Dalam perhelatan Indonesia EBTKE ConEx 2015 yang berlangsung di Jakarta Convention Center pada 21 Agustus lalu, PT Pertamina (Persero) memberikan keterangan pers mengenai kebijakan penyesuaian harga LPG 12 kg (non-subsidi), yang disampaikan langsung oleh VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro.
Saat ini harga jual elpiji 12 kg Pertamina rata-rata adalah Rp. 142ribu / tabung di tingkat agen atau setara dengan Rp.11.833/kg. Di pasaran saat ini pun telah beredar elpiji 5,5 kg non-Pertamina yang dijual Rp.104.500 / tabung di tingkat distributor atau setara Rp.19ribu/kg.
"Dengan penyesuaian harga yang telah mencapai keekonomian sebenarnya justru akan dapat menjadi daya tarik bagi hadirnya kompetitor yang dapat menciptakan bisnis LPG lebih sehat di masa mendatang," tegas Wianda.
Â
Terakhir kali Pertamina menaikkan harga elpiji 12 kg pada 1 April 2015 dari Rp 134ribu/tabung menjadi Rp 142ribu/tabung. Saat ini Pertamina belum berencana evaluasi kembali penyesuaian harga elpiji 12 kg di tengah penurunan harga gas acuan kontrak CP Aramco. Sesuai Permen Kementerian ESDM No.26/2009 pasal 25 menetapkan harga jual elpiji 12kg ditetapkan oleh Badan Usaha dengan berpedoman pada harga patokan LPG (CP Aramco), kemampuan daya beli konsumen dalam negeri serta kesinambungan penyediaan dan pendistribusian.Â
"Harga gas acuan kontrak Aramco sejak Juni terus menurun, namun terjadi juga pelemahan rupiah terhadap dollar AS. Jadi dengan pertimbangan menjaga stabilitas dari bergejolaknya harga, Pertamina belum memutuskan untuk evaluasi harga jual elpiji dalam waktu dekat," kata Wianda.
Wianda juga membantah bahwa telah terjadi kelebihan harga jual dan Pertamina mendapatkan keuntungan Rp. 30ribu /kg dari harga jual elpiji 12 kg saat ini. Penetapan harga elpiji non-subsidi mengikuti Kurs Tengah Bank Indonesia dan fluktuasi CP Aramco. Pola konsumsi elpiji 12 kg sangat berbeda berdasarkan riset lembaga independen, dimana konsumsi per tabungnya dalam jangka waktu 1 bulan. Rantai distribusi yang melibatkan agen dan warung kecil tidak sesuai apabila dilakukan penyesuaian dalam periode yang pendek. Pada penyesuaian harga pada periode berikutnya tetap akan ada kemungkinan Pertamina mengalami kerugian apabila asumsi CP Aramco dan kurs USD yang digunakan pada saat perhitungan harga baru lebih rendah daripada realisasinya.
Pertamina juga akan melakukan program yang akan menarik minat masyarakat akan penggunaan elpiji 12kg serta mengurangi pengguna berpindah ke elpiji 3 kg, sehingga Subsidi Pemerintah benar-benar akan dapat mencapai sasaran pada masyarakat yang berhak mendapatkannya.
Â