Mohon tunggu...
Pratiwi si ati
Pratiwi si ati Mohon Tunggu... -

a simple student with complicated thought, nevertheless life must go on. writing and look what you thinking of

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

A QUEEN

30 Agustus 2015   04:57 Diperbarui: 30 Agustus 2015   04:57 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

A QUEEN

Kata yang mengingatkan saya tentang kerajaan. Kali ini saya akan mereport tentang perjalanan saya dan teman-teman kelas. Kami berangkat dari Kota Makassar menuju daerah pesisir Sulawesi selatan tepatnya di Barru dalam rangka penelitian lapangan. Tempat ini diusulkan oleh salah seorang dosen pengampu mata kuliah metode penelitian lapangan. Saya jadi berpikir “mengapa tempat ini dipilih menjadi lokasi penelitian?”. Diperjalanan beberapa orang diantara kami singgah disebuah masjid sederhana untuk mengadakan sholat magrib dan isya secara jamak qasar. Tidak lama dari lokasi pelaksanaan sholat itu tempat penelitian yang bernama desa pancana kec tenri rilau berada. Sempat rombongan kami kelewatan jalur –there is no want to blame but me- karena kelewatan menakar pakai perasaan. Then we must go on.
Sesampai di rumah kepala desa. Kami disambut dengan baik dan hangat. Setelah makan malam, briefing pun berjalan lancar. Pagi dimulai dengan nyaman, saya dan ibu umi sempat jalan-jalan subuh. Ketika hari masih gelap saya dan ibu umi berjalan-jalan di pesisir pantai. Ibu umi yang lebih berpengalaman dengan suasana di pesisir pantai menceritakan banyak hal kepada saya. Ada beberapa tempat penjualan ikan yang masih digunakan dan beberapa yang tidak terawat dan ada juga perahu nelayan yang masih menyandar. Setelah puas menjelajahi pesisir bagian barat pantai kami berpindah ke timur. Tempat penginapan beberapa teman kelas. Dari kejauhan terlihat tempat penginapan kecil yang menjorok ke bibir pantai. Ada dua bale-bale (tempat duduk yang terbuat dari bamboo) di sisi kanan dan kirinya. Sayangnya saya punya keperluan mendadak dan itu memaksa saya untuk kembali ke tempat penginapan sementara. Sarapan berjalan dengan lancar, setelah makan kami bergegas mencari informan sebagai sumber data penelitian. Bahan yang akan ditanyakan pun telah dirancang malam harinya. Dan pagi hingga sore telah kami alokasikan waktu untuk bertanya.
Malam hari saya seperti biasa memuntahkan pikiran dan pertanyaanku didepan layar computer. Bukan di media social. Hanya di Ms. Word. Pagi yang masih gelap di hari sabtu itu aku dan ibu umi berjalan-jalan dan kami menemukan patung di depan rumah adat. Rumah adat itu menurutku sangat wah sementara dalam proses merampungkan pembangunannya. Great. Di depannya ada patung perempuan. Ibu umi berkata sambil chuckle. “ada berhala”. Saya juga ikut chuckle. Namun pada akhirnya saya bertanya dalam hatiku kenapa saya chuckle (sebagai sopan santun) dan apakah setiap patung disebut berhala?. Karena ada patung yang hanya sebagai pajangan dan tidak disembah seperti patung kuda, kedua ada patung yang dibuat karena memperingati jasa orang tersebut, ketiga ada patung yang memang dibuat karena maksud untuk menyembah, keempat ada patung yang dibuat dengan maksud untuk mengenang jasa orang tersebut namun beberapa tahun kemudian patung tersebut disembah oleh orang-orang setelahnya karena fanatic yang sangat. Seperti cerita patung di jaman nabi nuh. Furthermore menurut kebanyakan ulama patung secara keseluruhan di haramkan. Karena tindakan manusia membuat patung ini menandingi sifat rububiyah Allah. Salah satu ilmu dalam ilmu tauhid yakni rububiyah, selain Tauhid asma wa sifat dan tauhid uluhiyah.
Tentang patung itu, patung itu kelihatan berkarakter. Perempuan karismatik bertuliskan ratna kencana colliq pujie tepat dibawah patung. Beberapa diantara teman bersahut mulut. Itu Ratu bugis yang menulis naskah terpanjang di dunia bukan?. Dia itu yang bukan perempuan tangguh yang menikah dengan beberapa pangeran bukan? Demi menyelamatkan rakyat dan kerajaannya dia pernah diusir beberapa kali oleh Belanda. Ketika dia di usir dari satu tempat ke tempat lain karena mempertahankan prinsipnya dan melindungi rakyatnya. Wow, what a great women. Saat itu hanya suara sumbang. Keesokan harinya kelompok kami “dikti” diberikan kesempatan untuk mewawancarai pak imam. Pak imam menceritakan asal mula penamaan desa pancana. Pak imam ini selanjutnya saya sebut sebagai nara sumber.
Once upon a time ada seorang putri raja yang berasal dari luwuk diusir oleh ayahnya yakni raja yang menjabat karena membangkang dengan perintah raja. Putri raja alias putri mahkota tidak bersedia patuh kepada perintah ayahnya karena manganggap ayahnya telah dipengaruhi oleh penjajah dari bangsa Belanda. Berlayarlah sang putri menuju suatu tempat yang belum diketahui namanya. Ketika sang putri dan anak buah kapalnya tiba disebuah tempat. Para anak kapa melihat ikan yang ada disekitar kapal sambil mengatakan awu-awu. Sang asistena putri atau orang kepercayaan putri memeriksa kegaduhan yang melingkupi awak kapal. Rupanya itu disebabkan suara awak kapal meneriaki ikan dengan panggilan awu-awu. Dilaporkanlah kejarian itu kepada putri. Kemudian ikan tersebut diberi nama dengan awu-awu. Sehingga sekarang ikan itu dikenal dengan sebutan awu-awu. Ikan yang menjadi kebanggaan desa pancana karena rasanya yang khas dan berbeda cita rasanya dengan ikan awu-awu dari daerah lain.
Putri pun melihat ikan itu dan keadaan sekitar, dia turun dari kapal dengan cara di panca (di pandu oleh dua orang asistennya –ingat permainan pandu waktu kita kecil dulu kan?-). Putri tinggal di tempat itu dan menetap di sana membentuk kerajaan baru yang ia pimpin sendiri. lama kelamaan orang mengenal tempat itu dengan sebutan pancana karena proses penurunan putri dari atas kapal menuju tempat itu. Pancana berarti ‘tempatnya dia –ratu- atau singgasananya dia’ Terkenallah desa itu dengan sebutan pancana dengan tampuk pemerintahan di pimpin oleh seorang ratu yang berdaulat atas wilayah tersebut. Kerajaan yang berasal dari suku bugis ini menelurkan sebuah karya sastra mendunia hasil torehan tangan lembut seorang ratu yang berdaulat. Ratu itu bernama Ratna Kencana Colliq Pudjie dengan nama lain juga Aisyah. Dia Ratu yang bukan hanya sekedar punya cita rasa sastra yang tinggi namun juga seorang penulis naskah terpanjang di dunia. Naskah yang sekarang dikenal dengan sebutan LA GALIGO. Naskah ini merupakan naskah terpanjang di dunia mengalahkan naskah yang ada di di India seperti Mahabarata dan lainnya. Salinan asli naskah ini ada di perpustakaan dan arsip nasional Kerajaan Belanda. Hanya beberapa orang local yang memiliki beberapa salinan asli naskah ini. Ratu ini harus perawan baik saat diangkatnya hingga dalam masa jabatannya. Dia harus suci dari hayatnya hingga maut menjemputnya. (Ggz* ingat drakor putri dok man kisah Queen Seon Deok dari kerajaan korea kuno. Oh oeni Won you are beautiful on that series).

[caption caption="a queen picture"][/caption]
Segelintir pertanyaan muncul seputar Ratu dan kehidupannya. Mengapa dia tidak menikah? Menurut nara sumber karena begitulah tradisi mengajarkan suku itu. Bagaimana jika putri jatuh hati kepada ajudannya atau pangeran sebelah kerajaannya bertahta?. Duh complicated banget nih. Atau laki-laki itu jatuh hati kepada putri namun hanya bisa memendam rasa sampai maut menjemput mereka. (hiks#*) Menurut nara sumber jika ada laki-laki yang menyukai Ratu sama saja membunuh kehidupannya sendiri, saking hormatnya kepada Ratu. Dengan cara tidak mencintai Ratu secara personal, dengan cara itulah mereka menjaga etika kepada Ratu dan menjaga marwah Ratu. Kecintaan mereka kepada Ratu hanya sebatas kecintaan rakyat kepada Ratu.
Ratna Kencana Colliq Pudjie nama penulis la galigo adalah seorang perempuan. I wonder how did she write the scripts?. Did she write it by herself? Or did she ask her assistant to write it down?. What is the content of la galigo actually?. Menurut sumber online yang saya baca (hanya blog, saya sarankan membaca dari buku yang ditulis oleh ahli dibidangnya). Naskah la galigo berisi epic seputar suku bugis dan cerita mistik masa lampau dan kepercayaan kuno dan kehidupan rakyat saat itu. Menurut nara sumber yang kami temui rakyat pancana saat itu telah menganut keyakinan yang bernama islam namun sisa kepercayaan hindu masih ada dalam ritual kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Masih membakar kemenyan dan mempersembahkan sesajian kemudian dibacakan doa. Belum jelas doa di sini apakah berbahasa Arab atau Bugis. Jika berbahasa Arab apakah doa itu pernah dianjurkan oleh Baginda Nabi adalah juga sebuah pembahasan. But now we are not talking about this stuff.
Next let’s move on to the next part, di satu sisi penerapan ajaran islam sangat kental. Jika ada dua orang lawan jenis yang memiliki hubungan tanpa ikatan pernikahan kemudian mereka berzina (zina yang menghasilkan anak bukan zina mata atau tangan) maka akan di rajam. Cara penerapan rajam yang ada di kerajaan ini sangat berbeda dengan rajam yang dipahami dalam ilmu fikih islam yang saya pahami. Jika rajam dalam ilmu fikih islam ada dua yakni rajam bagi pelaku zina yang belum menikah dan rajam bagi pelaku zina yang telah menikah. Jika pelaku belum menikah maka hukumannya yakni di di cambuk seratus kali kemudian diasingkan disebuah tempat atau pulau tak berpenghuni selama setahun. Jika pelaku perzinahan telah menikah maka pelakunya di rajam dengan cara membenamkan tubuhnya ke tanah dan hanya kelihatan kepala kemudian di lempari dengan batu yang ditaksir bisa membuat ia tidak langsung mati namun mati perlahan-lahan. Pelaksanaan eksekusi mati pelaku perzinahan yang telah menikah ini dilakukan di sebuah lapangan besar dihadiri oleh masyarakat umum guna memberikan pelajaran akan pedihnya siksa diakhirat nanti. Juga, diantara hikmahnya sebagai efek jera. Nah berbeda caranya dengan rajam yang dilaksanakan di pancana. Rajam disini kedua kakinya dimasukkan dalam gumbang kemudian diisi dengan batu sebagai pemberat pun juga seluruh badan pelaku diikat agar tidak bisa bergerak. Kemudian pelaku diceburkan ke laut supaya dia mati. Pun rajam di kerajaan itu tidak dijelaskan apakah rajam ini berlaku bagi dua jenis pezina yang telah dan belum menikah.
Ratu ratna kencana Colliq pudjie yang bertahta tidak disebutkan berapa lama dia menjalankan roda pemerintahannya. Walau hidupnya telah berlalu beratus tahun silam namun namanya masih dikenang karena pekerjaannya. Yah, siapa sastrawan yang tidak kenal la galigo. Karya sastra terpanjang di dunia. Semoga penulisnya menemui ujian yang mudah di alam kubur.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun