Mohon tunggu...
Yudha Pratomo
Yudha Pratomo Mohon Tunggu... Jurnalis - Siapa aku

is typing...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menghidupkan Kembali Asa Sepakbola Indonesia

11 Mei 2016   12:41 Diperbarui: 11 Mei 2016   12:47 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepakbola Indonesia kembali hidup. Sumber: Kaltim.procal.co

Selasa petang kabar baik datang. Penggemar sepakbola tentu layak untuk sedikit bergembira atas keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi yang akhirnya menandatangani surat keputusan pencabutan pembekuan PSSI.

Dengan demikian, denyut sepakbola (yang sah) kembali bergolak. Pertandingan demi pertandingan yang berlangsung akan diakui FIFA dan tentu saja yang paling penting adalah Timnas bisa kembali berlaga di kancah dunia.

Penandatanganan SK pencabutan pembekuan ini bukan tanpa dasar. Menurut Menpora pencabutan sanksi ini dilakukan untuk menghormati Mahkamah Konstitusi dan FIFA.

"Ini semata-mata demi menghormati MK (Mahkamah Konstitusi), menghargai komitmen FIFA, seperti yang sudah disuratkan Mensesneg (Menteri Sekretaris Negara Pratikno). Surat itu berupa sebuah komitmen besar untuk reformasi sepak bola Indonesia," kata Imam Nahrawi dikutip dari Kompas.com.

Pembekuan ini terjadi selama lebih dari satu tahun sejak April 2015 lalu. Tindakan ini diambil oleh Kemenpora lantaran PSSI dianggap tidak bisa memenuhi kewajiban mereka dalam mengurus dan menyelenggarakan liga. Bahkan kala itu PSSI tidak mengakui hasil rekomendasi BOPI untuk tidak meloloskan Arema Cronus dan Persebaya Surabaya.

Ketika itu 9 April 2015, Komite Eksekutif (Exco) PSSI telah menyetujui usulan tentang penghentian sementara kompetisi QNB League akibat polemik tentang keikutsertaan Persebaya Surabaya dan Arema Cronus yang tidak lolos syarat verifikasi.

Pada 12 April 2015, seluruh pertandingan QNB League resmi dihentikan sementara oleh PT Liga Indonesia berdasarkan keputusan Exco. Dan kemudian, penghentian ini mulai memakan korban. Persija Jakarta menunggak gaji pemain selama tiga bulan terakhir dengan dalih karena dana sponsor yang tidak turun akibat kompetisi terhenti.

Tidak hanya sampai di situ. Surat pembekuan oleh Kemenpora atas PSSI ini dipandang sebagai intervensi yang tidak bisa dimaklumi. Yang kemudian menghasilkan jatuhnya sanksi FIFA pada Indonesia. FIFA melarang Indonesia mengikuti gelaran pertandingan internasional, alhasil Timnas tidak akan bisa berlaga di kancah dunia.

FIFA sebenarnya saat itu memberikan tenggat waktu hingga 29 Mei 2015 agar polemik sepak bola tanah air bisa diselesaikan. Namun Indonesia tidak bisa memenuhi tuntutan ini.

Tarik ulur sebenarnya sempat terjadi. Bahkan ketika itu Wakil Presiden Jusuf Kalla sempat memberikan usulan agar Menpora tidak melakukan penghentian liga. Jusuf Kalla menyarankan agar Imam Nahrawi melakukan revisi pada surat keputusannya agar liga tetap bisa berjalan tapi berada dalam pengawasan pemerintah melalui Tim Transisi.

"Kepmen (Keputusan Menteri) itu direvisi, artinya kompetisi jalan tentu dengan PSSI. Kemudian Tim Transisi mendampingi untuk mengevaluasi dan mengawasi persepakbolaan nasional," kata JK, "Jadi bukan hanya PSSI tetapi pesepakbolaan nasional karena banyak hal yg bukan urusan PSSI," dikutip dari CNNIndonesia. 

Sayang, usaha tarik ulur ini tidak berlangsung baik. FIFA secara resmi memberikan sanksi larangan bertanding di turnamen internasional dan juga larangan mendapatkan bantuan dari FIFA serta Konfederasi Sepak Bola Asia dalam bentuk apapun.

Garuda kemudian terpuruk. Satu sayap seolah dipatahkan. Namun ini semua untuk kebaikan. Benalu dan segala penyakit harus dihilangkan dalam badan, meski tidak akan sepenuhnya hilang. Tapi setidaknya Garuda (sepakbola Indonesia) bisa lebih sehat.

Bahkan Presiden Joko Widodo ikut memberikan komentar. Menurutnya hal yang patut ditegaskan ketika itu adalah ambisi Indonesia untuk meraih prestasi di level internasional, bukan hanya tampil di turnamen internasional.

"Melihat permasalahannya harus lebih lebar. Kita hanya ingin ikut di ajang internasional atau berprestasi di ajang internasional?" kata Presiden Joko Widodo ketika itu.

Saya sangat setuju.

Memang benar kita tidak bisa melihat sanksi ini begitu saja hanya dalam koridor yang sempit. Menurut saya, "sakit yang hanya sementara" ini layak dinikmati asalkan ke depannya sepak bola Indonesia berada pada kondisi yang jauh lebih baik.

Mungkin jika dianalogikan, pembekuan kemarin adalah ibarat jarum suntik yang disuntikkan pada tubuh. Sakit memang, tapi ada serum yang bisa menyembuhkan penyakit di dalamnya. Belum lagi kita harus menahan rasa rindu melihat timnas bertanding. Kita harus menahan rindu untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya serentak, menggemuruhkan isi satu stadion.

Tapi sudahlah, rasa sakit dan rindu itu sekarang sudah hilang. Jantung sepakbola Indonesia kembali berdetak pertanda adanya kehidupan. Harapan juga kembali muncul akan prestasi yang bisa digaungkan.

Dan tentu saja, asa untuk berprestasi kembali tumbuh seiring. Garuda juga bisa kembali terbang tinggi. Tinggal bagaimana kita ikut menjaga agar tidak kembali terjatuh seperti satu tahun kemarin. 

--------

"In football, the good thing is things can change in a second" - Didier Drogba

ps: maaf ya mas mbak admin. lagi kejar setoran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun