Dalam ajang sepakbola Euro 2016 yang baru berlalu, timnas Jerman harus terhenti langkahnya di babak semifinal oleh tuan rumah Perancis dengan skor 0-2. Tentu saja kekalahan yang sangat menyesakkan dimana penguasaan bola lebih dari 65% oleh Jerman, dengan target bola ke gawang yang jauh lebih banyak dari Prancis. Derita kekalahan di babak semifinal melengkapi misteri sejarah kegagalan Jerman di Piala Eropa seusai menjadi Juara Piala Dunia.
Dalam penghargaan 11 pemain pilihan terbaik di Euro 2016 ini terpilih 3 pemain Jerman yaitu Joshua Kimmich, Jerome Boateng dan Toni Kroos. Sebuah kejutan bagi pecinta sepakbola dengan terpilihnya Joshua Kimmich. Baru tampil sebagai starter pada babak semifinal menghadapi tuan rumah Perancis, setelah sebelumnya tampil sebagai pemain pengganti melawan Irlandia Utara di babak fase grup dan Italia di babak perempatfinal. Kimmich ikut mencetak gol ke gawang Gianluigi Buffon, saat adu penalti yang menegangkan melawan Italia.
Permainan Kimmich yang impressif ditunjukkan saat melawan tuan rumah Perancis. Daya jelajah dengan kemampuan bertahan dan menyerang sama baiknya, bagaikan seekor singa yang sedang mengaum-ngaum. Tak hanya umpan pendek maupun jauh, namun juga tembakan keras dan sundulan yang terarah menuju mulut gawang. Bahkan urusan men-tackling dan merebut bola pun terbilang bersih tanpa kontak fisik berlebihan. Justru pemain lawan yang kadang harus menyetop pergerakan Kimmich dengan keras.
Joachim Loew yang menerima tongkat estafet kepelatihan Jerman dari Juergen Klinsmann, mampu meneruskan tradisi meregenerasi skuat di setiap turnamen akbar Piala Eropa dan Piala Dunia. Di Euro 2016 ini skuat Jerman dihuni talenta muda berbakat. Para pemain timnas U-21 yang dibawa antara lain Joshua Kimmich (bek/gelandang Bayern Munich), Leroy Sane (gelandang Schalke), Julian Weigl (gelandang BorussIa Dortmund), Jonathan Tah (gelandang Bayer Leverkusen).Â
Sementara generasi diatas mereka yang berusia dbawah 24 tahun antara lain Andre ter-Stegen (kiper Barcelona), Bernd Leno (kiper Bayer Leverkusen), Julian Draxler (gelandang VfL Wolfsburg), Emre Can (gelandang Liverpool), Shkodran Mustafi (bek Valencia), Jonas Hector (bek Koln). Mereka melengkapi skuat senior yang rata-rata berusia 24-30 tahun.
Kimmich telah mencetak 3 gol dan tampil 30 kali, selama membela tiimnas yunior Jerman mulai U-17 Â hingga U-21. Debut di timnas utama Jerman saat melawan Slovakia dalam pertandingan persahabatan jelang Euro 2016.
Tipikal permainan Kimmich merupakan perpaduan para legenda Jerman yaitu Andreas Brehme, Christian Ziege, dan Philip Lahm. Daya Jelajah men-dribble bola bak disel yang bertenaga merupakan 'titisan' Ziege. Saat terlihat asyik menyerang di pertahanan lawan, kemudian akan mampu kembali turun ke pertahanan sendiri saat lawan melakukan serangan balik. Kemampuan menghadang lawan pun dilakukan dengan tackling yang relatif bersih. Kalau ini merupakan ' titisan' Brehme dan Lahm.Â
Walaupun 'hanya' bertinggi 176 cm, namun Kimmich mempunyai kemampuan sundulan bola yang baik pula. Saat melawan Prancis di semifinal Euro 2016 lalu, Hugo Lloris harus bersusah payah menghalau sundulan jarak jauh Kimmich. Ini mengingatkan akan sundulan maut bek Inter Milan Ivan Cordoba di masa aktif bermain. Ivan Cordoba sering mencetak lewat kepala, baik menyambut tendangan penjuru maupun tendangan bebas.
Diusianya yang baru 21 tahun ini, Kimmich telah mendapatkan tempat utama di Bayern Munich dan timnas senior Jerman. Rengkuhan gelar tropi di berbagai kompetisi klub maupun turnamen internasional  hanyalah menunggu waktu. Permainan cemerlang Kimmich akan terus dapat disaksikan di Piala Dunia 2018, 2022, 2026 dan Piala Eropa 2020, 2024, 2028. Namun jika melihat sejarah tradisi Jerman di kedua turnamen internasional tersebut, bolehlah Joshua Kimmich berharap akan merasakan mengangkat salah satu trofi tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H