Buku sisi tergelap surga, merupakan buku yang menarik sekali untuk dibaca. Sisi tergelap surga, yang saya tangkap dari 3 kata tersebut adalah dibalik keindahaan kota yang serba mewah dan megah, terdapat sisi tergelap nya kehidupan nya begitu keras, liar dan bagaimana kita harus bertahan hidup. Buku ini adalah karya dari Brian Khrisna dengan halaman sebanyak 304 halaman. Brian ini sudah 25 tahun hidup sebagai anak penjual nasi di pinggir jalan dan membuat ia akrab dengan hal hal yang jarang sekali diketahui orang. Buku ini menceritakan sisi tergelap dari kota kota besar, yang dimana terdapat sebuah kampung yang berbagai pekerjaan ada dan dianggap halal selama kebutuhan terpenuhi.Â
Ada sebuah quote dalam buku ini yang sangat berarti dan mengubah pandangan saya terhadap segala pekerjaan buruk di luar sana. Pada halaman 55 karakter dari Juleha seorang ibu satu anak yang pekerjaan nya adalah seorang kupu kupu malam yang rela bekerja mengorbankan harga diri nya hanya untuk anaknya, Ujang. Juleha mengatakan sebuah pesan "Kunci supaya biasa saja menghadapi semua hal aneh di kota ini ya dengan membiasakan diri dengan hal - hal yang nggak biasa. Jadi, jangan hakimi cara bertahan hidup orang orang ya, Tom,". Dulu saya berpikiran orang orang diluar sana yang melakukan  hal seperti menjadi kupu - kupu malam, pencuri itu mereka melakukannya karena mereka hobi dan senang dalam melakukannya. Tapi setelah membaca ini saya merasa bersalah kepada mereka yang saya pandang buruk tersebut, karena saya telah berburuk sangka dan mereka melakukan itu karena ada alasannya.Â
Selain Juleha, ada juga seorang anak laki - laki  bernama Gofar. Ia rela mencuri motor orang di tengah malam dan menjual nya lagi hanya untuk mendapatkan uang berobat ibunya yang tengah mengalami stroke. Karakter Danang yang banyak dikira masyarakat di kampung bekerja di perusahaan besar, nyatanya hanyalah seorang pria yang menyamar menjadi wanita dengan makeup tebal lalu mencari uang di sekitar terminal dengan gaya suara yang dibuat buat seolah olah wanita. Mungkin kalau pemerintah banyak membuat lapangan kerja, mungkin tidak ada orang orang nekat seperti mereka.Â
Bagian yang paling sedih menurut saya dalam buku ini adalah seorang ayah yang hanya bekerja menjadi badut di jalan jalan raya kota. Pak Badut mempunya 3 anak perempuan yang harus beliau nafkahi. Istrinya sendiri pergi meninggalkan pak badut dan menikah lagi dengan pria lain. Pak badut yang seharian berjalan di jalan, kadang uang yang ia dapatkan tidak mencukupi biaya sekolah anaknya. Bahkan biaya untuk kehidupan sehari hari pun belum tercukupi. Namun perjuangan Pak Badut tidak sia sia. Ketiga anaknya berhasil sukses ada yang sudah kuliah semester 6, bekerja di BUMN dan hingga berhasil ke luar negeri. Perjuangan seorang ayah memang tidak main main untuk anak anaknya.Â
Kesimpulannya pada riview buku ini jangan menghakimi setiap pekerjaan yang dilakukan oleh siapa pun baik itu buruk dan baik. Karena setiap orang punya alasan mengapa mereka melakukan pekerjaan yang dimana tidak biasa di mata kita. Mereka melakukan hal tersebut mungkin untuk bertahan hidup, ada ibu yang butuh obat untuk penyakit stroke nya, ada anak yang harus di beri nafkah. Dan bagi mereka di luar sana yang melakukan hal tersebut juga karena terpaksa dan demi bisa hidup satu hari lagi. Tidak ada yang mau punya pekerjaan seperti pencuri, kupu kupu malam, manusia silver, badut, preman terminal, kalau saja banyak lapangan kerja yang tersedia.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI