Mohon tunggu...
Yudha Pratomo
Yudha Pratomo Mohon Tunggu... Jurnalis - Siapa aku

is typing...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Media yang Tanpa Rumah

12 Mei 2017   14:37 Diperbarui: 12 Mei 2017   17:30 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Thinkstock

Jakarta – Pertama kali saya mengenal Facebook saat masih duduk di bangku SMA. Waktu itu sekitar tahun 2008 atau 2009 sepertinya. Mungkin Anda juga demikian, pertama kali mengklik tombol “registrasi” di Facebook pada tahun yang sama dengan saya. Atau mungkin Anda lebih dulu kenal FB ketimbang saya. Entahlah, saya pun tak tahu. Tapi yang jelas kita semua tahu bahwa Facebook adalah raja dari segala media sosial.

Mark Zuckerberg mungkin saja tidak pernah mengira bahwa deretan alogaritma kompleks yang ia susun membuat dunia tampak lebih kecil seperti sekarang. Saya sendiri pun tidak pernah menyangka hanya dengan satu tombol registrasi saja saya bisa bertemu dengan kawan lama tanpa perlu bertatap muka. Tidak ada yang pernah menyangka, tidak ada yang bisa meramalkan.

Beberapa tahun kemudian muncul media sosial lainnya dengan basis yang berbeda-beda. Twitter dengan batasan 140 karakter menobatkannya sebagai media microblogging tersukses yang pernah ada. Kemudian muncul Instagram, Path, hingga Snapchat yang belum lama ini IPO. Mereka adalah tempat di mana keinginan eksistensi pengguna bermuara.

Semua media sosial ini punya pengaruh yang sangat luar biasa pada segala aspek kehidupan. Media sosial mengubah cara berpikir, berinteraksi, bekerja dan bahkan media sosial benar benar mengubah cara manusia hidup. Manusia seolah telah bergantung sepenuhnya dengan media sosial contohnya seperti saya ini dan mungkin juga Anda. Apa yang Anda lakukan saat bangun tidur? Sholat? Minum air putih? Atau memeriksa notifikasi Facebook?

Pada selasa kemarin saya diberi kesempatan untuk menghadiri acara seminar ICON Media 2017. Di sana Fadjar Hutomo sebagai perwakilan dari Bekraf mengemukakan hal serupa. Ia mengatakan media digital adalah bagian dari evolusi terbesar kehidupan manusia. Saya sangat sependapat dengan beliau jika melihat perkembangan teknologi yang terus meluas, mengakar pada segala bidang dan aspek hidup. Bahkan menjadi tulang punggung yang menopang segala kebutuhan masyarakat, perusahaan, pemerintahan.

Data pun berbicara senada. 63,1 persen dari penduduk Indonesia dikatakan memiliki ponsel pintar dan 71 persen dari pengguna ponsel pintar tersebut terhubung dengan internet. Artinya ekosistem digital di Indonesia pun semakin menjamur. Perusahaan rintisan (start up) terus berkembang dengan jumlah yang terus berlipat ganda. Media digital semakin meluas.

Media massa pun bergerak sejalan dengan zaman. Pergerakan teknologi memaksa koran untuk ikut mengubah wujudnya dari fisik ke digital. Seingat saya surat kabar yang pertama kali bertransformasi ke bentuk digital adalah Republika. Tapi itu sebatas memindahkan konten dari koran ke media digital. Pada sekitar tahun 2000an barulah muncul Detik.com yang untuk pertama kalinya melakukan jurnalisme online secara total yakni proses editorialnya pun dilakukan secara online.

Kemudian setelah kesukesan Detikcom muncul media media baru. Kompas.com, Liputan6.com, Vivanews.co.id, Kumparan.com hingga Kompas.id yang Februari lalu resmi diluncurkan. Semua media memiliki konten dengan ciri khas masing-masing. Ada yang memenggal berita dengan paragraph pendek dan mengutamakan kecepatan, ada yang mengutamakan kelengkapan data, ada juga yang menyajikan berita dengan gaya yang ringan.

Semua berbeda tapi ada satu kesamaan, yaitu homepageatau halaman depan masing-masing media online ini yang kian jarang dikunjungi pembaca.

Maksud saya adalah jumlah pembaca yang mengakses media online dengan mengetik www.detik.com atau www.kompas.com misalnya, semakin hari semakin berkurang. Kebanyakan pembaca, langsung mengklik tautan pada artikel tertentu tanpa harus singgah terlebih dahulu ke halaman depan situs tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun