Mohon tunggu...
Prastowo AGung Widodo
Prastowo AGung Widodo Mohon Tunggu... Programmer -

Muslim, Programmer, GolPut (No Politic)

Selanjutnya

Tutup

Money

Hari Buruh dan Kenaikan Kesenjangan Sosial

1 Mei 2018   00:00 Diperbarui: 30 April 2018   23:59 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari buruh sepertinya selalu diperingati dengan unjuk rasa. Hal ini seperti sudah menjadi tradisi, tiada hari buruh tanpa unjuk rasa. Satu tujuannya, yaitu kenaikan upah buruh. Sebagai buruh saya justru merasa gelisah, bukannya tidak suka dengan kenaikan upah, namun kenaikan upah juga berbanding lurus dengan kenaikan harga-harga pokok. Pada akhirnya, bukannya kenaikan kesejahteraan buruh, justru kenaikan kesenjangan sosiallah yang terjadi.

Pemberi upah tidak akan mau mengalami kerugian, karena itu mereka akan berupaya melakukan efisiensi anggaran untuk dapat tetap bertahan dan mendapatkan keuntungan. Pengurangan karyawan, pindah lokasi dan menaikkan harga produk merupakan beberapa hal yang kerap diambil untuk menghadapi kenaikan upah. Banyak buruh takut akan konsekuensi pertama dan kedua, yaitu pengurangan karyawan dan perpindahan lokasi. Namun, justru kenaikan harga produk lah yang seharusnya paling ditakutkan. 

Perusahaan akan tetap dapat membayar upah karyawan, bahkan bisa jadi mereka justru mendapatkan banyak keuntungan karena kenaikan upah. Dengan kenaikan upah, perusahaan memiliki alasan yang tepat untuk menaikkan harga produknya. Lagi-lagi buruh harus bekerja lebih keras agar dapat memenuhi kebutuhan, tahun depan harus unjuk rasa lagi, menuntut kenaikkan upah lagi, dan perusahaan akan menaikkan harga produknya lagi. Begitu seterusnya.

Menurut hemat saya, di hari buruh ini, justru lebih baik kita unjuk rasa untuk menuntut "TURUNKAN HARGA" dan "TIDAK PERLU NAIKKAN GAJI". Bayangkan jika harga-harga turun drastis, dan upah buruh tetap (tidak ikut turun), bukankah itu lebih baik?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun