Hai sobat, apakah Anda sedang berencana untuk menikah? Nah, sebenarnya tulisan ini adalah sharing pengalaman dari beberapa teman ngobrol kemarin malam. Rata-rata dari kami menemukan keadaan yang tidak/kurang nyaman di awal-awal pernikahan. Hal inilah yang biasa dikatakan "syok".
Banyak hal baru yang akan ditemukan selain memiliki teman sekamar seumur hidup (amin!), tapi hal baru lainnya adalah bagaimana bersama mengatur rumah, mengatur keuangan, tak hanya itu, bahkan beberapa diantara kami harus bertanggung jawab kepada orang tua suami/istri.
[caption id="attachment_370380" align="aligncenter" width="300" caption="Dok Pribadi. Menikah Alah Dayak Ngaju"][/caption]
Beberapa diantaranya merasa hal tersebut menjadi berkat, beberapa merasa tidak seperti yang diinginkan. Namun dari percakapan semalam yang sebenarnya curhat colongan itu sebenarnya bisa ditarik beberapa kesimpulan yang cukup inspiratif. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan pergesekan dalam rumah tangga dimasa-masa transisi dari hidup sendiri ke kehidupan bersama.
1. Menikah Tak Pakai Utang
Sahabat, siapa yang tidak ingin menikah bagaikan pangeran dan puteri impian?tempat yang indah, mewah dengan makanan kelas 1?Andaikata orang tua yang menanggung pernikahan, maka ada baiknya di diskusikan bersama, jangan sampai dikemudian hari ada masalah hutang ini itu. Terbuka sejak dini masalah pembiayaan pernikahan akan lebih baik walau terdengar vulgar, misalnya disepakati biayanya berapa. Anda dan pasanganpun bisa menentukan konsep pernikahan yang tepat.
Bagaimana sudah terlanjur menikah dan terlilit hutang?menurut saya meminjam lagi untuk menutup hutang sangatlah tidak bijak. Hidup prihatin adalah yang terbaik. Hal ini saya katakan karena melihat keberhasilan teman saya dalam menyelamatkan kehidupan rumah tangganya, sebelumnya mereka seringkali berantem karena masalah uang. Mereka menyadari bila gali lubang tutup lubang bukanlah solusi, bahkan uang mereka makin habis dan tidak bisa menabung. Satu-satunya cara adalah hidup prihatin, bonus yang diterima langsung dibayar untuk tutup hutang, yang biasanya makan direstoran jadi makan dirumah, kalau pun makan diluar mereka membawa nasi sendiri. Dan pada akhirnya, saya pun meneladani mereka dengan membawa nasi sendiri kalau ke restoran. Lumayan loh...hemat! Selain itu menambah keromantisan dengan pasangan.
2. Diskusikan Dimana Akan Tinggal
Nah, pastikan Anda tahu dimana akan tinggal sebelum menikah, apakah kalian sudah memiliki rumah sendiri, nunut orang tua, atau bahkan orang tua yang ikut. Seorang teman bercerita, bahwa Ia tidak menyangka ketika menikah kedua mertuanya ikut dalam rumah tangga barunya. Suaminya mengira, Ia akan dengan senang hati dan mengerti bahwa hal tersebut adalah tanggung jawab suaminya karena anak lelaki satu-satunya. Hal yang dipermasalahkan adalah "mengapa secepat itu?" , teman saya pun menjadi syok. Saya beryukur, ternyata Ia bisa hidup berdampingan dan disayangi mertuanya, beruntung pula Ia dan suaminya mandiri, bukannya nunut orang tua. Ia mengatakan "Merawat orang tua itu punya berkatNya sendiri kok"
Beda dengan teman saya yang satunya, problemnya adalah mereka memulai pernikahan tanpa memikirkan memiliki rumah dan selepasnya nunut orang tua. Hampir setiap hari berantem dengan mertuanya karena masalah sepele misalnya bangun kesiangan, atau pulang kemaleman. Sebenarnya ini masalah tergantung diri sendiri dan bagaimana kita tahu diri. Faktanya adalah bilamana Anda nanti "nunut" tinggal, maka ikutilah aturan si tuan rumah. Oleh karena itu terimalah kenyataan yang ada dan berdamailah dengan keadaan. Berkawanlah dengan mertua, jadilah kesayangannya. Namun menurut saya, memiliki rumah sendiri adalah lebih baik.
3. Kesepakatan Mengatur Keuangan