Mohon tunggu...
yudhi
yudhi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pendidikan itu mengobarkan api dan bukan mengisi bejana. (Socrates)

Suka tertawa sendiri, tetapi tidak gila. Hu hu hu ha ha ha ....

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mari Dukung Presidential Threshold

26 Oktober 2018   16:56 Diperbarui: 26 Oktober 2018   17:17 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presidential threshold merupakan sebuah bentuk penjajahan oleh pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Dengan adanya presidential threshold, maka hanya partai pemegang kuota legislatif terbanyak saja yang dapat mencalonkan presidennya, sedangkan partai pemegang kuota legislatif kecil tidak dapat mencalonkan presidennya.

Lalu pertanyaannya, apakah aturan presidential threshold salah ? Bagi kita yang pikiran dan hatinya masih terletak pada posisinya yang benar, tentu saja aturan presidential threshold sangat salah karena merupakan sebuah wujud nyata dari penjajahan antar sesama kaum di Negara Indonesia. Namun tidak apa-apa, karena memang Negara Indonesia adalah Negara di mana keadilan tidak dapat ditegakkan secara benar, jadi dengan demikian, aturan presiden threshold bukan lagi sangat salah, tetapi sangat benar adanya.

Jadi, bagi kita yang menolak aturan Presidential Threshold, adanya baiknya semua logika dan pandangan kita perlu dibalik. Kalau ada yang mengatakan bahwa Matahari terbit dari arah timur, maka di Negara Indonesia, ubahlah pernyataan ini menjadi Matahari terbit dari arah barat.

Kalau ada yang mengatakan bahwa kepala manusia terletak di atas, maka di Negara Indonesia, ubahlah pernyataan ini menjadi kepala manusia terletak di bawah.

Kalau ada yang mengatakan bahwa masih ada harapan keadilan akan berlaku di Negara Indonesia, maka ubahlah pernyataan ini menjadi "Ya, kami sangat mendukung aturan presidential threshold dan segala bentuk penjajahan, karena kami ini hidup di Negara Indonesia, sebuah Negara yang tidak dapat membedakan antara tangan kanan dengan tangan kirinya".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun