Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Waspada, Indonesia Mulai Disusupi Pengondisian Dua Negara Adidaya

13 September 2019   14:45 Diperbarui: 13 September 2019   15:49 1354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Pada 2019 ciri dari krisis berbentuk tindakan pembangkangan, seperti pertama, munculnya aksi anarkis, radikalisme dan terorisme. Kedua, terbentuknya agen jaringan hoax dan ketiga, anak bangsa jadi proxy kekuatan global, terjadinya perang sesama anak bangsa dan upaya menghancurkan negerinya sendiri.

Nah, dengan ungkapan tersebut, Pray mencoba mengerucutkan, kini makin terang adanya upaya menguasai Indonesia. AS dan China masing-masing sedang berusaha merebut hati dan pemikiran orang dan pejabat Indonesia. Instrumen dari kedua negara sudah dan sedang berjalan.

Apabila diperhatikan tiap instrumen merupakan ancaman. Sebagai contoh ada yang disebut sebagai debt trap (jebakan utang China), ada teraba juga upaya memberi signal kepada Presiden Jokowi terkait kasus Papua agar tidak terlalu dan ngepro ke China.

China lebih fokus ke masalah ekonomi bisnis, dengan memengaruhi pejabat dengan instrumen investasi, cengkeramannya lebih lambat tetapi konsisten. Kalau AS memang tidak ingin Indonesia seperti Syria atau Yaman, apabila diberi signal tidak juga faham, maka proxy yang akan aktif. Cost mengganti pimpinan nasional lebih murah dan resiko lebih kecil. Itulah operasi intelijen proxy...pinjam tangan.

Jadi kesimpulannya, ancaman Nasional dari luar tidak dalam bentuk perang terbuka tapi lebih kepada upaya proxy serta cara-cara yang ditetapkan dalam masing-masing instrumen sesuai kebutuhan.

Nah, mari kita bersama, khususnya keluarga besar FKPPI, sadari bahwa ancaman luar demikian serius. Tanpa kita perhatikan dan terlebih lagi bila kita tidak tahu, wah harus siap kalau suatu saat kita "ngagoler". Salam Pancasila. (Pray)

Penulis: Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat intelijen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun