Mohon tunggu...
Prawira Tama
Prawira Tama Mohon Tunggu... Insinyur - Pembaca

Prawira Tama, lahir di Lumajang dan hidup secara nomad di beberapa kota. Pernah terlibat dalam beberapa penulisan buku bersama. Buku (solo) kumpulan puisinya akan terbit segera.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Demam 39,5°C

15 Desember 2020   17:17 Diperbarui: 15 Desember 2020   17:33 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Angin berada di bumi bagian lain.
Pikiranku terbawa pergi olehnya
Tanpa pernah meminta izin.

            Semua berubah menjadi kerdil.
            Semua berubah menjadi lambat.
            Kepalaku adalah bumi yang berotasi
            Tak henti mengitari pertanyaan
            "Sampai kapan ini berakhir?"

Kemudian aku terjatuh di hamparan pasir
Tanpa air laut dan pohon kelapa.
Hanya sepi yang nampak sangat luas.
Sejauh mata memandang
Bahkan tak kutemukan kesadaran.

Terik matahari mulai meraba
Tubuhku makin tak berdaya
Terbakarlah aku
Terkaparlah aku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun