“ih seru deh, anaknya bisa didandanin gitu di instagram”
“ah, ntar kalau nikah, mau weddingnya sesederhana dia aja”
Percayalah, rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau.
Dulu, saya pernah berada di fase polos yang beranggapan jika saya menikah segera, maka seluruh permasalahan yang saat itu tengah saya hadapi dapat teratasi dan saya bukan lagi tanggung jawab penuh orangtua, I’ll be free. I knew it, stupid right?
Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya mimpi, saya kemudian berpikir lagi, toh kalaupun kelak saya tidak menemukan jodoh di dunia atau tidak menikah, ya sudah, tak apa. Toh, dunia tetap berputar jika seorang Pratiwi Hamdhana AM tetap single seumur hidupnya.
What I’m trying to say here that getting married is not either a solution or the end of the world. It just one phase in your life, you can choose to take it immediately or slowly or vice versa. But whatever you choose, there are always risks that follow after and you have to live with those.
Even if you choose to take it slow, even your eggs are expired, don’t worry because married is not a race, you don’t always have to be faster than others, and it’s not about who produce more kids or no kids at all. You’re not a machine, ladies.
Ada banyak dari kita yang sering mengambil keputusan yang kurang bijak hanya karena kita melihat orang lain mengambil keputusan yang sama. Ada banyak dari kita yang sering tergesa-gesa memutuskan hanya karena tidak ingin merasa ketinggalan. Ada banyak dari kita yang kemudian akhirnya menyesali keputusan-keputusan yang diambilnya hanya karena tidak berpikir lebih bijak.
Please, wanita-wanita hebat di luar sana, janganlah jadi satu dari banyak orang itu! Being a mainstream person is not cool, right?
Take your time, whenever you’re ready, ladies…