Air merupakan salah satu karunia yang menjadi kebutuhan utama dalam perjalanan kehidupan manusia di bumi. Berdasarkan studi PAM Jaya diperkirakan kebutuhan air bersih bagi 10 juta lebih warga Jakarta sebesar 100 liter/hari untuk setiap orang. Dua operator penyedia air bersih di Jakarta baru dapat memenuhi kebutuhan air sebesar 17 ribu liter per detik. Sementara kebutuhan air warga mencapai 26.100 liter per detik. Ada defisit 9.100 liter per detik yang harus dipenuhi dan ketahanan air Jakarta hanyalah 3% saja. Kualitas air pun semakin memburuk, seiring masih minimnya kesadaran masyarakat untuk merawat Sungai Ciliwung. Sampah padat dan polutan terlarut amonium yang berasal dari limbah domestik rumah tangga & industri semakin meningkat volumenya di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung.Â
Untuk pasokan air bersih wilayah bagian barat Jakarta, dilayani oleh PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) yang memiliki konsesi pengelolaan selama 25 tahun mulai tahun 1998 hingga tahun 2023. PALYJA dibentuk sebagai partner PT PAM Jaya oleh Suez Environment (51% saham) dan PT Astratel Nusantara (49% saham). Dari tahun 1998 hingga 2015 telah dilakukan penambahan jaringan layanan mencapai 1.100 kilometer dan rehabilitasi jaringan 1.060 kilometer, dengan total jaringan layanan telah mencakup 5.400 kilometer. Akses air bersih dan cakupan pelayanan masing-masing baru mencapai 32% pada tahun 1998. Sementara hingga akhir 2015 lalu akses air bersih telah mencapai 73,23% dan cakupan pelayanan mencapai 60%.Â
Sistem monitorisasi air baku, air olahan, kebutuhan perawatan & perbaikan selama 24 jam tanpa henti, telah tersentral dan terkomputerisasi sehingga secara otomatis dapat dihasilkan laporan hasil produksi dan jaringan distribusi. Berbagai tantangan dalam distribusi air terutama masih tingginya tingkat kebocoran fisik baik yang tampak maupun tidak tampak, serta kebocoran akibat anomali meter air, in-akurasi pembacaan meter serta tindakan pencurian dengan penyambungan ilegal. Jika pada tahun 1998 tingkat kehilangan air mencapai 59,4%, maka di tahun 2015 mencapai 39,3%.
Dalam rentang waktu tahun 2009 hingga 2015 pihak PALYJA telah menggelontorkan total investasi sebesar Rp 2,089 trilyun, dalam usaha peningkatan jaringan, sistem kontrol & otomatisasi, pengembangan IPA, serta transfer teknologi. Investigasi jaringan dengan teknologi pendeteksi kebocoran (gas helium, kamera  JD7, suara correlator), telah menyelamatkan kebocoran hingga 3 juta m3 air bersih. Tantangan besar lainnya adalah peningkatan kapasitas jaringan distribusi produksi air bersih serta penyediaan tambahan air baku. PALYJA menggunakan sumber bahan baku dalam memproduksi air bersih 5,7% berasal dari Jakarta (4% dari Kali Krukut & 1,7% dari Kali Cengkareng Drain), serta 94,3% berasal dari luar Jakarta (31% dari IPA Serpong & 0,8% dari IPA Cikokol).Â
PALYJA telah menerapkan teknologi pengolahan air memanfaatkan mikroorganisme alami pada bulan Juli 2015 lalu di Instalasi Pengambilan Air Baku Kanal Banjir Barat, yang telah diresmikan pengoperasiannya oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Teknologi yang dikenal dengan nama Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR), menggunakan METEOR® sebagai media hidup bakteri alami yang akan memusnahkan kandungan polutan amonium hingga 87%. Inovasi ini untuk menjawab permasalahan 13 sungai di Jakarta telah mengalami polusi melebihi ambang batas, yang didominasi oleh polutan amonium limbah domestik rumah tangga. Ternyata hanya ada dua sungai di Jakarta yang masih dapat digunakan sebagai sumber air baku,  yaitu Cengkareng Drain dan Kali Krukut. Di tahun 2016 ini teknologi MBBR telah diujicobakan oleh PALYJA di Instalasi Pengolahan Air (IPA) 3 Cilandak Jakarta Selatan.Â
Pada 7 Desember 2016 lalu bersama sekitar 20 Kompasianer dalam kegiatan Kompasiana #VisitPALYJA, berkesempatan melihat secara langsung pengelolaan dan aplikasi teknologi MBBR di IPA ketiga PALYJA yang berlokasi di Cilandak. Alfi Sugianto (Plant Facility IPA 3 Cilandak) dalam sesi perkenalan menjelaskan bahwa IPA Cilandak telah berdiri sejak tahun 1977 di area seluas 9 hektar (95.367 m2) dengan air baku berasal dari Kali Krukut & beroperasi dengan kapasitas produksi air bersih 200 liter per detik. Dengan bergabungnya PALYJA di tahun 1998 maka total kapasitas produksi menjadi 400 liter per detik pada tahun 2000. Potensi bencana yang dapat mengganggu operasional instalasi adalah banjir, gempa bumi, kebakaran dan kebocoran klorin. Telah beberapa kali banjir merendam instalasi mulai tahun 2006 hingga yang terakhir pada 19 Agustus 2016 lalu. Pada banjir terakhir telah menghentikan operasional instalasi selama tiga hari.Â
Padahal IPA Cilandak sebenarnya dirancang bukan untuk mengolah air dengan kandungan polutan tinggi. Rizky Darmadi kemudian menunjukkan intake, unit tempat masuknya air baku dari Kali Krukut sebelum mengalir menuju 2 unit pra-sedimentasi. Hanya dapat menggelengkan kepala melihat berbagai macam limbah di tempat penampungan sampah hasil kiriman Kali Krukut. Menurut Rizky Darmadi "limbah" yang didapat pernah ada berukuran besar seperti bangkai binatang, kasur lipat, matras.
Bakteri akan beroperasi dengan dukungan oksigen terlarut sebesar ±5 mg/L, dimana MBBR dilengkapi sistem aerasi dengan menggunakan blower. Setelah air baku melewati tahapan pra-sedimentasi dan area MBBR, maka segera dialirkan menuju instalasi (plant) pengolahan air bersih konvensional dan UCD 720.