Mohon tunggu...
PRATIWI ANGGUN NURBAYANI
PRATIWI ANGGUN NURBAYANI Mohon Tunggu... -

mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Penghalus Rasa

12 Desember 2012   10:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:47 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata yang tersusun menjadi kalimat, akan bermakna lebih dari sekedar substansi apabila menggunakan pilihan-pilihan kata yang pantas. Pilihan kata atau diksi yang baik dan indah akan mempengaruhi pengirim pesan maupun penerima pesan. Seseorang yang mengirim pesan (komunikator) menjadi berperasa halus dan berbudi baik sesuai dengan pilihan kata yang ia gunakan untuk bercakap maupun yang ia gunakan untuk menulis. Begitupula penerima pesan (komunikan) juga akan mengalami hal serupa. Ia akan beranggapan positif dan optimis terhadap pesan bermakna yang dapat berupa nasehat, perintah, maupun pembicaraan seperti biasa. Meskipun tulisan berupa kritikan, tetapi akan dimaknai sebagai saran yang membangun apabila disampaikan dengan diksi yang tepat.

Bahasa penghalus rasa mencerminkan kepribadian seseorang. Meskipun suatu kalimat mengandung arti atau makna yang sama, tetapi seseorang yang positif dan optimis akan memilih dengan bijak kata-kata yang baik dan indah. Keduanya bisa berupa sebab akibat. Misalnya seseorang yang memiliki kepribadian baik akan menggunakan bahasa yang baik pula, atau bisa juga sebaliknnya. Orang yang menggunakan bahasa yang baik akan berkepribadian baik pula. Seseorang berusaha memilih bahasa yang baik untuk mengembangkan kepribadiannya. Keduanya sejajar, berjalan beriringan, dan saling mempengaruhi.

Senada dengan komunikasi, bahasa memiliki dua sisi makna. Komunikasi yang berarti saling berbagi juga memiliki dua sisi makna, yakni makna yang terletak pada pesan dan makna yang terletak pada hubungan. Komunikasi bukan semata-mata mengirim pesan saja, tanpa mempertimbangkan dengan siapa ia berbicara. Komunikasi harus melihat siapa audience atau subjek yang diajak berkomunikasi sehingga pesan yang melintas akan sampai kepada sasaran dengan tepat. Apabila berkomunikasi dengan seseorang yang jauh hubungan kekerabatannya, maka cara berkomunikasinya berbeda dengan seseorang yang dekat hubungannya atau dengan keluarganya.

Dua sisi makna dalam bahasa, yaitu bahasa sebagai sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan bahasa yang digunakan sebagai penghalus rasa. Sudah barang tentu fungsi bahasa untuk mengantarkan seseorang dalam menulis maupun berbicara. Namun, menjadi sesuatu yang tidak mudah untuk dapat memilih kata, kalimat, atau bahasa yang baik dan indah sebagai sarana penghalus rasa. Sehingga perlu pembiasaan dalam menggunakan diksi yang baik dan positif.

Teringat akan struktur bahasa Jawa yang halus dan sopan dimana telah disepakati ketetapan penggunaannya disesuaikan dengan subjek yang diajak berkomunikasi. Krama alus atau krama inggil digunakan dari anak muda ditujukan kepada orang tua. Krama madya digunakan bagi komunikator dan komunikan dengan tingkat yang sama, dan ngoko alus dari orang tua kepada anak muda. Struktur kata dalam bahasa Jawa tersebut dapat digunakan sebagai inspirasi dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan pemilihan kata yang baik dan indah.

Manfaat dari bahasa tidak hanya sebagai alat untuk menyampaikan pesan, melainkan bermanfaat pula untuk menghaluskan rasa. Terlebih pada karya puisi. Puisi sarat akan nilai-nilai yang besar untuk menghaluskan rasa. Ada sebuah nasehat bagi orang tua, yakni mengajari sang anak sejak dari kecil puisi-puisi untuk menghaluskan perasaannya. Kenalkan sang anak pada karya-karya puisi. Membelikannya kumpulan-kumpulan puisi akan membantunya untuk menghaluskan perasaan. Tidak menutup kemungkinan pula apabila telah beranjak dewasa, kita berusaha mengolah rasa dengan terbiasa membaca puisi.

Selain puisi, sastra juga kaya akan diksi yang indah. Melalui sastra kita bisa belajar untuk menghaluskan perasaan. Sastra akan memperkaya jiwa seseorang yang membacanya. Hati seseorang yang tercelup dalam diksi maupun cerita sastra, tidak akan terasa kering. Jiwanya akan terbiasa terhaluskan melalui diksi yang ada di dalamnya. Lama-lama akan memiliki dampak yang positif terhadap pembaca sastra yakni selain menghaluskan perasaan dan kaya akan jiwa, pembaca akan menginternalisasikan dalam perkataan yang halus dan sikap yang terpuji pula. Maka, perkaya dan perhalus hati dengan diksi yang indah, bahasa yang baik, latih dengan membaca dan menulis puisi maupun sastra. Wallahulam.

gambar : http://luphly-shie.blogspot.com/2012/06/sastra.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun