Penangkapan enam anggota teroris dalam mobil di Medan merupakan kejadian kedua setelah penyergapan 10 anggota kelompok teroris di Leupung (12/3) yang menyebabkan dua diantaranya tewas ditembak dan delapan lainnya ditangkap. Rupanya sejak penyergapan di Jantho Aceh Besar, sekitar 50 orang anggota teroris yang menamakan dirinya Tandzim Al Qoidah Indonesia Cabang Serambi Mekah itu menjadi tercerai berai. Kelompok ini diduga cukup mengenal pegunungan, dimana saat  konflik menjadi medan gerilya Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Namun, ketika turun gunung, ternyata mereka terkesan amatiran dan menjadi panik. Mereka melalui rute jalan raya secara bergerombol dan menyimpan senjata di dalam karung goni, dan kemudian dalam kasus kedua dengan mudah dilumpuhkan di Medan, juga didalam mobil.
Mantan Panglima Pasukan Khusus GAM "Gajah Keng" wilayah Aceh Besar, Tajudin mengatakan, "Mengherankan, kenapa mereka yang katanya sudah mendapat banyak latihan di luar negeri itu ceroboh sekali." Tajudin menegaskan, kelompok teroris yang tengah diburu tersebut belum menguasai medan saat turun gunung, terutama belum memahami karakter masyarakat Aceh. Jelas mereka belum mengakar di masyarakat. Namun, jika sudah membangun koalisi pragmatis dengan beberapa kelompok kecewa di Aceh, mereka bisa jadi akan sangat berbahaya.
Dari beberapa informasi tersebut, terlihat bahwa upaya membangun base camp khusus untuk latihan nampaknya dilakukan oleh beberapa tokoh lulusan Mindanao dalam struktur organisasi teroris sebagai bagian dari Training Unit (elemen pelatihan). Beberapa tokoh yang tertangkap adalah para instruktur yang cukup berpengalaman, baik dalam melatih senjata maupun pembuatan bom. Oleh karena itu walau beberapa tokoh besarnya sudah ditembak mati, dua tokoh besarnya Zulkarnaen dan Umar Patek masih bebas, disamping itu jaringan bawahnya masih tetap eksis.
Mungkin dalam waktu dekat mereka belum mampu beraksi dalam melakukan penyerangan, mereka baru dalam tahap mencari dana seperti yang dilakukan para perompak tersebut. Tetapi dalam jangka panjang setelah mereka melakukan konsolidasi, bukan tidak mungkin sisa-sisa kelompok ini kembali akan  bisa beraksi lagi. Yang sangat perlu diwaspadai, mereka terlihat mulai menetapkan target operasi kepada kediaman ataupun Presiden SBY langsung. Teroris bisa bersabar, terlihat bahwa pemboman terakhir terhadap Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton berjarak waktu empat tahun dari pemboman Bali-2.
Demikian perkembangan informasi penting tentang teroris ditanah air, yang tenggelam oleh berita-berita Markus dan kerusuhan berdarah di Priok. Semoga kita bersama, khususnya pemerintah dan aparat keamanan dan intelijen tidak menjadi lengah terhadap kemungkinan berkembangnya kelompok teroris tersebut.
PRAYITNO RAMELAN, Penulis Buku Intelijen Bertawaf.