Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Siapa Calon Terkuat Cagub Jabar?

27 Desember 2012   01:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:59 6372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1356572290815673197

Berbicara tentang pemilihan Cagub/Cawagub Jawa Barat, penulis teringat pernah menulis pilkada Jabar di Harian Seputar Indonesia pada Kamis (17/4/2008) dengan judul Pelajaran dari Pilkada Jabar. Pilkada saat itu demikian menarik, dimana yang maju hanya tiga pasangan yaitu Pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf didukung PKS dan PAN yang pada Pemilu 2004 di Jawa Barat (Jabar) suara gabungannya meraih 16,77%. Pasangan kedua adalah Agum Gumelar- Nu'man Abdulhakim didukung PDIP, PKB, PPP dengan perolehan suara gabungan sebesar 34,34%. Pasangan ketiga adalah Danny Setiawan-Iwan Sulandjana didukung Partai Golkar dan Demokrat dengan perolehan suara gabungan pada Pemilu 2004 mendapat 35,67% suara. Saat itu Pasangan Heryawan (Aher)-Dede Yusuf dinilai sebagai underdog dibandingkan lawan yang terdiri dari mantan-mantan pejabat dan jenderal hebat, penguasa dimasanya. Tetapi hasil akhirnya pasangan anak muda ini yang menang. Banyak yang meng-under estimate pada awalnya, foto kampanye pakai baju putih tanpa kopiah, sementara dua pasangan hebat lainnya pakai pakaian formal lengkap dengan songkoknya. Nah berawal dari kemenangan itulah penulis menyusun artikel pelajaran dari pilkada jabar. Masyarakat Jawa Barat dikenal kental dengan adat istiadat, budaya dan ketekunan beragama yang baik. Saat penulis mengadakan pengajian di sebuah desa di Cisaat Sukabumi, masyarakat semuanya hafal dengan surat Yasin. Sementara ditempat lain banyak orang Indonesia yang ber- KTP Islam, baca surat Yasin juga terbata-bata. Lalu, apa sebenarnya yang terjadi di balik kemenangan Ahmad Heryawan- Dede Yusuf ini? Mengapa cagub- cawagub dari partai-partai besar justru tak berkutik? Ahmad Heryawan yang belum genap berumur 42 tahun, belum mempunyai pengalaman sebagai pejabat pemerintahan. Kariernya banyak di organisasi Islam, institusi pendidikan, dan parlemen (terakhir sebagai anggota DPRD DKI). Demikian juga pendampingnya Dede Yusuf, lebih dikenal sebagai artis, bergabung di Partai Amanat Nasional (PAN) beberapa tahun terakhir. Survei Puskaptis pada Juli 2007 menyebutkan, sebanyak 52% responden masih menginginkan pemimpin visioner, tegas, dan kapabel yang dapat merupakan kombinasi militer-sipil atau sipil-militer. Sejak bergulirnya reformasi sekitar sepuluh tahun lalu, masyarakat sangat banyak menerima informasi terbuka baik dari media massa. Banyak informasi yang diterima masyarakat bawah yang berkait dengan kesulitan kehidupan dan beratnya mencari nafkah. Informasi yang mereka terima lebih menjurus kepada menyalahkan kepemimpinan dan pemanfaatan jabatan dan tindak korupsi. Timbulnya kekacauan yang banyak terjadi lebih disebabkan karena dinilai salah urus dan kurangnya kepedulian pejabat. Pada akhirnya masyarakat tidak percaya dengan janji-janji pejabat, peluang ini yang dimanfaatkan secara cerdik oleh PKS dan PAN. Jadi inilah perkembangan politik di Indonesia, rakyat sudah bosan dan letih, mencoba mencari pemimpin yang sederhana. Perkembangan Pilkada Jabar 2013 Pilkada Jawa Barat periode 2013-2018 akan dilaksanakan padahari Minggu 24 Februari 2013. Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) Pilgub Jabar 2013 sebanyak 36.636.312 orang dari jumlah penduduk jabar sebanyak 49.153.773 jiwa. Angka tersebut muncul setelah pemerintah daerah melakukan pendataan terkini dari 26 kabupaten kota di Jabar. Masa kampanye selama 14 hari mulai tangal 7-20 Februari 2013. Dari hasil rapat pleno KPUD Jabar, telah diundi nomor urut calon yang akan maju yaitu : 

  1. Dikdik Mulyana Arief Mansur-Cecep Nana Suryana Toyib (independen)
  2. Irianto MS Syafiuddin-Tatang Farhanul Hakim (Golkar)
  3. Dede Yusuf-Lex Laksamana (Demokrat, PAN, PKB dan Gerindra)
  4. Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar (PKS, PPP, Hanura, PBB)
  5. Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki (PDIP).

Dari kelima pasang ini, siapa sebenarnya mereka? Penulis mencoba menelusurinya. Pasangan Dikdik Mulyana dan Cecep Nana Suryana lebih disandarkan kepada Didik yang Irjen Polisi (Bintang Dua), mantan Kapolda Sumatera Selatan. Keduanya  pada awal pendaftaran mampu mengajukan dua juta dukungan (KTP dan daftar pendukung), setelah di verifikasi, dukungan yang dinyatakan sah oleh KPUD berjumlah 1,1 juta. Dikdik pun tetap optimis meski di sejumlah survei berada di posisi buncit dibanding calon-calon lain dari parpol. “Saya punya prinsip ‘sakinah’ dan tidak akan melakukan apapun untuk meningkatkan popularitas dalam survei. Yang penting bekerja untuk rakyat Jabar,” kataDikdik. Calon dari Golkar lebih akrab dipanggil Yance adalah tokoh Golkar yang dua kali pernah menjabat sebagai Bupati Indramayu. Alasan DPP Partai Golkar memilih Yance sebagai cagub Jabar karena DPP memandang bahwa kinerja dan totalitas Yance dalam memimpin DPD Partai Golkar Jabar sangat baik. Isteri Kang Yance kini masih menjabat sebagai Bupati Indramayu menggantikan dirinya. Sementara Partai Golkar tak mempermasalahkan status Yance, yang telah ditetapkan sebagai tersangka korupsi kasus pembebasan lahan untuk pembangunan Proyek PLTU 1 Indramayu, sewaktu dirinya menjadi Bupati Indramayu. Yance menyatakan siap menghadapi kasusnya. Golkar mengakui, dibanding calon-calon dari partai lain, elektabilitas Yance tidak seberapa. Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan Partai Golkar, Indra J. Piliang, menjelaskan Golkar harus mengusung Yance untuk menjaga soliditas partai. “Akan keliru kalau hanya untuk menang di Jabar, lalu mendukung kader lain. Golkar membangun militansi, dan itu sulit terwujud jika kami tidak mencalonkan kader sendiri,” kata Indra Dede Yusuf incumbent Wagub Jabar yang dulu maju dari PAN, kini maju dari Partai Demokrat, didukung PAN, Gerindra dan PKB. Dede sebagai artis sangat dikenal masyarakat. Pada saat berpasangan dengan Aher pada 2008, Dede demikian menonjol sebagai calon pemimpin muda harapan publik, itu kelebihannya. Iklannya jelas menarik, karena Dede memahaminya. Pasangan Dede adalah Lex Laksamana  adalah mantan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat yang pensiun sejak 1 November 2012 lalu. Pasangan Aher-Deddy Mizwar didukung oleh PKS, Hanura, PPP dan PBB. Aher adalah incumbent (petahana) Gubernur Jabar, jelas popularitasnya sangat tinggi. Sementara Deddy Mizwar nampaknya dipilih karena populer baik sebagai artis sinetron bintang dengan peran baik dan juga sebagai bintang iklan, Deddy diperkirakan akan mengimbangi gap Aher dengan Dede dan Rieke. Pasangan kelima adalah Rieke Diah Pitaloka dan Teten Masduki. Rieke yang terkenal sebagai Oneng, sangat dikenal dikalangan masyarakat Jawa Barat. Sebagai salah satu kader PDIP, Rieke dipercaya Ibu Mega sebagai satu-satunya cagub wanita untuk ikut bersaing. Pasangannya Teten Masduki dikenal sebagai penggiat anti korupsi, Teten adalah Sekjen Transparency International Indonesia (TII) dan pendiri Indonesia Corruption Watch (ICW). Analisis Setelah kita melihat sepintas para calon, apa syarat keberhasilan mereka? Jelas ukurannya pertama harus dilihat dari kondisi psikologis masyarakat Jawa Barat, tekun beribadah tetapi tidak fanatis, suka kesederhanaan, tidak suka dengan pejabat, khususnya apabila berbau korupsi. Selain itu ukuran standard dalam sebuah pemilihan adalah elektabilitas, integritas, kapabilitas dan kompetensi. Seperti kasus pilkada Jabar 2008, peran parpol pendukung tidak banyak membantu dibandingkan dengan nilai dari tokoh yang diajukan parpol. Disinilah peluang dari calon independen, seperti kasus Pilkada DKI Jakarta, tokoh Fauzi Bowo yang didukung demikian banyak parpol kalah oleh calon yang hanya didukung dua parpol. Hanya nampaknya peluang Didik tidak terlalu besar dibandingkan calon lainnya, mengingat pada beberapa waktu terakhir, citra korps kepolisian turun karena kasus perseteruan dengan KPK dan adanya pejabat Polri yang dinyatakan sebagai tersangka korupsi oleh KPK. Peluang dari calon Golkar juga tidak terlalu besar, dimana Indra Piliang sudah menyatakan pasrah karena tidak adanya tokoh lain yang lebih populer dibandingkan Yance, kesulitan utama akan muncul, karena Yance dinyatakan sebagai tersangka korupsi. Dede Yusuf sebagai Petahana dengan kapasitas dan pengalaman sebagai Wagub, popularitas sebagai artis nampaknya akan menjadi pesaing tangguh di Jawa Barat. Walau dilahirkan di Jakarta, Dede berasal dari keluarga di Bogor. Dengan penampilan simpatik, titik lemah Dede karena dia bergeser dari calon PAN pada 2008 kini ke parpol Demokrat. Dede dapat dianggap tidak konsisten, dan inkonsistensi dalam sebuah kehidupan parpol tidak disukai karena dianggap sebagai kutu loncat. Mengapa dia tidak maju dari PAN, toh sebagai calon Demokrat, PAN juga mendukungnya. Disinilah kelemahan lobi Dede serta kecerdasan berpolitik yang bisa berakibat fatal. Lex Laksamana bukan tokoh yang sangat dikenal dikalangan masyarakat Jawa barat, sehingga diperkirakan  sulit ikut mendongkrak elektabilitas pasangan ini. Pasangan Aher-Deddy Mizwar sementara ini dapat dikatakan sebagai pasangan terkuat, karena sebagai petahana, beberapa kebijakan pemda lebih dikenal sebagai kebijakan Aher. Aher menyatakan memilih Deddy karena lebih sebagai budayawan, yang ingin memajukan Jabar, disitu dia merasa cocok satu hati dan misi yang sama. Pasangan ini tingkat kesukaannya cukup tinggi di masyarakat. Pasangan Rieke dan Teten dikenal sebagai pasangan gado-gado, Rieke yang kader   PDIP dan Teten yang penggiat anti korupsi. Beberapa parpol pada awalnya mengincar Teten tetapi Teten akhirnya lebih cocok ke PDIP. Ada satu hal yang dilupakan oleh elit PDIP, bahwa Teten oleh banyak pihak lebih cocok tetap menjadi penggiat anti korupsi ICW dan TI. Jadi dirasakan bergesernya dari kelompok anti korupsi kelingkungan dimana peluang korupsi ada apakah tidak terlalu berseberangan? Di ICW peran Teten jauh lebih besar bagi bangsa dibandingkan jadi Wagub yang lebih sektoral. Penampilan Rieke dan  yang mengadopsi seragam Jokowi kotak-kotak rasanya kurang pas, lebih baik keduanya menjadi dirinya sendiri, akulah calon pemimpin Jabar, mungkin lebih pas. Bagaimana melihat pilkada dari hasil survei?  Lingkaran Suvei Indonesia (LSI) yang digelar pada 15-21 Mei 2012 menyampaikan bahwa 41,4 persen dari 440 responden masih memilih Dede Yusuf sebagai calon gubernur yang paling pantas, itu penjelasan Direktur Eksekutif Citra Komunikasi (Cikom) LSI Toto Izul Fatah. Gubernur incumbent Ahmad Heryawan, yang hanya memperoleh sekira 7,7 persen, i Irianto MS Syafiuddin atau Yance hanya mendapat 7,0 persen,  dan Rieke Dyah Pitaloka  5,7 persen. Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan jumlah responden awal 440 responden dengan margin of error kurang lebih 4,8%, LSI menyurvei ada 22 calon gubernur. Survei Puskaptis melaksanakan surveinya pada 12-16 November 2012. Jumlah responden yang disurvei sebanyak 1200 orang. "Survei menggunakan metode multistage random sampling, dengan margin error lebih kurang 2,5-2,8 persen dan dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen," kata Husin Yazid Direktur Puskpatis, Senin (19/11). Dari sisi elektabilitas, Aher-Deddy menempati urutan pertama dengan 34,8 persen. Di urutan kedua adalah Dede Yusuf-Lex Laksmana dengan elektabilitas sebesar 21,2 persen. Di urutan ketiga adalah Rieke Dyah Pitaloka-Teten Masduki dengan 15,7 persen. Kemudian Irianto MS Syaifiuddin atau Yance-Tatang Farhanul Hakim dengan 7,3 persen. Sedangkan duet Dikdik Mulyana Arif Mansur-Cecep Nana Suryana Toyib menempati urutan buncit dengan hanya 1,9 persen. Sedangkan pemilih yang belum menentukan pilihannya atau pemilih mengambang masih ada sebesar 19,1 persen. Sementara itu dari sisi popularitas dan kesukaan, Dede Yusuf ternyata menjadi nomor satu. Tingkat popularitas dan kesukaan terhadap Dede mencapai 96,4 persen. Sedangkan Rieke 93,4 persen dan Aher sebesar 92,5 persen. Mengacu kepada hasil survei, elektabilitas Aher-Deddy unggul di angka  34,8 persen, diatas Dede Yusuf-Lex Laksmana 21,2 dan Rieke-Teten yang hanya 15 persen. Walau popularitas Dede tertinggi, nampaknya Dede harus bekerja keras apabila ingin menang dari Aher, dia harus mampu memanfaatkan popularitasnya yang tinggi. Kedudukan Aher sebagai petahana yang tidak diberitakan negatif selama menjabat nampaknya yang memperkuat posisinya sebagai calon pemenang pada 2013 nanti. Akan tetapi waktu masih tersisa satu setengah bulan lagi, nampaknya pasangan yang akan bersaing adalah kubu Aher, Dede dan Rieke. Tanpa mengecilkan arti, kedua pasangan lainnya lebih kecil peluang bersaingnya. Nah, apakah konstituen Jawa Barat akan kembali membuat kejutan seperti tahun 2008?  Persaingan Aher dengan Dede bisa ditumbangkan oleh calon wanita neng Oneng? Hati-hati dengan Oneng, Le Esprit de Corps kaum wanita serta keberpihakan masyarakat kepada kaum yang lebih lemah kadang justru menguntungkan si lemah. Oneng kini terlemah diantara tiga pasang, apakah dia mampu? Pada waktu penulis bertemu Rieke di kantor DPP PDIP (bertemu dengan Bu Mega), saat penulis mengucapkan "sukses ya Rieke sebagai Cagub Jabar", dia hanya tersenyum, tidak menjawab sepertinya, barangkali takut ada ratu Banteng. Menjadi calon pemimpin harus percaya diri. Aher bersama deddy terlihat confident, terlebih Dede, di RS Pondok Indahpun dia ada saat putri Pak Hatta melahirkan. Inilah sekedar sumbang pemikiran, maaf-maaf kalau ada yang tidak sependapat. Semoga ada manfaatnya. salam Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net Ilustrasi gambar : Kompas Images/Gani Kurniawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun