Pada malam hari tampil Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang diwawancarai oleh Admin Kompasiana Isjet. Wawancara menarik, dimana Ganjar tampil good looking dengan rambut putih hitam dengan baju putih. Ganjar menghadapi masalah birokrasi yang suka bermain mata, nepotisme dan kolusi yang sudah lama berlangsung. Ini yang dibabatnya dengan keberanian dan kesungguhan (dikatakan hasil survei dalam persaingan cagub hanya 7 persen dan katanya tidak punya uang). Masalah yang sedang ditatanya dengan APBD Rp16 triliun adalah soal infrastruktur, rusaknya jalan-jalan di Jateng. Hambatan atas kekuasaan Gubernur dalam mengendalikan Bupati diatasinya dengan pendekatan antar manusia. Ganjar sedang menaikkan peluang pariwisata yang sangat besar di Jawa Tengah, dan dikatakan ada investor yang sudah mau membangun pembangkit listrik 3 X 1000 MW.
Demikian sepintas gambaran kemunculan empat tokoh yang relatif muda sebagai pemimpin masa kini dan masa depan. Masalah yang dihadapi pemimpin yang bertugas di wilayah terutama berada tataran konflik birokrasi, soal kejujuran dan penyelewengan. Perbaikan mental yang mereka lakukan jelas akan memunculkan musuh, karena itu Ahok sebagai pemimpin di wilayah terberat menyatakan memimpin di Jakarta bukan hanya harus cerdas tetapi juga harus berotot. Menurut mantan Presiden SBY, masalah utama bangsa Indonesia saat ini, korupsi, narkoba dan terorisme.
Nah, dari kemunculan para pejabat kebanggaan itu, apa yang bermanfaat? Jelas yang pertama para kompasianers yang hadir serta yang aktif membaca kompasiana tentang kompasianival akan mendapat pencerahan siapa-siapa dan apa strategi mereka dalam menerapkan leadership di era transparansi. Motivasi ini penting dan menjadi sesuatu yang diharapkan oleh Admin Kompasiana, strategis karena penyampaian mereka merupakan salah satu upaya pendidikan yang dipikirkan oleh kompasiana bagi member-nya..
Dilain sisi, penulis melihat para pejabat itu mau memenuhi undangan karena kompasiana sebagai sebuah blog keroyokan di jagad dunia maya dinilainya pantas diperhitungkan. Hal ini merupakan bukti nyata bahwa kompasiana mempunyai power besar yang bisa memengaruhi perjalanan bangsa ini kedepannya. Menulis adalah kegiatan yang bisa menginspirasi dan memengaruhi. Sayyid Qutb saat di penjara di Mesir telah membuat sebuah tulisan yang menimbulkan gelombang fundamentalisme Islam dan memporak porandakan kekuasaan Syah Iran dan menggelinding ke seluruh dunia. Bayangkan berapa besar pengaruh sekian ribu kompasianers terhadap perjalanan bangsa Indonesia yang kita cintai ini.
Bagi para bintang tamu tersebut, keuntungan yang akan didapat, para kompasianers yang rata-rata penulis akan menuliskan dan menyebarkan apa ide serta strategi mereka dalam memimpin di tempat masing-masing. Histeria kompasianers dari bawah panggung dalam kemunculan mereka adalah ungkapan kebanggaan serta kepercayaan akan adanya perubahan yang semakin maju. Itu yang diharapkan dari para pemimpin muda. Jangan sia-siakan kepercayaan tersebut, maka anda akan didukung kompasianers. Ingat, soal tahta, harta dan wanita adalah godaan yang sering mruntuhkan citra dan kredibilitas pemimpin. Sekali saja pejabat kebanggaan itu melanggar kepercayaan, maka 'bully' akan sangat berat dan resikonya juga besar bagi mereka.
Tetapi kita percaya dengan mereka-mereka yang muda, dipercaya dan berkarya akan selalu memegang amanah. Ini sebuah pertaruhan bagi bangsa, sekali gagal maka bangsa ini akan galau mau percaya kepada siapa lagi? Yang muda ternyata sama saja. Mari kita doakan dan dukung bersama, semoga pemimpin muda di era Presiden Jokowi tetap memegang amanah dan sukses. Aamiin.
Catatan : Terima kasih kepada Manajemen/Admin Kompasiana yang telah memberi "Life Time Achievement Award" pada acara Kompasianival ke-4 kepada penulis, Alhamdulillah.
Kompasiana menjadi barometer kekuatan massa. Banyak tokoh nasional yang ikut dan menjadi kekuatan baru di dunia informasi. Percaya... Kompasianers akan mampu menginspirasi perjalanan Bangsa besar ini… “Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun ? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Pram).
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen, blog pribadi www.ramalanintelijen.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H