Pernahkah anda mendengar istilah dua mata pisau? Istilah tersebut nampaknya sangat cocok jika di ibaratkan dengan kemajuan teknologi. Saat ini, teknologi sudah berkembang dengan pesat, hal ini dapat dibuktikan dari kemunculan alat-alat elektronik yang memiliki fitur-fitur canggih. Contohnya seperti, fitur airdrop (mengirim apapun ke sesama pengguna tanpa Bluetooth) pada smartphone merk Iphone, fitur membuat avatar berwajah diri sendiri secara bebas, videocall, adanya jam tangan yang dapat digunakan untuk menelpon seseorang (smart watch), serta adanya fitur-fitur komunikasi lainnya.
Hal tersebut menjadi bentuk nyata dalam kemajuan teknologi yang sangat berguna untuk memudahkan kehidupan manusia saat ini. Namun, seperti ibarat dua mata pisau, kemajuan teknologi ini memberikan berbagai dampak pada bidang komunikasi dan juga budaya, salah satunya  dapat menjadi tantangan dan ancaman bagi budaya-budaya Indonesia yang sudah ada sejak dahulu.
Berbicara mengenai komunikasi dan budaya, dalam buku Communication Between Cultures karya Samovar, disebutkan bahwa terdapat tiga dasar asumsi dalam konteks komunikasi yaitu; Komunikasi adalah aturan yang diatur, konteks menentukan aturan komunikasi yang sesuai, dan aturan komunikasi bervariasi antar budaya. Dalam buku karya Samovar tersebut juga disebutkan bahwa, budaya dalam Komunikasi Antar Budaya memiliki peran penting dalam menetapkan aturan bersama secara spesik, yang juga menetapkan perilaku komunikatif yang sesuai dengan konteks fisik dan sosial yang berbeda. Hal tersebut memiliki arti bahwa budaya dalam Komunikasi Antar Budaya memiliki aturan-aturan yang kuncinya terdapat pada komunikasi.
Seperti contohnya kebudayaan masyarakat yang berubah dalam hal berkomunikasi akibat dari adanya kemajuan teknologi. Di era globalisasi, semua orang dapat menggunakan smartphone mereka untuk berkomunikasi dengan siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Berbeda dengan dahulu, masyarakat lebih banyak berkomunikasi langsung secara tatap muka atau melalui surat.
Hal ini dapat dikatakan sebagai kemajuan yang baik karena selain menghemat waktu, manusia juga dapat berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal tanpa memperhatikan jarak. Namun, hal ini juga dapat memberikan dampak negatif kepada budaya masyarakat. Dimana masyarakat saat ini lebih banyak menghabiskan waktu dengan smartphone mereka dan mengabaikan orang-orang disekitar mereka.
Disamping itu, berkomunikasi melalui smartphone juga menjadi suatu tantangan karena, jika kita mengirim pesan secara online, belum tentu pesan yang kita maksudkan dapat dipahami seperti yang kita inginkan oleh penerima pesan, sehingga dapat menimbulkan kesalah pahaman. Maka dari itu, dalam berkomunikasi terdapat aturan yaitu menggunakan bahasa yang baik dan hindari penggunaan bahasa yang dapat menimbulkan ambigu.
Tantangan lain yang perlu kita waspadai akibat adanya kemajuan teknologi adalah perubahan dalam gaya berbahasa. Seiring dengan berkembangnya teknologi, bahasa daerah mulai jarang digunakan karena banyak yang menggunakan bahasa Indonesia bercampur dengan bahasa asing sebagai bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya paparan media sosial.
Memadukan kedua bahasa tersebut dilakukan karena pencampuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing dianggap sebagai sesuatu yang keren. Penggunaan bahasa campuran seperti contohnya "I kesel banget sama you", atau penggunaan "Which Is" sangat sering digunakan oleh remaja di Indonesia saat ini. Sebenarnya hal tersebut bukanlah hal yang salah namun, kita harus tetap memperhatikan dengan siapa kita berbicara, jangan sampai pencampuran bahasa tersebut di aplikasikan kepada orang yang lebih tua karena hal tersebut melanggar aturan komunikasi, kurang etis, serta dapat mencoreng nilai budaya yaitu nilai kesopanan.
Berangkat dari tantangan-tantangan tersebut, kita tidak perlu takut akan tantangan dan ancaman yang akan kita hadapi seiring dengan adanya kemajuan teknologi, mengingat semua hal di dunia ini pasti akan terus berkembang dan berevolusi. Sebagai manusia yang dianugerahi akal dan pikiran, kita harus bisa menyaring yang mana yang dapat kita terapkan di kehidupan dan yang mana harus kita buang.
Kita harus ingat bahwa kemajuan teknologi bukan hanya dapat menjadi ancaman, tetapi juga telah memberikan banyak hal yang menguntungkan. Maka dari itu, mari bersama-sama kuatkan rasa kebangsaan kita agar kita dapat mengarungi arus globalisasi tanpa kehilangan budaya serta jati diri bangsa.