Saya lagi asyik di depan desktop ketika HP saya berbunyi. Ada telpon dari mbak Dharma. "Assalamu'alaikum bude, di rumah nggak?" Saya jawab salamnya, sembari bilang bahwa saya di rumah sejak tadi pagi. "Kenapa itu suaranya kok gitu," tanya saya. Mbak Dharma seperti habis menangis. "Budeee, mobilku ilaaaang." Mak deg hati saya. "Astaghfirullah. Wis bentar, aku ke sana ya." Ingatan saya melayang ke pagi tadi. Jam 8 pagi saya sudah lewat Warr Park, membeli croissant untuk bekal makan siang Adzra di sekolah. Seperti biasa, saya selalu menengok ke building 45. Siapa tahu kelihatan wajah mbak Dharma dari jendela dapur. Pagi itu, saya lihat garasinya sudah kosong. Eh, kemana pagi-pagi sudah keluar rumah. Balik dari Pamukkale Bakery, saya ketemu dengan Faqih, putra mbak Dharma yang sulung, yang mau berangkat sekolah. "Where's your mom? I didn't see the car." Saya jadi merasa bersalah, mengapa tadi pagi saya tidak menelpon, sekedar tanya kabar. Sekembalinya dari mengantar Adzra ke sekolah, saya praktis tenggelam di meja kerja. Kalau saja saya telpon tadi pagi... Sesampai di rumah mbak Dharma, saya sarankan untuk segera telpon 000 untuk melaporkan kehilangan. Mbak Dharma mohon polisi untuk datang ke rumah. Tapi tak sampai 1 menit setelah menutup telpon, akhirnya mbak Dharma memutuskan untuk langsung ke Police Station. Kebetulan saya tahu kantor polisi terdekat di dekat stop 25 di Sydney Road. Di sela-sela waktu melapor itulah mulai jelas kronologi mobil hilang. Ketika Faqih pulang sekolah dan mendapati garasi kosong, dia telpon mamanya. Mamanya bilang kalau di rumah sejak pagi. "But the car is not in the garage, Mommy." Mbak Dharma sempat memarahi Faqih karena dianggap guyon kelewatan. Tapi setelah dicek turun ke bawah, ternyata memang benar. Ella, tetangga sebelah mbak Dharma, merasa heran mengapa garasi sudah kosong sekitar jam 9 pagi, saat dia berangkat kerja. Kebetulan ada tukang yang sedang mengerjakan garasi Ella. Menurut si tukang, sejak dia mulai kerja pagi itu, garasi memang sudah kosong. Saat lapor ke polisi, diberitahukan bahwa bila ketemu, pelapor akan segera dihubungi pihak kepolisian. Mbak Dharma juga memutuskan menanda-tangani consent kepada polisi untuk towing, alias menderek mobil. Artinya, bila mobil ditemukan, di lokasi manapun, mobil akan diderek, dan si pemilik mobil sanggup menanggung biayanya. Tanpa consent, mobil harus diambil sendiri ke lokasi. Bayangkan kalau mobil ditemukan di luar kota di pinggir hutan. Dalam kasus kehilangan seperti ini, tidak banyak yang bisa dilakukan pelapor kecuali menunggu perkembangan. Dalam masa penantian plus upaya mbak Dharma untuk ikhlas, berkembanglah berbagai asumsi. Ibu-ibu di grup Paisyah mengirimkan rasa empati beserta doa agar bisa ditemukan bila memang masih rejekinya. Ternyata banyak juga cerita kehilangan mobil dan motor yang dishare teman-teman. Yang menenangkan dari info-info itu, kendaraan yang hilang ternyata bisa ditemukan kembali, meski dalam jangka waktu antara 1-3 bulan lebih. --- Tanpa mobil, mbak Dharma menyiapkan diri dengan rutinitas lama. Naik public transport ke mana-mana. Maka sore hari berikutnya, saat dalam perjalanan pulang dari kampus, mbak Dharma menelpon saya. Memberitahukan bahwa Faqih dan Fakhry diminta menunggu di rumah saya sepulang sekolah. Si 2F, begitu saya menyebut mereka, memang sudah menganggap rumah saya seperti rumah sendiri. Kebetulan juga sore itu, Galuh, putri mbak Hani, juga sedang menikmati after-school playdate dengan Adzra. Jadinya rumah cukup ramai dengan suara 4 anak. Si 2F main PS, dan gadis-gadis kecil sudah sibuk bermain dengan boneka-boneka kecil. Mbak Dharma masih di tram. Beberapa kali mbak Dharma telpon saat saya masih di dapur. Kring pertama: "bude, aku sudah di rumah. Anak-anak suruh pulang aja ya." Saya lihat 2F menggeleng. PS 3 terlalu sayang untuk ditinggalkan nampaknya. "Please," pinta mereka. Kring kedua: "bude, anak-anak belum shalat Ashar." Saya bilang bahwa anak-anak sudah shalat dan sedang makan mie ayam. Kring ketiga: "budeee, mobilku ditemukan. Di Brunswick West. Aku disuruh ke sana." Suara mbak Dharma terdengar bercampur perasaan antara lega dan tidak percaya. Maka saya putuskan untuk ke rumah mbak Dharma, menunggui Faisal yang masih tidur, sambil mengajak Adzra dan Galuh. Sementara Faqih dan Fakhry masih ingin di rumah saya. Kebetulan ada Ganta, anak sulung saya, yang baru pulang kerja dari Vicmart. Bergegas mbak Dharma mencatat alamat dan nomor HP yang diberikan polisi, dan kemudian berangkat ke TKP, dengan diantar mas Bayu dan mbak Dewi. Sebagai warga Brunswick West, pasutri asal Solo ini pastinya cukup mengenal medan. Di antara waktu menunggu mbak Dharma mengurusi pengambilan mobil itulah cerita seru bagaikan CSI seakan digelar. Gambaran cerita detektif seperti di TV dimulai dengan postingan yang dikirim mbak Dewi ke whatsapp group ibu-ibu PAisyah. "Saya di dalam mobil, mbak Dharma dan mas Bayu sedang di-interview." Tim forensik di TKP (courtesy: mbak Dewi) Hampir 3 jam berlalu sejak mereka berangkat ke TKP. Faqih dan Fakhry sudah balik ke rumah. Galuh sudah dijemput mamanya. Tinggallah saya, Adzra, Faqih, Fakhry, dan Faisal. Si bayi 9 bulan yang lucu ini manis banget, tanpa ada kerewelan sedikitpun selama ditinggal mamanya. Dan akhirnya semua cerita tumpah saat mbak Dharma pulang. Mbak Dharma, mas Bayu, dan mbak Dewi merekam berbagai episode dari kacamata masing-masing. --- Siapa mengira bahwa mobil Nissan Pulsar warna maroon berplat nomor PH**** itu sebenarnya sudah dilaporkan berada di garasi orang di seputaran Eggington Street, pada pukul 9 Rabu malam. Dan mbak Dharma baru sadar kehilangan mobil hilang 20 jam kemudian. Pihak polisi bahkan sudah mengecek ke alamat pemilik mobil. Eh, usut punya usut, alamat mobil masih di alamat lama mbak Dharma di Donald Street. Sementara mbak Dharma sudah pindah ke area De Carle Street, bertetangga dengan saya. Tentu saja pemilik baru di Donald Street tidak merasa kehilangan mobil. Jangan meremehkan hubungan baik dengan tetangga. Kenal baik dengan tetangga nampaknya jadi modal besar untuk menguak kriminalitas. Ini terbukti dari kisah bagaimana mobil itu dilaporkan ditemukan. Alkisah, si pemilik garasi d Paddington Street keluar rumah sekitar pukul 6 sore ke High Point, dan memberitahu tetangga sebelahnya. Tak lama kemudian, terdengar ribut-ribut di bawah, di garasi orang yang baru pergi tadi. Maka turunlah si tetangga. Di situ ada orang sedang parkir mobil. Ditanya siapa, jawabannya mencurigakan. Si pembawa mobil mengaku teman pemilik garasi. Ketika diberitahu bahwa si tetangga kenal baik dengan si pemilik garasi, dan mengancam akan menelpon polisi, tak disangka, si pembawa mobil bergegas mengambil backpacknyadi dalammobil. Lari lintang pukang. Ketika sii pemilik garasi pulang dan mendapati sebuah mobil bertengger di garasinya, laporlah dia ke polisi. Ada mobil curian di garasinya. Mungkinkah seseorang mencuri mobil untuk niat senang-senang dan kemudian meninggalkan mobil tersebut? Tukang yang mengerjakan garasi tetangga mbak Dharma membuka kemungkinan itu. "Maybe somebody took the car for a joyride and will leave it somewhere." Asumsi ini bisa jadi ada benarnya. Barang bukti di dalam mobil bisa menguak berbagai kemungkinan. Memang, saat di TKP, tim forensik mengecek isi mobil, mengambil foto dan sidik jari. Dari ujung depan sampai belakang. Dengan kamera dan peralatan yang OK banget. Barang bukti dimasukkan satu-persatu ke paper bag terpisah, dicatat waktunya jam berapa setiap barang bukti masuk ke tiap kantong. Amat profesional. Kayak nonton film detektif beneran pokoknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H