Tulisan ini merupakan salah satu bentuk permintaan maaf saya kepada almarhum KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Kekecewaan warga daerah saya dimulai ketika Gus Dur memenangkan poling pemilihan presiden, sore hari di tahun 1999. Daerah saya merupakan basis partai banteng, seperti yang pernah dikatakan Ganjar Pranowo "Jawa Tengah adalah kandang banteng". Berbagai opini pun mulai dibangun oknum-oknum yang kecewa terhadap kekalahan Megawati. Hinaan terus ditujukan kepada Gus Dur, termasuk saya yang pernah menghina beliau dengan sebutan presiden yang tidak dapat melihat, presiden yang tidak dapat jalan sendiri karena harus menggunakan kursi roda, dll.
Dua tahun menjabat dengan penuh kontroversi, akhirnya beliau lengser (dilengserkan). Fitnah dan hinaan masih sering terdengar ditujukan kepada beliau. Hebatnya, beliau hanya menanggapinya dengan santai. "Gitu aja kok repot" itulah kalimat sakti yang sering kali beliau ucapkan. Kebaikan-kebaikan beliau tidak pernah terdengar di daerah saya. Ya, hanya hinaan yang sering saya dengar. Mungkin karena saya hanya bergaul dengan beberapa orang saja, sehingga tidak pernah mengetahui bahwa beliau adalah ketua umum PBNU, organisasi yang amaliyahnya saya ikuti hingga sekarang, meski pernah keluar hingga menganggap amaliyah NU sebagai tradisi klenik yang tidak sesuai ajaran Nabi ketika saya terlena dengan ajaran-ajaran pemurnian agama.
Saya mulai mengenal sosok Gus Dur justru jauh hari setelah beliau wafat. Berawal ketika saya bekerja di perusahaan yang didalamnya kebanyakan orang-orang NU. Bagaimana mereka sangat mengagumi NU termasuk Gus Dur. Dari situlah saya mulai merasakan ada yang salah dengan anggapan saya terhadap Gus Dur. Saya mulai mencari tahu tentang pemikiran-pemikiran beliau yang ternyata sangat luar biasa. Anggapan-anggapan saya dulu terhadap Gus Dur terpatahkan semua. Dari pembenci Gus Dur saya justru menjadi orang yang sangat mengagumi pemikiran-pemikiran beliau.
Semua terlambat, saya tidak dapat meminta maaf kepada beliau sebelum beliau wafat. Saya menyesal pernah menghina beliau. Maafkan saya Gus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H