Usaha kuliner konvensional seperti warung makan pinggir jalan, penjual keliling dengan gerobak maupun outlet makanan dengan gerobak, kerap kali dianggap sebelah mata karena beromzet kecil. Tidak adanya konsep baku mutu produksi dan pemasaran yang terstandarisasi, menyebabkan mereka tidak dapat mengembangkan jangkauan area penjualan dan peningkatan omzet. Ternyata sebuah bisnis kuliner yang berawal dari dari gerobakan di halaman rumah , dapat berkembang pesat mengglobal sampai mancanegara. Dengan keuletan dan kegigihan selama hampir 13 tahun , Kebab Turki Baba Rafi (KTBR) telah membuktikan diri sebagai bisnis gerobakan " local goes international".
Dalam perhelatan Pameran Produksi Indonesia 2015 yang berlangsung 6-9 Agustus 2015 lalu di Grand City Convex Surabaya, pada hari pertama BabaRafi hadir dalam sebuah perbincangan "Kebab Turki BabaRafi on the Show" yang dipresentasikan oleh sang pemilik (owner) Nilam Sari Setiono dengan moderator Mbak Avy dari Kompasiana.
Nilam berkisah bahwa ide berbisnis mulai timbul ketika menikah usia muda dalam masa studi kuliah. Nilam dan Hendy Setiono terinspirasi dari sahabat di Malang yang tidak lulus kuliah dan membuka usaha warung makan kecil. Nilam yang merasa tidak pandai memasak, akhirnya bersepakat mencoba kuliner burger ( kali ini terinspirasi produk Bernardi) dengan sebuah gerobak di halaman depan rumah dengan nama Yummy Burger. Dalam satu tahun dari hanya satu gerobak dapat menjelma menjadi enam gerobak.Â
Seiring waktu market jajanan burger mulai dicaplok oleh kompetitor baru bernama Edam Burger yang hadir dengan konsep bisnis modern serta dengan promosi yang agresif. Singkat kata dari omzet harian sebesar 400 ribu rupiah anjlok hanya menjadi 20 ribu rupiah saja, dan Yummy Burger harus ditutup dengan tangisan air mata darah.Â
Dalam kegalauan dan kegundahan, Nilam dan Hendy memutuskan untuk jalan-jalan menghilangkan kepenatan ke Timur Tengah. Di Qatar mereka terinspirasi dengan kuliner kebab yang berukuran besar dan baunya yang sangat mengintimidasi. Akhirnya dengan mengubah citra rasa resep asli ke citra rasa tradisional Indonesia , mereka menghidupkan kembali roda bisnis kuliner dengan menggunakan kembali gerobak burger yang dulu. Putra pertama Rafi Dharmawan yang masih batita selalu memanggil ayahnya dengan sebutan Baba , akhirnya memberi inspirasi untuk menggunakan merek (brand) Kebab Turki Baba Rafi.Â
Masih dari Surabaya akhirnya BabaRafi mulai dapat berkembang lagi dan dapat berekspansi ke Malang, Bali ,Jogja hingga Jakarta. Seiring perkembangan pesat usaha, kantor pusat dipindahkan dari Surabaya ke Jakarta. Krisis finansial global tahun 2008 hingga kondisi dalam negeri yang tidak menentu, BabaRafi nyaris kolaps pada tahun 2010. Tahun 2011 geliat usaha mulai bangkit kembali, bahkan di tahun 2012 mulai dapat berekspansi ke mancanegara. Saat ini BabaRafi telah hadir di beberapa negara seperti Malaysia, Filipina, Belanda, Tiongkok, SriLanka, Singapore dan Brunei.
Konsep franchise murah dengan investasi yang terjangkau, membuat BabaRafi dikenal sebagai franchise Indonesia dan franchise internasional yang patut diperhitungkan. Saat ini tersedia paket investasi franchise konvensional dan franchise yang berbasis syariah.
Konsep outlet BabaRafi di Indonesia saat ini 80% masih berupa gerobakan. Untuk ekspansi di mancanegara, konsep outlet yang digunakan adalah indoor seperti mini cafe di pusat perbelanjaan, rumah sakit maupun universitas. Konsep outlet retro minimalis yang berwarna hitam dan kuning , mulai diperkenalkan di Jakarta untuk menggantikan warna saat ini merah dan kuning.
Konsep kemasan kebab yang unik dan user friendly, akan memudahkan untuk menyantap tanpa perlu banyak kerepotan termasuk ketika di dalam mobil.
Untuk pasar Eropa tersedia tortila berbahan tepung, gandum dan cassava. Ini untuk pembatasan kalori karbohidrat dalam melayani minat konsumsi masyarakat Eropa.Â