Â
 Tonggak kebangkitan ide dan kreativitas bangsa Indonesia tercatat dimulai saat peristiwa krisis moneter pada tahun 1997-1998 yang dikenal sebagai "krismon". Sendi perekonomian bangsa porak poranda, mengakibatkan pengangguran secara masif di seluruh level perusahaan. Dampak krismon mengakibatkan kelas menengah terhormat berdasi (white collar) yang kehilangan pekerjaan, tanpa sungkan berjualan kuliner maupun barang fashion di tenda pinggir jalan.Â
Seiring waktu dengan daya tahan juang yang gigih, banyak dari mereka telah mampu menjadi pemilik usaha yang mampu memberikan lapangan pekerjaan serta juga menjadi inspirator pemberdayaan masyarakat di bidangnya masing- masing.Â
Dalam peningkatan potensi masyarakat Indonesia dalam pemberdayaan yang berkelanjutan, BTPN menghadirkan program Daya untuk memberikan kesempatan tumbuh dan hidup yang lebih berarti. Tiga pilar utam program yaitu Daya Tumbuh Usaha (Pengembangan Usaha), Daya Sehat Sejahtera (Kesehatan), Daya Tumbuh Komunitas (Komunitas).
Jika dahulu BTPN telah menerbitkan buku bertemakan Dayakan Indonesia yang mengulas tokoh inspiratif terkenal seperti William Wongso & Santhi Sierad, maka tahun ini bekerjasama dengan Kompasiana menerbitkan buku "Hidup yang Lebih Berarti". Dalam buku ini mengulas tulisan 20 Blogger Kompasiana (Kompasianer) terhadap orang biasa tidak terkenal yang mampu memberikan dampak luar biasa bagi lingkungan sekitarnya.Â
Pada 20 April 2016 lalu bertempat di Menara BTPN MegaKuningan Jakarta Selatan, Â dilakukan peluncuran yang disertai perbincangan interraktif pihak BTPN, Kompasiana, Penulis buku dan tokoh inspiratif dalam buku dengan dipandu oleh Nurulloh (Content & Community Editor Kompasiana).
Pada sesi pertama menghadirkan narasumber Andrie Darusman (Head Daya - BTPN) dan Pepih Nugraha (COO Kompasiana). Andrie Darusman mengatakan bahwa banyak pahlawan tak dikenal alias orang biasa yang mampu memberikan dampak luar biasa bagi lingkungannya. Dalam menularkan semangat pemberdayaan, pihak BTPN telah memiliki Daya sebagai program pemberdayaan dengan tiga pilar Daya Tumbuh Usaha, Daya Tumbuh Sehat Sejahtera, Daya Tumbuh Komunitas. Untuk memberikan dampak luar biasa agar pesan tersampaikan pada publik di tanah air, BTPN bekerjasama dengan Kompasiana dalam buku hasil kompilasi ulasan tokoh inspiratif oleh blogger Kompasiana. Socialmedia yang dapat berdampak pada jutaan orang, diharapkan melalui Kompasiana yang dengan tingkat keterbacaan tinggi 22 juta hits per bulan, pesan semangat pemberdayaan dapat tersampaikan. Aktivitas pemberdayaan yang lebih mengakar pada orang biasa ini, setelah melihat kondisi riil lapangan bahwa banyak orang biasa dengan kapasitas terbatas mampu memberikan inspirasi yang berdampak sangat luar biasa bagi lingkungannya.Â
Sementara Pepih Nugraha menjelaskan saat ini banyak anomali digital dalam dunia internet saat ini. AirBnB tanpa memiliki aset property telah menjelma sebagai operator bisnis hunian property dan hotel terbesar di dunia. Uber yang tidak memiliki armada, telah menjelma menjadi operator taksi terbesar di dunia. Begitu juga Facebook telah menjelma menjadi media terbesar di dunia. Sementara Kompasiana juga telah menjadi media dengan ratusan ribu anggota penulis. Di satu sisi banyak operator taksi/transportasi konvensional terancam, namun juga terlihat pemberdayaan ribuan pengendara operator transportasi berbasis digital. Begitu juga dengan media cetak grup Kompas yang 'terancam' dengan kehadiran Kompasiana.
Ide dan kreativitas dengan teknik Amati Tiru Modifikasi, telah mampu mengubah sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bertemakan "Dayakan Indonesia" kisah inspiratif pemberdayaan yang mengejutkan dan tak terduga warga biasa diangkat ceritanya oleh Kompasiana bersama BTPN. Kisah daya tahan hidup (survive) luar biasa dai orang biasa ini diharapkan dapat memberikan dampak manfaat luar biasa bagi bangsa ini.Â
Pada sesi perbincangan kedua menghadirkan narasumber yaitu salah satu penulisnya Majawati Oen (www.kompasiana.com/Majawati) serta Taryat (pemilik usaha Alia Chocolate) yang merupakan tokoh inspiratif yang menjadi obyek penulisan. Keduanya mengisahkan bagaimana proses pengumpulan data menjadi artikel yang menarik serta kisah jatuh bangun dalam pengembangan usaha.