Akhmad Fatkhulamin (www.kompasiana.com/akhmadfatkhulamin) pada halaman 133, mengulas sosok Sunardi (65 tahun) pensiunan PNS asal Kabupaten Tegal. Pada usia 50 tahun Sunardi mengajukan pensiun dini untuk membesarkan usaha sampingan yang sempat terhenti. Usaha tambak udang windu yang sempat moncer, Â harus terpuruk saat krismon 1998. Dengan penguatan kembali mental usaha bersama BTPN, Sunardi kembali ke usaha tambak namun kali ini budidaya udang bandeng yang berkembang baik hingga saat ini. Sunardi tergerak membantu dua kelompok tani tambak lele yang dijalankan dengan manajemen sederhana. Program pemberdayaan para pemuda dilakukan dalam bisnis budidaya lele. Sejak tahun 2014 ekspansi bisnis telah merambah pada usaha kuliner.
Iskandar Zulkarnain (www.kompasiana.com/isz.singa) pada halaman 145, mengulas Ulyati dan suami Ujang Amir. Kegetiran hidup akhirnya mengantarkan mereka bekerja di pabrik usaha kerajinan kerupuk sanjai. Setelah sembilan bulan bekerja, mereka memutuskan membuka usaha sendiri dengan modal pinjaman kerabat jauh. Saat usaha berkembang, ada terkendala dana pinjaman yang lebih besar. Meskipun krisis moneter 1998 namun permintaan keripik sanjai dan taleh tetap mengalir. Setelah krismon lewat, Â tantangan perubahan menuju arah sebaliknya. Ditengah kegalauan program Daya BTPN menjadi solusi penyelamat. Inovasi usaha dilakukan dengan plasma sehingga ikut memberdayakan tetangga sekitar rumah dan kampung mereka. Setelah mengalami lika lku naik turun rod kehidupan , kini mereka saat usia senja tengah menapaki kesuksesan.Â
Evrina Budiastuti (www.kompasiana.com/evrinasp) pada halaman 157, mengulas sosok Syarief Hidayatullah (25 tahun) asal Kabupaten Bogor. Syarief terpanggil membangun pertanian desa karena ada potensi besar dimana tidak pemuda yang tertarik untuk meliriknya. Prospek agribisnis yang dilirik adalah budidaya jambu kristal. Cita cita mendirikan agrowisata diyakini dapat mendayakan pertanian Indonesia yang mandiri.
Mubarok (www.kompasiana.com/mubarokkom01) pada halaman 55, mengulas sosok Bodro "Wawan" Irawan yang memiliki usaha fotokopi, rental komputer dan warnet. Dalam pengembangan usaha  Wawan memilih bermitra dengan BTPN karena adanya komitmen peningkatan kapasitas pelaku usaha yang menjadi nasabahnya. Untuk mendukung program pemberdayaan bagi warga sekitar,  Wawan memutuskan membuka kursus komputer gratis bagi para pelanggannya yang belum melek komputer. Beragam masalah tidak menyurutkan Wawan memberikan kursus gratis ini.Â
Gatot Swandito (www.kompasiana.com/gatotswandito) pada halaman 43 mengulas Dian Novalia (36 tahun) yang mewarisi tradisi dan usaha batik Cirebon milik orang tuanya. Seiring waktu menjadi nasabah BTPN Syariah, Dian akhirnya mengenal program Daya Tumbuh Komunitas BTPN. Dilandasi alasan kesehatan maka para pengrajin batik ditawarkan program diversifikasi bahan pewarna batik menggunakan zat pewarna alami. Selain ramah lingkungan tentu saja tidak mengganggu kesehatan manusia.
Agung Soni (www.kompasiana.com'takutpada-allah-) pada halaman 161 mengulas Solihin (42 tahun) yang menekuni pembuatan tas tangan. Setelah dirasakan cukup bekerja pada perusahaan pembuat tas tangan di Bali, Solihin kemudian keluar dan membuat tas tangan sendiri secara otodidak. Produk tas tangan Solihin sangat diminati pembeli mancanegara, karena sangat unik dengan bahan baku sisa barang tak terpakai. Habis sepah berguna kembali. Tak hanya bahan karung goni dan kemasan deterjen, Â namun juga ban bekas bagian dalam. Jika Solihin memiliki keahlian tas dan dompet, Â maka sang istri ahli dalam membuat hiasan dinding dari bahan kertas perak. Mereka berdua saling bersinergi juga dengan tetangga sekitar rumah saat ada order diluar dugaan. Tentu saja mereka dilatih dengan ketelatenan oleh Solihin. Mereka pun memiliko penghasilan tambaham yang lumayan. Semua ini tentu saja dengan dukungan penuh BTPN dalam hal permodalan dengan pendampingan dalam program Daya.
Didno (www.kompasiana.com/didno76) dalam halaman 171, mengulas Komunitas Mawar  Plumbon Kabupaten Cirebon yang diketuai oleh Bu Rita. Mayoritas anggota hanya lulusan SD ini bergerak di bidang kerajinan berbahan dasar rotan. Program Daya dari BTPN Syariah telah meningkatkan kapasitas anggota sebagai nasabah dalam pengembangan kerajinan rotan yang berkelanjutan.Â
Nia Ayu Anggraeni (www.kompasiana.com/niaayua) pada halaman 181, mengulas Faizal Abdillah sang pendiri Kmunitas Iket Jawa (KI Jawa) yang berbasis bisnis dan budaya. KI Jawa mengajak para pemuda menggunakan iket dalam aktivitas seharian dalam usaha mencintai budaya. Program pemberdayaan desa juga untuk menggerakkan roda perekonomian desa. Proyek desa wisata di Desa Ketawangrejo Kabupaten Purworejo telah memberikan tambahan penghasilan warganya.Â
Fifin Nurdiyana (www.kompasiana.com/fienprasetyo) pada halaman 187, mengulas Deni Mulyadi (55 tahun) penggagas Kampung Tas di desa Bojong Rangkas Kabupaten Bogor. Setelah melewati krisis moneter yang berat, Â sentra industri tas berskala rumah tangga Desa BojongRangkas kembali menggeliat untuk menjadi lebih berdaya.Â
Â
Data spesifikasi buku: