Mohon tunggu...
ono Prayetno
ono Prayetno Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai semua Ciptaan Tuhan tanpa membeda bedakan

Bekerja sebagai Pramuwisata

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Dilema Pariwisata di Sumut, Lingkar Danau Toba

10 Januari 2018   16:19 Diperbarui: 10 Januari 2018   16:25 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang dari luar SUMUT yang pernah berkunjung ke daerah ini, menyayangkan ketidakpedulian warga sumut termasuk para pejabatnya terhadap lingkungan dan daerah dimana mereka berada mengingat SUMUT mempunyai  Potensi pariwisata sangat besar yang memerlukan sentuhan dari para profesional juga masyarakat sadar wisata, agar ketika sebuah objek wisata mulai berkembang lingkungan pun bisa terselamatkan.

Karena tujuan utama pariwisata adalah menciptakan kesempatan/peluang usaha dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat luas. Oleh sebab itu memelihara objek wisata adalah sebuah keharusan, yang berarti juga melestarikan alam dan lingkungannya termasuk juga budayanya. Bukan malah menjadi momok bagi pelestarian lingkungan itu sendiri.

Selama ini kebanyakan objek wisata di SUMUT hanya dimanfaatkan untuk mengumpulkan pendapatan daerah melalui pengutipan retribusi di setiap objek wisata tanpa memperhatikan perawatan fasilitas umum yang diperlukan untuk sebuah tempat rekreasi atau objek wisata.

misalnya, penyediaan tempat sampah yang mudah dilihat dan dijangkau oleh pengunjung. Mempermudah akses masuk ke setiap objek wisata. (Termasuk membenahi Dermaga /pelabuhan kapal untuk keluar masuk)

Merapikan bahu jalan dari tumbuhan liar  agar lebar jalan lebih maksimal atau dilakukan perbaikan dan pelebaran jalan, juga lahan parkir yg memadai untuk menampung luberan kendaraan disaat saat liburan panjang tiba. Menertibkan Preman  yang melakukan pengutipan liar, untuk kenyamanan wisatawan.

Selain itu perlunya  dibuat himbauan kepada wisawatan terutama wisatawan lokal, untuk menempatkan sampah pada tempat yang telah disediakan. Bila perlu di setiap objek wisata disiapkan petugas  "Patroli" bertugas mengedukasi masyarakat agar menjaga kebersihan objek wisata yang dikunjunginya. Sepertinya kalau cuma papan peringatan kurang mempan karena kebiasaan masyarakat yang malas membaca.

"Sayang apabila tempat wisata yang indah menjadi tercemar akibat sampah yang dibawa oleh pengunjungnya sendiri yang notabene adalah "pencinta alam" yang juga suka keindahan." katanya.

"Datang jauh jauh dari daerah asal, dengan biaya mahal dan waktu panjang hanya untuk mengotori dan mengantarkan sampah ke tempat wisata."

Ironis memang karena masih banyak masyarakat yang tak peduli atau mungkin juga karena ketidak tahuan mereka tentang dampak sampah terhadap alam dan lingkungan selain juga dari sisi aspek keindahan yang ternoda karenanya.

Sepertinya di daerah SUMUT ini tidak hanya masyarakat awam yang tidak mengerti dan peduli terhadap kebersihan tapi juga para pejabatnya juga para guru di banyak sekolah masih saja membuang sampah sembarangan.  Padahal,  "KEBERSIHAN ITU ADALAH SEBAGIAN DARIPADA IMAN"

Sementara pejabat yang punya wewenang pun mengijinkan tempat pembuangan sampah akhir ditempat yang tidak seharusnya. contoh, disekitar lingkar Danau Toba Kabupaten Simalungun ada tempat pembuangan sampah yang sangat mengganggu pemandangan karena lokasinya ditepi jalan yang dilintasi oleh bus Pariwisata yang berisi Turis Mancanegara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun