Kehangatan itu masih kuingat saat terakhir kali berjumpa. Kita duduk berhadapan diiringi musik dari dentingan piring di atas meja.
“Pedas selalu menggairahkan,” katamu.
Kuambil beberapa sendok kata dari bibirmu, kunikmati hingga bibirku terbakar di depanmu. Tiba-tiba basah keringat memenuhi kepala dan menghapus sebagian kesadaranku. Sepotong ayam menahan tawa. Ia pura-pura memalingkan muka; menyiulkan lagu pop melayu saat mataku merah menatapnya. Di sisinya gulai ikan terlihat tak acuh dan masam. Persis seperti rautmu saat aku terlambat menjemput beberapa jam sebelumnya.
“Ini makanan kesukaanku.”
“Aku juga,” sahutku.
Lalu lidah kita bergoyang, mengaduk asmara dengan aroma nasi Padang. Hingga di atas piring tak ada lagi sisa, hangat kita masih terasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H