Mohon tunggu...
Yudha Pratomo
Yudha Pratomo Mohon Tunggu... Jurnalis - Siapa aku

is typing...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Media yang Tanpa Rumah

12 Mei 2017   14:37 Diperbarui: 12 Mei 2017   17:30 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Thinkstock

Ini terbukti dari data yang disajikan oleh David Wayne Ika, CEO Kurio--sebuah aplikasi pengumpul (aggregator) berita, yang menunjukkan bahwa hanya 20 persen saja pembaca membuka sebuah artikel melalui halaman depan. 20 persen lainnya membuka artikel melalui mesin pencari dan 60 persen sisanya, mereka membuka artikel lewat media sosial.

Artinya, media online semakin banyak kehilangan traffic yang menuju halaman depan mereka. Kebanyakan traffic langsung menuju artikel tertentu yang berasal dari media sosial. Berarti media sosial adalah ibarat jalan pintas bagi para pembaca untuk langsung menuju halaman tertentu pada sebuah situs yang mereka inginkan. Ada tindakan bypass yang terjadi dalam proses ini.

Lama kelamaan halaman muka (homepage) sebuah situs tidak akan lagi ada. Inilah yang saya maksud dengan media tanpa rumah. Ingin tahu contohnya? Coba buka saja halaman resmi AJ+ (AJplus.net). Situs berita berbasis video bagian dari Al Jazeera ini memiliki halaman muka yang sangat sederhana. Hanya beberapa video yang ditampilkan di sana. Namun pada bagian teratas terdapat pilihan yang dapat me-redirect kita menuju akun media sosialnya.

AJ+ memang sangat bergantung pada media sosial di mana mereka menyebarkan seluruh kontennya dengan semua akun yang dimiliki. Ini berarti bahwa media sosial juga membawa gaya baru pada penyebaran serta pembuatan sebuah berita. Di Indonesia ada Opini.id yang mengadopsi proses serupa.

Media sosial turut memiliki bagian penting di dalamnya. Segala macam aktivitas dipublikasi di sana dan bahkan menjadi ladang monetisasi bagi segelintir perusahaan. Inilah saat di mana media sosial membawa “gaya baru” penyajian berita dan monetisasinya. Di kemudian hari, bisa saja media sosial ini membuat media massa online tidak lagi memiliki rumah seperti bangsa Nomaden yang berpindah pindah.

Sepertinya semua harus tunduk pada kekuatan media sosial dan harus memanfaatkannya.

Kompasiana juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun