Assalamu'alaikum Wr.Wb, Namo Buddhaya, Om Swastiastu, Shalom. Alangkah indah seandainya keempat salam tersebut, tak hanya sekedar sebuah ucapan seremonial belaka dalam setiap pembukaan maupun penutupan berbagai kegiatan acara. Namun dapat dipraktekkan secara nyata sebagai penghormatan atas toleransi di kehidupan sehari-hari.Â
Entah mengapa sikap intoleransi semakin subur tumbuh di berbagai kalangan masyarakat. Ledakan informasi hoaks yang menyesatkan begitu marak di berbagai kanal media sosial. Era kekinian dimana interaksi sosial saling terkoneksi secara digital, dalam waktu seketika terjadi penyebarluasan informasi yang masif. Laju pertukaran informasi yang cepat antar individu di berbagai belahan dunia ini, tak pelak menimbulkan dampak positif maupun negatif.Â
Konten negatif akan menimbulkan dampak buruk bagi perkembangan anak-anak, terutama yang tak siap dengan filter aliran deras bak tsunami dari gelombang informasi. Kini semakin banyak anak yang belum memasuki Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), telah dapat mengakses jaringan internet melalui perangkat ponsel pintar yang digenggamnya. Entah itu yang difasilitasi langsung oleh orangtua, atau menggunakan perangkat orang lain yang berada di lingkungan sekitarnya.Â
Keteladanan Ibu Sujiatmi dalam mengantarkan putranya ke pucuk pimpinan tertinggi negeri ini, dapat dijadikan inspirasi bagi para orang tua lainnya. Sujiatmi merupakan salah satu tokoh penerima Apresiasi Pendidikan Keluarga untuk Orang Tua Hebat 2017 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Betapa pentingnya pelibatan keluarga dalam pendidikan anak.Â
Kedua orang tua dan lingkaran keluarga terdekat, akan sangat menentukan terbentuknya sebagian besar sifat dan perilaku sang anak. Keluarga merupakan lingkaran pertama seorang anak untuk belajar membentuk kepribadian diri dalam setiap fungsi sosialnya.Â
Begitu tingginya potensi anak akan kecanduan teknologi di masa era serba digital saat ini. Meskipun orang tua telah membatasi penggunaan akses perangkat teknologi, tentu anak akan dapat berinteraksi melalui lingkungan pergaulan di sekitar rumah maupun sekolahnya. Dalam memberikan fasilitas perangkat teknologi informasi, komunikasi dan mainan kepada anak, orang tua tak boleh gagap teknologi agar dapat memberikan nilai-nilai edukasi dan batasan dari penggunaan perangkat.Â
Orang tua dituntut untuk terlebih dahulu memberikan teladan dalam hal akses penggunaan teknologi digital, sebelum memberikan pengertian kepada anak batasan apa saja yang harus dipatuhi dengan disiplin. Misalkan saat orang tua menginginkan anak tak menyentuh perangkat ponsel, radio, televisi selama jam belajar malam hari di rumah, maka orang tua seharusnya juga tak menyentuh semua perangkat tersebut. Harapannya malah turut melakukan pendampingan belajar. Tetap usahakan tak pergi keluar rumah jikalau tak ada keperluan yang sangat urgensi.Â
Biarkan anak bebas mengeluarkan pendapat, namun harus diberikan pengertian konsekuensi logis apa saja yang akan timbul dari pendapat sang anak. Sehingga anak akan dapat berpikiran terbuka dan mengenali tanggung jawab apa yang harus dihadapi dari permasalahan yang ada.Â
Untuk mengurangi ketergantungan teknologi dalam kehidupan anak, mulailah dengan membiasakannya aktif kegiatan di rumah sendiri meskipun telah ada asisten rumah tangga (ART). Ajaklah terlibat berbelanja bahan pangan ke warung kelontong sederhana dan pasar tradisional, menyiapkan bahan makanan dan ikut memasak hidangan keluarga, membersihkan dapur, kamar pribadi, kamar mandi, hingga furnitur rumah. Berikan pemahaman bahwa kelak akan menjadi modal berharga saat harus tinggal jauh dari orang tua, saat menempuh pendidikan tinggi di luar kota maupun luar negeri.Â