Pada masa kini negara kita telah mengalami kemajuan yang cukup lumayan baik dalam bidang teknologi maupun bidang yang lainnya. Dengan adanya kemajuan ini banyak sekali perubahan-perubahan aspek kehidupan yang terjadi dalam negara kita baik perubahan itu bersifat negatif maupun positif. Dengan adanya perubahan ini maka dapat membuat seseorang mengalami kesulitan untuk menghadapi perubahan ini. Apabila kesulitan untuk menghadapi perubahan ini terjadi secara terus-menerus di dalam kehidupan, maka dapat membuat seseorang menjadi stres dengan kondisi seperti ini. Namun stres tidak hanya karena faktor ekstern seperti yang tadi dijelaskan sebelumnya namus bisa jadi karena adanya faktor intern seperti kepribadian kita.
Stres seperti yang kita ketahui yaitu kondisi dimana psikologis kita mengalami penurunan akibat ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu sehingga menjadi sebuah beban bagi kita. Menurut Ganong dalam buku fisiologi kedokteran, stres terjadi ketika ada stimuli yang ditangkap melalui sistem saraf panca indera yang akan diteruskan kesusunan saraf pusat otak, yaitu bagian saraf otak yang di sebut sistem limbik, melalui neurotransmitter. Dan selanjutnya stimulus tadi melalui susunan saraf otonom dan akan di lanjutkan ke kelenjar-kelenjar hormonal (endokrin) yang merupakan sistem imunitas tubuh.
Contoh dari stimulus yang menimbulkan kemarahan, stimulus atau rangsangan diterima melalui penginderaan pendengaran kemudian diteruskan melalui saraf ke pusat emosi dari sistem limbik di otak, kemudian diteruskan melalui saraf pula ke kelenjar adrenalin yang letaknya diatas organ ginjal (kelenjar suprarenalis). Rangsangan tadi akan mengakibatkan produksi hormon adrenalin meningkat kemudian masuk dalam peredaran darah dan mempengaruhi jantung (berdebar-debar), tekanan darah meninggi, asam lambung meningkat, emosi tidak terkendali. Dan lama-kelamaan respon ini mengakibatkan sres bahkan berdampak terhadap penurunan imunitas tubuh.
Stres ada yang berdampak positif maupun berdampak negatif, namun kebanyakan kasus stres lebih cenderung kearah stres negative. Stres menjadi negatif ketika sesorang tidak berhasil mengatasinya dengan baik. Stres negatif mengakibatkan penurunan kosentrasi pada diri kita. Apabila stres negatif ini berkelanjutan maka tidak akan menutup kemungkinan tingkat stres makin meningkat.
Banyak sekali fenomena yang terjadi akibat stres yang sudah mulai parah tingkatannya. Stres yang terjadi pada kasus akhir-akhir ini karena adanya emosi yang timbul dalam diri orang tersebut. Eric Lindermann-Gerald Caplan dalam Nursalam (2007) memberi batasan merupakan pernyataan bahwa “stres adalah keadaan psikologis yang melibatkan kognisi dan emosi”.
Emosi adalah perasaan, atau afeksi yang dapat melibatkan rangsangan fisiologis (seperti denyut jantung yang cepat), pengalaman sadar (seperti memikirkan keadaan jatuh cinta dengan seseorang), dan ekspresi perilaku (sebuah senyuman atau raut muka cemberut). Proses terjadinya emosi ialah Sylvian Tompkins (1962) dalam Laura King mendeskripsikan emosi-emosi dasar terdiri atas rasa takut, marah, gembira, distres, jijik, tertarik, terkejut, muak, dan rasa malu. Emosi-emosi positif dapat berperan sebagai penanda kesejahteraan (Fredrickson , 2001 ) dalam Laura King. Ketika hidup orang-orang ditandai dengan suka cinta, bahagia, cinta, dan rasa tertarik, maka kemungkinan hal-hal ini lebih berkuasa daripada emosi-emosi negatif seperti kesedihan, marah, dan putus asa. (Diener, 1999) dalam Laura King. Emosi-emosi positif juga meningkatkan upaya mengatasi stress. Menurut teori James Lange bahwa emosi merupakan hasil dari keadaan fisiologis yang muncul akibat sebuah stimulus di lingkungan. Jadi, apabila kita menciptakan suasana tenang dengan menggunakan senyuman setiap kegiatan bisa dipastikan emosi yang timbul adalah emosi yang positif sehingga mengurangi rasa stres dalam suatu keadaan yang dihadapi. Dan di dalam buku Laura King, ada peneliti yang mengatakan bahwa penggunaan humor sebagai bentuk strategi menghadapi stres. Humor merupakan sebuah respon yang positif sehingga dapat menimbulkan emosi yang positif pula seperti rasa bahagia. Selain itu menurut Ernest L. Abel dalam Anisa Ami mengatakan seseorang yang memiliki senyum yang intens adalah orang yang lebih bahagia dari orang yang tingkat intens senyumnya rendah.
Maka dengan adanya teori tersebut kami mencoba mengusulkan kepada pembaca untuk melakukan terapi senyum terhadap penurunan tingkat stres yang terjadi di Indonesia. Terapi senyum dapat dilakukan diwaktu-waktu senggang atau waktu khusus dengan mengingat suatu kejadian yang menyenangkan atau pun sesuatu yang dapat membuat diri kita dapat tersenyum lepas tanpa adanya beban sedikit pun dan senyuman yang benar-benar tulus dari hati tanpa di rekayasa. Ketika tersenyum pola pikir orang tersebut menjadi sebuah pola pikir yang positif. Dan dalam pikiran orang yang tersenyum tersebut akan mengalir sebuah energi-energi positif yang dapat membuat dirinya akan memandang segala hal dengan pandangan yang sangat positif. Dan seseorang yang berpikir atau berpandangan positif terus-menerus akan terhindar dari segala penyakit-penyakit jiwa, seperti stres dan depresi. Selain itu, ternyata pada saat kita tersenyum banyak sekali otot-otot diwajah kita yang tertarik atau bekerja seperti otot di bibir, pipi dan mata. Kemudian ketika kita tersenyum karena mengingat suatu kejadian yang menyenangkan itu dapat merangsang keluarnya hormon endorphine dan serotonin yang merupakan hormon yang baik untuk otak kita sehingga kita bisa merasa lebih tenang kemudian dengan keadaaan tenang ini maka denyut jantung kita lebih tenang dan teratur selain itu peredaran darah pun membaik. Kemudian tersenyum bisa menimbulkan perasaan rileks dan tenang. Dengan keadaan yang rileks seseorang bisa menyelesaikan segala persoalan dengan kepala dingin. Dengan demikian persoalan yang begitu banyak dikit demi sedikit akan berkurang bahkan hampir terselesaikan. Dengan terselesaikan masalah tersebut hati kita menjadi terasa aman, nyaman dan tenang karena kita telah terlepas dari beban yang selalu menghantui kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H