Mohon tunggu...
Pratiwi Retnaningdyah
Pratiwi Retnaningdyah Mohon Tunggu... dosen sastra Inggris, pegiat literasi -

Penikmat sastra, peneliti kajian literasi, dosen sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya. Blog pribadi ada di http://tiwi-lioness.blogspot.com dan http://doingliteracy.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kisah Kehilangan Mobil di Melbourne, Australia

15 Februari 2015   20:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:08 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya lagi asyik di depan desktop ketika HP saya berbunyi. Ada telpon dari mbak Dharma. "Assalamu'alaikum bude, di rumah nggak?" Saya jawab salamnya, sembari bilang bahwa saya di rumah sejak tadi pagi. "Kenapa itu suaranya kok gitu," tanya saya. Mbak Dharma seperti habis menangis. "Budeee, mobilku ilaaaang." Mak deg hati saya. "Astaghfirullah. Wis bentar, aku ke sana ya." Ingatan saya melayang ke pagi tadi. Jam 8 pagi saya sudah lewat Warr Park, membeli croissant untuk bekal makan siang Adzra di sekolah. Seperti biasa, saya selalu menengok ke building 45. Siapa tahu kelihatan wajah mbak Dharma dari jendela dapur. Pagi itu, saya lihat garasinya sudah kosong. Eh, kemana pagi-pagi sudah keluar rumah. Balik dari Pamukkale Bakery, saya ketemu dengan Faqih, putra mbak Dharma yang sulung, yang mau berangkat sekolah. "Where's your mom? I didn't see the car." Saya jadi merasa bersalah, mengapa tadi pagi saya tidak menelpon, sekedar tanya kabar. Sekembalinya dari mengantar Adzra ke sekolah, saya praktis tenggelam di meja kerja. Kalau saja saya telpon tadi pagi... Sesampai di rumah mbak Dharma, saya sarankan untuk segera telpon 000 untuk melaporkan kehilangan. Mbak Dharma mohon polisi untuk datang ke rumah. Tapi tak sampai 1 menit setelah menutup telpon, akhirnya mbak Dharma memutuskan untuk langsung ke Police Station. Kebetulan saya tahu kantor polisi terdekat di dekat stop 25 di Sydney Road. Di sela-sela waktu melapor itulah mulai jelas kronologi mobil hilang. Ketika Faqih pulang sekolah dan mendapati garasi kosong, dia telpon mamanya. Mamanya bilang kalau di rumah sejak pagi. "But the car is not in the garage, Mommy." Mbak Dharma sempat memarahi Faqih karena dianggap guyon kelewatan. Tapi setelah dicek turun ke bawah, ternyata memang benar. Ella, tetangga sebelah mbak Dharma, merasa heran mengapa garasi sudah kosong sekitar jam 9 pagi, saat dia berangkat kerja. Kebetulan ada tukang yang sedang mengerjakan garasi Ella. Menurut si tukang, sejak dia mulai kerja pagi itu, garasi memang sudah kosong. Saat lapor ke polisi, diberitahukan bahwa bila ketemu, pelapor akan segera dihubungi pihak kepolisian. Mbak Dharma juga memutuskan menanda-tangani consent kepada polisi untuk towing, alias menderek mobil. Artinya, bila mobil ditemukan, di lokasi manapun, mobil akan diderek, dan si pemilik mobil sanggup menanggung biayanya. Tanpa consent, mobil harus diambil sendiri ke lokasi. Bayangkan kalau mobil ditemukan di luar kota di pinggir hutan. Dalam kasus kehilangan seperti ini, tidak banyak yang bisa dilakukan pelapor kecuali menunggu perkembangan. Dalam masa penantian plus upaya mbak Dharma untuk ikhlas, berkembanglah berbagai asumsi. Ibu-ibu di grup Paisyah mengirimkan rasa empati beserta doa agar bisa ditemukan bila memang masih rejekinya. Ternyata banyak juga cerita kehilangan mobil dan motor yang dishare teman-teman. Yang menenangkan dari info-info itu, kendaraan yang hilang ternyata bisa ditemukan kembali, meski dalam jangka waktu antara 1-3 bulan lebih. --- Tanpa mobil, mbak Dharma menyiapkan diri dengan rutinitas lama. Naik public transport ke mana-mana. Maka sore hari berikutnya, saat dalam perjalanan pulang dari kampus, mbak Dharma menelpon saya. Memberitahukan bahwa Faqih dan Fakhry diminta menunggu di rumah saya sepulang sekolah. Si 2F, begitu saya menyebut mereka, memang sudah menganggap rumah saya seperti rumah sendiri. Kebetulan juga sore itu, Galuh, putri mbak Hani, juga sedang menikmati after-school playdate dengan Adzra. Jadinya rumah cukup ramai dengan suara 4 anak. Si 2F main PS, dan gadis-gadis kecil sudah sibuk bermain dengan boneka-boneka kecil. Mbak Dharma masih di tram. Beberapa kali mbak Dharma telpon saat saya masih di dapur. Kring pertama: "bude, aku sudah di rumah. Anak-anak suruh pulang aja ya." Saya lihat 2F menggeleng. PS 3 terlalu sayang untuk ditinggalkan nampaknya. "Please," pinta mereka. Kring kedua: "bude, anak-anak belum shalat Ashar." Saya bilang bahwa anak-anak sudah shalat dan sedang makan mie ayam. Kring ketiga: "budeee, mobilku ditemukan. Di Brunswick West. Aku disuruh ke sana." Suara mbak Dharma terdengar bercampur perasaan antara lega dan tidak percaya. Maka saya putuskan untuk ke rumah mbak Dharma, menunggui Faisal yang masih tidur, sambil mengajak Adzra dan Galuh. Sementara Faqih dan Fakhry masih ingin di rumah saya. Kebetulan ada Ganta, anak sulung saya, yang baru pulang kerja dari Vicmart. Bergegas mbak Dharma mencatat alamat dan nomor HP yang diberikan polisi, dan kemudian berangkat ke TKP, dengan diantar mas Bayu dan mbak Dewi. Sebagai warga Brunswick West, pasutri asal Solo ini pastinya cukup mengenal medan. Di antara waktu menunggu mbak Dharma mengurusi pengambilan mobil itulah cerita seru bagaikan CSI seakan digelar. Gambaran cerita detektif seperti di TV dimulai dengan postingan yang dikirim mbak Dewi ke whatsapp group ibu-ibu PAisyah. "Saya di dalam mobil, mbak Dharma dan mas Bayu sedang di-interview." Tim forensik di TKP (courtesy: mbak Dewi) Hampir 3 jam berlalu sejak mereka berangkat ke TKP. Faqih dan Fakhry sudah balik ke rumah. Galuh sudah dijemput mamanya. Tinggallah saya, Adzra, Faqih, Fakhry, dan Faisal. Si bayi 9 bulan yang lucu ini manis banget, tanpa ada kerewelan sedikitpun selama ditinggal mamanya. Dan akhirnya semua cerita tumpah saat mbak Dharma pulang. Mbak Dharma, mas Bayu, dan mbak Dewi merekam berbagai episode dari kacamata masing-masing. --- Siapa mengira bahwa mobil Nissan Pulsar warna maroon berplat nomor PH**** itu sebenarnya sudah dilaporkan berada di garasi orang di seputaran Eggington Street, pada pukul 9 Rabu malam. Dan mbak Dharma baru sadar kehilangan mobil hilang 20 jam kemudian. Pihak polisi bahkan sudah mengecek ke alamat pemilik mobil. Eh, usut punya usut, alamat mobil masih di alamat lama mbak Dharma di Donald Street. Sementara mbak Dharma sudah pindah ke area De Carle Street, bertetangga dengan saya. Tentu saja pemilik baru di Donald Street tidak merasa kehilangan mobil. Jangan meremehkan hubungan baik dengan tetangga. Kenal baik dengan tetangga nampaknya jadi modal besar untuk menguak kriminalitas. Ini terbukti dari kisah bagaimana mobil itu dilaporkan ditemukan. Alkisah, si pemilik garasi d Paddington Street keluar rumah sekitar pukul 6 sore ke High Point, dan memberitahu tetangga sebelahnya. Tak lama kemudian, terdengar ribut-ribut di bawah, di garasi orang yang baru pergi tadi. Maka turunlah si tetangga. Di situ ada orang sedang parkir mobil. Ditanya siapa, jawabannya mencurigakan. Si pembawa mobil mengaku teman pemilik garasi. Ketika diberitahu bahwa si tetangga kenal baik dengan si pemilik garasi, dan mengancam akan menelpon polisi, tak disangka, si pembawa mobil bergegas mengambil backpacknyadi dalammobil. Lari lintang pukang. Ketika sii pemilik garasi pulang dan mendapati sebuah mobil bertengger di garasinya, laporlah dia ke polisi. Ada mobil curian di garasinya. Mungkinkah seseorang mencuri mobil untuk niat senang-senang dan kemudian meninggalkan mobil tersebut? Tukang yang mengerjakan garasi tetangga mbak Dharma membuka kemungkinan itu. "Maybe somebody took the car for a joyride and will leave it somewhere." Asumsi ini bisa jadi ada benarnya. Barang bukti di dalam mobil bisa menguak berbagai kemungkinan. Memang, saat di TKP, tim forensik mengecek isi mobil, mengambil foto dan sidik jari. Dari ujung depan sampai belakang. Dengan kamera dan peralatan yang OK banget. Barang bukti dimasukkan satu-persatu ke paper bag terpisah, dicatat waktunya jam berapa setiap barang bukti masuk ke tiap kantong. Amat profesional. Kayak nonton film detektif beneran pokoknya.

Mobil di TKP  (courtesy: mbak Dharma)
Tim forensik memeriksa bagian dalam mobil dan mengambil sidik jari (courtesy: mbak Dharma)
Tim forensik mengambil barang-barang bukti (courtesy: mbak Dharma) Kalimat pertama yang diucapkan mbak Dharma saat masuk rumah adalah, "the good news is...mobilku jadi rapi." Lho kok bisa? Ternyata kepribadian pencuri bisa dilihat dari caranya memperlakukan mobil mbak Dharma. Ini kutipan langsung dari kalimat mbak Dharma, yang nampak terkesan dengan kerapian si pencuri. Mobilku jadi rapi banget dalamnya. Mainan baby terkumpul rapi, kertas-kertas yang berserakan masuk rapi ke dashboard. Sandal yang terpisah disandingkan dengan pasangannya. Payung yang terbuka dan nyempil di tengah, ditutup rapat dan dirapikan, masuk ke bagasi. Botol air mineral di jok dinaikkan ke atas dashboard. Tissue dirapikan. Ini pencuri niat banget mencuri mobilnya, mencari garasi kosong untuk memarkir mobil, dan merapikannya. Suara dia yang berisik saat merapikan itulah yang mengundang kecurigaan pemilik rumah di atas garasi. Apa sebenarnya motifnya? Di dalam mobil yang menjadi rapi itu, ternyata tim forensik menemukan barang-barang 'aneh' yang mbak Dewi sebenarnya tidak tega menyebutnya. Di antaranya ada pheromone spray dan 'alat-alat aneh' yang hanya bisa dibeli di toko XXX. Hasil browsing Mas Bayu di internet menunjukkan bahwa spray itu untuk menarik perempuan, dan membuatnya terangsang secara seksual. "Papa kok tahu kalau itu untuk tujuan begituan," tanya mbak Dewi. "Lha aku pernah dengar dan baca sebelumnya," tukas mas Bayu. Spray ini boleh dikata seperti pelet. Membuat perempuan yang membauinya akan terkiwir-kiwir. Ada alat pancing, gambar alat kelamin, spray untuk pelet, mobil rapi jali, menjelang Valentine's day. Nah, bila Anda jadi detektif, kira-kira apa bagaimana Anda menguak niat si pencuri? Plot cerita yang ditawarkan mas Bayu amat mengesankan bagi saya. Ini dia plot  yang disusun mas Bayu, yang nampaknya punya bakat jadi penulis skenario: Si pencuri mau mengajak perempuan berpiknik sambil mancing, untuk merayakan Valentine's day. Dengan daya pelet Pheromone spray yang tidak bisa terdeteksi baunya, namun langsung mempengaruhi alam bawah sadar perempuan, harapan si pencuri untuk mencari kepuasan akan tercapai. Bila si perempuan orang yang baru dikenal, mungkin kemudian dia akan lapor telah diperkosa, dan memberikan detil si pelaku beserta mobilnya. Padahal mobil nantinya akan ditinggal begitu saja di suatu tempat. Tahu efek Pheromone yang 'mengerikan' ini, mbak Dharma takut juga. Kuatir kena pengaruh. Siapa tahuspray sempat disemprotkan di dalam mobil. "Nggak ada lawan nih, bahaya." Sambil ketawa. Maklum, mas Arif, suami mbak Dharma memang berada di Indonesia. Balada LDR, seperti saya juga. Dalam hati, saya lega melihat mbak Dharma kembali lepas dan ceria. Bagaikan sebuah cerita, klimaksnya sudah lewat, dan sekarang adalah resolusinya. Mendekati ending cerita. Alhamdulillah. Satu hari yang cukup mengharu-biru bagi kami semua, komunitas PAisyah, yang sudah seperti saudara. Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari kekuatan persaudaraan yang senantiasa memberikan doa dan support untuk satu sama lain. Saya menyitir kalimat mbak Dewi yang mengutip pernyataan polisi. "Bila orang lain lapor kehilangan mobil dan masih banyak yang belum ditemukan, mbak Dharma beruntung karena justru polisi mencari alamat pemilik mobil, yang sebenarnya tidak sadar bahwa mobilnya hilang." Hikmahnya, mbak Dharma langsung mengurus penggantian alamat di VicRoads tadi siang. Begitu alamat sudah terupdate otomatis, maka pihak kepolisian langsung bergerak. Tanpa alamat yang benar, polisi tidak akan mengambil tindakan, karena menjaga kemungkinan adanya penipuan dengan alamat palsu. Ini pelajaran pertama. Pelajaran kedua: perlu disyukuri bahwa mobil tidak hanya ditemukan dalam waktu cepat, namun juga tidak jadi digunakan untuk maksiat. Insya Allah ini mobil yang dipakai untuk jihad seorang ibu dengan 3 anak, di tengah-tengah tantangan studi S3, sementara suami jauh di Makassar sana. Doa semua keluarga dan sahabat dikabulkan oleh Allah. Pelajaran kedua: profesionalisme tim kepolisian patut diacungi jempol. Barangkali ini kasus pencurian mobil yang tercepat ditangani tidak lebih dari 48 jam, sejak mobil pertama kali dilaporkan (oleh si pemilik garasi yang dinunuti mobil curian), sampai kembali ke tangan pemilik sah. Bisa jadi kasus ini memecahkan Guinness World Record, bila ada kategori kasus pencurian tercepat ditangani. Saat tulisan ini dibuat, saya membayangkan mbak Dharma mungkin sudah tidur dengan lebih nyenyak, sambil memeluk si kecil Faisal. Belum Sadar Hilang, Sudah Ditemukan.* Brunswick, 14 Februari 2015. 01.00 am

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun