Presiden Joko Widodo mengemukakan bahwa Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) merupakan bencana non alam yang sudah berada di tingkat pandemi. Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 bencana non alam adalah suatu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam seperti gagal teknologi, modernisasi epidemi, dan wabah penyakit. Sebagai salah satu mitigasi, konsep work from home mulai digalakkan oleh seluruh stakeholder.
Bagi kalangan mahasiswa, momen WFH seperti sekarang merupakan sebuah tantangan tersendiri mengingat intensitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara daring tentu berbeda dengan yang dilakukan secara bertatap muka di kelas.
Kegiatan belajar mengajar secara daring cenderung berlangsung dalam waktu yang lebih singkat, sehingga mahasiswa memiliki lebih banyak waktu luang.
Menghabiskan waktu luang dengan hanya “rebahan” memang sah-sah saja, karena dapat beristirahat dari rutinitas perkuliahan yang biasa dijalani. Namun perlu disadari momen WFH tidak datang setiap saat, akan menjadi sia-sia apabila kegiatan yang dipilih tersebut tidak membawa manfaat pengembangan diri dan peningkatan prestasi bagi mahasiswa.
Berinvestasi merupakan jawaban yang sangat relevan untuk menjadi pilihan aktivitas selama WFH. Tak hanya manfaat eksplisitnya saja yang berupa return, lebih dari itu terdapat sisi implisit yang sedikit orang menyadarinya.
Peningkatan Prestasi
Berbicara mengenai peningkatan prestasi dalam bidang akademik, maka erat kaitannya dengan kemampuan kognitif seorang mahasiswa. Terlebih mahasiswa dengan background ekonomi, rasio-rasio keuangan yang ada dalam investasi telah menjadi makanan wajib dalam perkuliahan.
Mahasiswa dapat mengakrabkan diri dengan ROA, ROE, ROI, PBV, PER yang diperlukan dalam analisis fundamental.
Bila memilih investasi jenis emas batang, kiranya investor perlu mempelajari perihal ekonomi makro yang didalamnya terdapat pembahasan mengenai inflasi. Bagi mahasiswa yang sering bingung ketika hanya belajar konsep ekonomi makro, barangkali akan menjadi lebih mudah menarik benang merah ketika konsep telah termanifestasikan.
Memulai investasi tak berarti harus langsung menanamkan modal, memulai mengenal metode analisa yang ada dalam investasi pun dapat membawa dampak positif bagi prestasi mahasiswa.
Semakin terbiasa menganalisa jenis investasi, semakin sering belajar, maka soal-soal yang dihadapkan dosen akan terlihat familiar dan mudah dikerjakan.
Pengembangan Diri
Dalam investasi terdapat indikator-indikator yang harus dianalisa untuk membuat keputusan yang tepat. Walaupun telah banyak tersedia tips mengenai metode analisa dalam berinvestasi, tetap saja seseorang perlu mengasah kemampuan analisanya agar menghasilkan keputusan yang matang, terlebih mahasiswa yang baru mulai belajar berinvestasi yang mana termasuk ke dalam kategori investor pemula.
Kematangan dalam mengambil keputusan inilah yang berdampak positif dalam pengembangan kepemimpinan,
Tren pasar yang dinamis membuat investor juga dituntut inovatif dalam berinvestasi. Inovasi yang dilakukan berupa variasi penggunaan rasio dalam analisa dan pemilihan komposisi jenis investasi.
Kreativitas dalam mengkombinasikan investasi setiap investor bisa berbeda-beda, kreativitas tersebut ditentukan dari seperti apa preferensi masing-masing investor. Kembali lagi kaitannya dengan analisa indikator investasi, preferensi pun didasarkan atas analisa yang telah dibuat. Mahasiswa sebagai insan akademis, senantiasa perlu mendapat stimulus untuk berpikir kreatif agar mampu berkompetisi di masa depan.
Bagi mahasiswa yang sedang duduk di tingkat akhir, menyiapkan karier adalah sebuah keniscayaan. Buku bertema pengembangan karier berada di daftar bacaan mahasiswa sebagai bekal persiapan sebelum masuk dunia kerja.
Seringkali buku bertema karier menyebutkan konsep ATM (Amati Tiru Mutlak) sebagai sebuah langkah menuju sukses. Namun bagi mahasiswa yang sedang belajar berinvestasi, baiknya sejak awal hal tersebut perlu “dikesampingkan”. Disinilah perspektif keadilan mahasiswa di asah
Adil yang dimaksud adalah ketika keputusan tidak hanya berpatokan pada rekomendasi orang terdekat walaupun orang tersebut adalah orang yang telah membuat tertarik dalam berinvestasi. Sebaliknya investor harus memiliki sudut pandangnya sendiri dan bersikap realistis, apalagi Pramoedya Ananta Toer pernah mengatakan “mahasiswa haruslah adil sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan”.
Sudut pandang yang valid dapat dibentuk dengan melakukan pengumpulan data dan menganalisanya secara mandiri, hal ini akan membuat investor sadar akan keuntungan serta risiko apa yang menyertai keputusannya.
Martin J. Pring dalam bukunya “Technical Analysis Exolained” mengatakan sikap yang realistis menjadikan investor sadar ketika hal-hal tidak berjalan sesuai dengan rencana mereka, mereka tidak stres dan memindahkan satu dan belajar darinya. Keputusan sesuatu berdasarkan fakta serta analisis yang logis, tidak mudah percaya dengan sesuatu yang belum tentu kebenarannya akan mengasah sense of fairness dalam diri masing-masing individu.
Mahasiswa dengan prestasi dan pengembangan diri yang baik, akan menjadi tulang punggung bangsa untuk berkompetisi dengan komunitas global. Memulai investasi merupakan langkah yang tepat dalam mengisi momen WFH di tengah pandemi saat ini. Proses berinvestasi menjadikan banyak pembelajaran yang dapat diambil guna mengembangkan karakter leadership, inovatif, dan fairness. Sudahi “rebahan”, mulai raih “cuan”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H