Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Belum Meratanya Kualitas Pendidikan di Indonesia

12 Juni 2015   07:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:05 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Melihat perkembangan pendidikan di Indonesia saat ini belum menunjukkan adanya peningkatan kualitas.Berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pengembangan pribadi dan watak peserta didik, yang berakibat hilangnya kepribadian dan kesadaran akan makna hakiki kehidupan.

Kondisi umum negara Indonesia dalam Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004 (TAP MPR No.IV/MPR/1999) menyebutkan bahwa bidang pendidikan masalah yang dihadapi adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pengembangan pribadi dan watak peserta didik, yang berakibat hilangnya kepribadian dan kesadaran akan makna hakiki kehidupan. Mata pelajaran yang berorientasi akhlak dan moralitas serta pendidikan agama kurang diberikan dalam bentuk latihan-latihan pengamalan untuk menjadi corak kehidupan sehari-hari. Karenanya masyarakat cenderung tidak memiliki kepekaan yang cukup untuk membangun toleransi, kebersamaan, khususnya dengan menyadari keberadaan masyarakat yang majemuk.

Di dalam dunia kependidikan di Indonesia ini kita menghadapi keadaan bahwa kualitas pendidikan dewasa ini belum merata, masih banyak masyarakat daerah maupun masyarakat umum yang belum dapat merasakan maupun mengenyam pendidikan yang layak dan berkualitas. Dalam hal ini ada beberapa fokus yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia belum merata adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:

  1. Rendahnya sarana fisik,

Kualitas sarana fisik pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya. Apalagi di daerah-daerah pelosok negeri ini masih banyak daerah yang belum memiliki sarana fisik yang layak maupun lengkap.

  1. Rendahnya kualitas guru,

Banyak guru yang belum memiliki kualifikasi pendidikan seperti yang disyaratkan seperti masih banyak guru yang belum sarjana maupun tidak berada dalam bidangnya maupun Penyebaran guru yang masih terpusat di kota dapat menyebabkan adanya perbedaan kualitas antara murid diperkotaan dengan murid di pedesaan. Tentunya hal pengajaran tidak melulu tentang memberikan materi semata, tetapi juga mengajarkan bagaimana memberikan contoh sikap kognitif dan afektif yang baik kepada murid. Lebih dari itu, kurangnya guru di wilayah pedalaman pun menjadi masalah juga. Kebutuhan guru di lapangan tidak seimbang dengan tenaga pendidik yang diangkat.Masih banyak pendidik dalam dunia kependidikam yang masih memiliki keterbatasan terutama dalam pengetahuan, pengalaman serta penguasaan tentang isi pendidikan yang akan ditransformasi, kekurangan menggunakan alat-alat pendidikan. Upaya pendidik mengatasi keterbatasannya dalam mengembangkan usaha-usaha pendidik harus dijadikan komitmen pendidik sendiri terhadap peserta didik. (Dwi Siswoyo, 2013: 51-52)

  1. Mahalnya biaya pendidikan.

Biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan sekolah tidaklah sedikit. Keperluan sang anak sangatlah beragam. Mulai dari seragam sekolah, buku, peralatan tulis, biaya ruang kelas hingga transportasi anak. Semua itu adalah syarat yang harus dipenuhi agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Dalam pergulatan orang tua untuk mencari biaya tambahan tidak semuanya berhasil. Kebanyakan orang tua yang taraf ekonominya sangat lemah tidak lagi mampu menyekolahkan anaknya. Jangankan untuk menyekolahkan sang anak, memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah sulit. Saat ini telah banyak berdiri sekolah swasta berkualitas tinggi. Namun, biaya yang harus dikeluarkan pun tidak kalah tinggi. Dapat dikatakan bahwa pendidikan yang bermutu hanya dapat diakses oleh orang-orang kaya saja. Hal ini mengurangi kesempatan anak-anak kurang mampu untuk dapat bersekolah dan berkompetisi.Sekolah gratis yang dicanangkan melalui program BOS (Bantuan Operasional Sekolah) oleh pemerintah sejak tahun 2005 belum sepenuhnya dapat membantu masyarakat miskin untuk menyekolahkan anaknya.

  1. Keadaan geografis Indonesia

Indonesia adalah Negara yang paling banyak memiliki pulau-pulau. Pulau-pulau tersebut tersambungi oleh laut. Dibalik keuntungannya memiliki banyak pulau yang dapat dijadikan sebagai tempat wisata, namun keuntungan ini tidak dimaksimalkan dalam hal untuk memajukan (meratakan) pendidikan. Bagaimana tidak, dapat dikatakan sampai saat ini pun konsentrasi pendidikan masih terpusat di pulau Jawa saja yang kenyataannya bahwa pendidikan yang layak belum mencakup di seluruh pelosok negeri termasuk di daerah-daerah terpencil.

Namun pemerintah saat ini telah menyiapkan banyak bantuan untuk menunjang kualitas pendidikan di Indonesia, seperti bantuan beasiswa sekolah dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, ataupun bantuan untuk pembangunan gedung sekolah. Dan saat ini demi memeratakan kualitas pendidikan, pemerintah mengupayakan gerakan SM3T, dimana para sarjana terpelajar dimandatkan untuk mengabdi di dunia pendidikan pada daerah tertinggal di Indonesia. Sehingga salah satu langkah tersebut dapat membantu mengatasi kurangnya tenaga pendidik di daerah-daerah pelosok negeri ini yang rela sepenuh hati mengajar dan berbagi ilumnya di daerah-daerah terpencil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun