Halo Sobat, kali ini saya tergelitik untuk membahas sedikit tentang kaidah-kaidah jurnalistik yang perlu juga blogger pelajari. Dengan perkembangan teknologi dan meningkatnya jumlah netizen membuat orang semakin familiar dengan blog. Kini, blog tak hanya menjadi catatan harian namun menjadi sumber informasi yang penting baik dalam edukasi, hingga berperan dalam mengawasi pemerintahan. Negara Tiongkok mengawasi sangat ketat website dan blog. Bahkan teman saya mengatakan bahwa mereka tidak memiliki akses buat ngeblog bahkan sosmed yang berasal dari portal luar negara karena disinyalir akan melemahkan pertahanan negara dan bisa menjadi sarana kudeta.
Beruntung Indonesia masih sangat bebas dan demokratis, warga negaranya masih boleh ngeblog bahkan twitteran, facebookan, namun sayangnya kadang kebebasan tersebut jadi salah kaprah, blogger juga netizen sesuka hati menulis tanpa menghiraukan efeknya bagi masyarakat. Namun banyak pula positifnya, karena informasi dari blogger sifatnya lebih natural, apa adanya, tidak ditekan pemilik modal, atau tanpa niatan tertentu. Kebanyakan dari para blogger hanyalah berniat berbagi informasi dan mereka senang akan hal itu. Oleh karena itu, blogger perlu mengetahui kelak tulisannya akan berdampak apa bagi pembacanya walau yang ditulis adalah curhatan patah hati.Sekalipun kita ini kalangan biasa yang hobi menulis, kita perlu juga belajar profesional kan?
Informasi yang terdapat dalam blog memiliki dampak bagi pembaca baik positif ataupun negatif. Ada teori yang mengatakan "greater good for society" (saya lupa ini pemikiran siapa), dimana seseorang yang berkomunikasi di depan publik (lisan/tulisan) wajib mengedepankan kepentingan publik, tidak membuat warga menjadi resah atau menyulut permusuhan. hal ini bukan berarti menutupi kebusukan, namun cara kita mengemas tulisan harus dengan tujuan positif. Bila niat menulis sudah betul, maka mulailah menulis.
Sobat, di dunia pewarta mengenal 9 elemen jurnalistik. Hal ini merupakan tanggung jawab dasar, standar kerja dan etika seorang wartawan. Namun blogger, lebih tepatnya jurnalis warga (citizen journalism) juga perlu mengamalkannya. Elemen-elemen ini merupakan pemikiran dari 2 orang wartawan Amerika yang akhirnya diakui para jurnalis diseluruh dunia yaitu Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001) dalam bukunya yang berjudul "The Elements of Journalism : What Newspeople And The Public Should Expect". Ulasan ini pun sebelumnya pernah ditulis di jurnalistikpraktis dan penulis senior Andreas Harsono.
- Kesetiaan pertamanya adalah kepada warga. Jurnalis harus mengingat bahwa apa yang ditulisnya akan dipertanggungjawakan terhadap publik sehingga karya yang dibuat murni demi kepentingan masyarakat banyak. Elemen kedua ini adalah bentuk tanggung jawab sosial jurnalis
- Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi. Seorang jurnalis harus disiplin untuk mengecek data-data atau informasi yang ditulisnya. Hal ini penting agar jurnalis dapat menyaring makna, dan Ia dapat membedakan tulisannya termasuk dalam propaganda, informasi, fiksi, hiburan atau edukasi. Dalam melakukan verifikasi, seorang jurnalis haruslah rendah hati, tidak menambah-nambahi, tidak menipu/menyesatkan pembaca, menulis sejujur mungkin dan bila itu sifatnya laporan maka bersandarlah dengan reportase sendiri. Selain itu bukan hanya mengecek konten, namun kalimat per kalimat perlu juga di cek, apakah lead yang dibuat benar, apakah ada yang kurang, apakah sifat tulisan terlalu berpihak,dll.
- Jurnalis harus menjaga independensi dari objek liputannya. Nah, ini bagaimana jurnalis bisa menulis opininya sendiri. Namun kebebasan menulis opini ini harus pula disertai data-data yang benar, kapan perlu sertakan teori atau opini pendukung. Dengan demikian tulisan yang dibuat menjadi lebih berbobot.
- Jurnalis sebagai pemantau independen kekuasaan. Hal ini dimaksudkan tuisan-tulisan yang dibuat turut mendukung demokrasi. Bukan berarti kita sebagai warga negara seenaknya menulis dan "melukai" mereka yang "katanya" hidup nyaman itu. Kita pun perlu berhati-hati dalam menulis, jangan sampai "dari kata jadi penjara." Kelemahan blogger adalah seringkali mengutip atau menginterpretasikan masalah negara dan perpolitikan dari media massa. Perlu disadari, kita pun perlu berhati-hati, jangan pula kita terjebak dengan agenda setting media massa yang memang sengaja dibuat untuk lebih menarik.
- Jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling kritik dan menemukan kompromi. Sejatinya, manusia itu memiliki rasa ingin tahu yang alamiah. Seringkali kita mendengar isu, trending topik, dan berbagai informasi itu lalu kita bersemangat untuk berbagi opini. Pada akhirnya pemikiran kita bisa sampai ke para pejabat pemerintahan yang memang seharusnya menangkap aspirasi. Oleh karena itu blog bisa menjadi forum yang positif dan penting agar tujuan demokrasi itu ditegakkan.
- Jurnalis harus berusaha membuat hal penting jadi menarik dan relevan. Hal ini kadang disalah artikan dengan membuat tulisan-tulisan yang berjudul sensasional, lucu, menghibur serta berisikan tokoh-tokoh yang populer sedangkan yang relevan berisikan data-data yang membosankan. Jadi, menulis blog juga dikemas dengan menarik, tapi isinya pun relevan dan komprehensif.
- Jurnalis membuat berita komprehensif dan proporsional. Point ketujuh ini gandeng geret dengan ke enam. Tak hanya judul yang menarik tapi konten tulisan harus juga proporsional dan komprehensif agar tulisan pun berkualitas.
- Jurnalis diperbolehkan mendengar hati nuraninya. Nah, ini adalah ciri khas blogger alias jurnalis warga. Sifat blogger adalah bebas dan apa adanya. Blogger tidak ditekan oleh situasi tertentu, yang ada adalah hati nurani yang ingin berbagi informasi. Seperti halnya wartawan yang setiap harinya harus mempertimbangkan kode etik di ruang redaksi, maka kita sebagi blogger juga haruslah mempertimbangkan norma atau kode etik kita sendiri. Beruntungnya, kita sebagai blogger boleh menyuarakan hati tanpa ada konsekuensi yang kompleks di manajemen seperti yang dialami para wartawan.
Demikian ulasan singkat mengenai emen-elemen jurnalistik. Nampaknya memang idealis, namun sangat relevan untuk diterapkan dalam dunia jurnalistik baik konvensional atau profesional. Pada akhirnya menulis itu kembali pada hati nurani setiap penulisnya. Saatnya orang biasa jadi penulis. Mari terus menulis dan happy blogging anyway^^
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H