kita paham dengan peribahasa buah simalakama. Mestinya orang-orang yang pintar, mantan pejabat, berpangkat tinggi pula, paham dengan kondisi saat ini.

Penulis imbau, dukung pemerintah, please, agar menang perang dahulu melawan covid. Tidak justru merecoki. Memang suka kalau kita dedel duel?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun