Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Pray...

8 November 2010   23:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:45 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pray for Indonesia, inilah kalimat yang kini banyak menyebar baik di media elektronik, dikalangan facebookers, netters dan juga pengguna Black Berry. Kalimat tersebut demikian populer dan banyak dipakai sebagai profile. Pray yang dimaksud adalah doa kepada Yang Maha Kuasa, doa atas semua bencana yang terjadi demikian menakutkan bahkan mengerikan dan tidak bisa ditolak oleh bangsa Indonesia. Pada pagi ini, setelah demikian lama penulis beristirahat menulis di Kompasiana, terasa sebuah gelitikan yang kemudian mengantar penulis kemuka kompi yang selama ini mungkin demikian merana karena tidak disentuh. Penulis menyadari di usia senjanya pada bulan Oktober lalu yang genap 63 tahun, manusia memang harus lebih banyak berdoa, mendoakan diri, keluarga, orang tua, leluhur, pahlawan dan juga bangsa dan negara. Kita semua berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar ujian, cobaan, ataupun mungkin ini sebuah peringatan dan hukuman yang sedang terjadi  untuk segera berlalu. Kita memohon agar semuanya kembali menjadi tenang, nyaman, aman. Matahari besinar dengan kehangatannya, burung berkicau dengan merdunya, kupu-kupu beterbangan dengan indahnya. Ya Allah kami hanya mahluk lemah tanpa daya yang memohon ampunanMu, jauhkanlah kami dari kesombongan, ketamakan, dan sifat angkara murka kami. Itulah Pray for Indonesia... Kini, sejak dini hari tadi, penulis melihat di media elektronik. Disamping berita bagaimana upaya bangsa ini dalam menanggulangi bencana Merapi yang meletus, yang telah menelan korban dikalangan rakyat kecil didesa-desa, menghancurkan kawasan pedesaan yang tadinya demikian damai dan tenteram, kita akan mendapat kunjungan dari Amerika, Presiden Obama.  Negara demikian sibuk, 8.000 pasukan dikerahkan, demikan banyak energi disiapkan untuk menerima kunjungan seorang presiden yang kunjungannya kurang dari 24 jam. Kemudian muncul dibenak penulis, 'the worst condition'....bagaimana apabila terjadi sesuatu terhadap Sang tamu agung? Manusia sudah berusaha, tetapi sebuah upaya  mendadak bisa menjadi mentah dan dipastikan akan membawa akibat yang tidak baik. Bukankah alat peringatan dini di Mentawai sudah terpasang? Akan tetapi masyarakat pantai akhirnya ada yang menjadi korban tsunami, tersapu air laut yang mengganas. Setiap ancaman terhadap Presiden Obama adalah ancaman terhadap Indonesia. Apakah ancaman nyata itu? Penyerangan terhadap subyek pengamanan, itulah ancaman nyatanya. Apakah kelompok teroris di Indonesia mampu melakukan serangan? Apakah mereka mampu men-'design' sebuah kejutan? Baik serangan bersenjata ataupun pemboman? Mengacu kepada sejarah serangan teror bom bunuh diri sejak bom Bali 2002, aparat keamanan memerlukan beberapa tahun untuk melakukan mapping secara detail. Kita sulit melupakan keberadaan dua tokoh teroris yang WN asing, tetap merupakan misteri walaupun sudah tewas, Dr Azhari dan Noordin M Top. Apakah keduanya sengaja dikirim untuk mengacau disini? Didalam katagori kelompok teroris, selain kelompok Nonstate-Supported Groups, juga dikenal kelompok State-Sponsored Groups. Amerika menyatakan bahwa kelompok teroris ini, yang dikenal karena memperoleh pelatihan, senjata dan logistik dari negara asing bertanggung jawab terhadap 70 persen serangan internasional dengan target warga negara atau kepentingan AS diseluruh dunia. Lantas...kalau misalnya tamu kita sampai kenapa-kenapa, bagaimana kalau negara 'super power' itu marah, mereka menurunkan ribuan pasukan untuk mengejar para penyerang? Mereka akan tidak peduli dengan segalanya, tidak peduli terhadap kedaulatan, banyak contoh yang telah dilakukan Amerika dibanyak negara. Mereka hanya butuh sebuah alasan untuk menurunkan kekuatan tempurnya, yang jelas akan sulit ditolak. Dalam ilmu intelijen, selalu disebutkan "kondisi terburuk' adalah sebuah skenario yang harus diketahui dan difahami, agar apabila memang terjadi, maka kita tidak terkena unsur pendadakan. Kita tidak menjadi terkejut dan bingung menghadapinya. Demikian sedikit pemikiran yang sangat sederhana, semoga ada manfaatnya. Banyak negara lain yang ingin Indonesia kacau, tidak tenteram, bodoh dan selalu berkelahi, dengan demikian Indonesia akan sulit fokus untuk maju, yang pasti akan mudah dibohongi. Kini Pray berdoa, semoga ini tidak terjadi ya Allah, Amin. Jangan sampai seperti kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga. Pray Ramelan, Old Soldier Never Die.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun