"Lestari alamku lestari desaku
Dimana Tuhanku menitipkan aku
Nyanyi bocah-bocah di kala purnama
Nyanyikan pujaan untuk nusaDamai saudaraku suburlah bumiku
Kuingat ibuku dongengkan cerita
Kisah tentang jaya nusantara lama
Tentram kartaraharja di sanaMengapa tanahku rawan ini
Bukit bukit telanjang berdiri
Pohon dan rumput enggan bersemi kembali
Burung-burung pun malu bernyanyiKuingin bukitku hijau kembali
Semenung pun tak sabar menanti
Doa kan kuucapkan hari demi hari
Kapankah hati ini kapan lagi.."
(syair_Gombloh)
Begitulah syair sederhana syarat penuh makna dan menjadi refleksi nyata atas situasi yang kita rasakan di Indonesia kini.
Ketika sekelompok musisi jalanan sudut kota membawakan lagu itu dengan penghayatan yang ikhlas, sontak kegundahan dan hati kita berasa 'nelangsa' sebagai anak ibu pertiwi yang terlahir di negeri yang katanya "Gemah Ripah Loh Jinawi". Sambil menutup muka dan 'mata' dengan erat, kita pun naif akan realita yang ada.
Lestarilah Alamku...!!!
Damailah Indonesiaku...!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H