Mohon tunggu...
Pratiwi Zuriaty
Pratiwi Zuriaty Mohon Tunggu... -

Lahir di Bulan Januari 1987 menjadikan saya harus sadar bahwa saya sudah harus menjadi wanita dewasa dan harus menentukan sikap. Tapi kayaknya yang saya lakukan saat ini hanyalah sebuah suratan takdir... Pelan tapi pasti,,saya akan mewujudkan cita-cita saya!!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Di Dalam Bis Kok Pakai Payung??

20 Februari 2010   08:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:49 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini cerita yang bisa dibilang entah lucu atau miris yang saya alami tadi malam. Seperti hari-hari sebelumnya di bulan Februari ini, hujan di pagi dan sore hari mengiringi perjalanan saya dari dan ke kantor. Hujan di pagi hari membuat saya malas untuk beranjak dari tempat tidur sementara hujan sore hari membuat saya berlama-lama turun dari lantai 12 gedung kantor saya. Setelah mengisi perut dengan bubur ayam yang cukup dapat menghangatkan perut saya, saya menyebrangi jembatan untuk mencapai lokasi pangkalan bis P10 yang mengantarkan saya dari pusat kota menuju rumah saya. Setelah ditunggu hampir 20 menit, akhirnya bis itu datang. Saya sudah sangat maklum, karena di kondisi yang hujan itu jalanan jadi macet dan menyebabkan bis menjadi jarang. Saking lamanya menunggu bis, ternyata banyak juga orang lain yang menunggu bis sehingga kita berebutan masuk ke bis. Pas masuk ternyata hampir penuh dan agak susah memilih kursi karena sebagian besar kursi basah. Entah bocor karena hujan atau bocor ac. Yang jelas mau duduk dan tidur sepanjang perjalanan jadi nggak asik karena sedikit-sedikit tetesan air jatuh ke badan saya. Beberapa menit kemudian bis mulai makin penuh dan banyak di antara penumpang yang berdiri. "Geser dikit pak. geser ke tengah. Masih banyak yang mau masuk,"ujar si kenek. "Geser apanya. Ini sudah mepet, nggak ada tempat lagi." kata seorang bapak. "Itu masih bisa pak,"kata si kenek lagi sambil menunjuk ke sebelah Bapak yang bukanlah merupakan space kosong. "Bisa jidadmu. Nggak liat apa ini sudah penuh," "Udah mentok gila," tambah seorang mbak-mbak. Akhirnya si kenek diam sambil menggerutu. Beberapa menit kemudian saat si kenek meminta ongkos kembali terjadi percakapan antara si bapak sewot dan kenek sotoy. [caption id="attachment_78106" align="alignnone" width="272" caption="ilustrasi: http://www.toonpool.com/cartoons/"][/caption] "Uang pas aja pak, uang pas," "Nggak ada" katanya sambil menyerahkan uang 50.000-an. "Yee..nggak ada kembaliannya pak," "Ya saya juga nggak punya uang kecil. Masa dari tadi narik nggak punya kembalian,"lanjut Bapak itu sewot. " Oh ya bang tolong bilangin ke bos nya nih, bisnya dirawat dong. Masa bocor dari dulu nggak dibenerin," "Ya namanya bis tua pak. Ini bis dari jaman Soeharto pak" "Tua sih tua. Tapi dirawat dong. Masa di dalam bis harus pake payung, baju basah semua." "Ya sabar aja pak. Tahun depan bis nya ganti baru pak," kata si kenek sambil ngeloyor. Begitu si kenek pergi, si Bapak melanjutkan gerutuan-nya itu pada penumpang lain di sebelahnya. Mereka semua mengeluh tentang bis tua yang tidak pernah dirawat itu. Padahal kalau dipikir-pikir seharusnya uang dari hasil jasa bus tersebut cukup untuk kegiatan perawatan dan peremajaan bis. Tarif bis 6000 per orang, rata-rata penumpang pasti sekitar 50 orang lebih. Kalikan saja itu semua dengan berapa kali mereka pulang pergi rute tersebut. Apa iya pepatah arogan yang mengatakan 'If it ain't broke, don't fix it' benar-benar terjadi di dunia transportasi kita? Teraniyaya sekali kita sebagai penumpang. Dan tadi, kapan dia bilang akan ada bis baru? Tahun depan?? Bulan apa ini? Februari bukan? Artinya saya dan penumpang-penumpang lainnya masih harus menunggu 10 bulan lagi sampai bis ini bisa nyaman dan mereka tidak memperbaikinya. Artinya juga besok-besok kalau hujan saya basah lagi nih di dalam bis. Wah harus pake jas hujan kayaknya di dalam bis..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun