Mohon tunggu...
Prastiwo Anggoro
Prastiwo Anggoro Mohon Tunggu... Insinyur - ingenieur

Seorang pemerhati lingkungan, budaya dan sumber daya manusia. Aktif di perkumpulan kepemudaan, Keinsinyuran, Lingkungan dan Pendidikan. Memberikan kontribusi melalui infiltrasi ke generasi muda dan berusaha menulis satu topik setiap minggu sekali.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Berjodoh dengan "Cincin Api Bumi"

25 Desember 2018   12:53 Diperbarui: 27 Desember 2018   15:53 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berjodoh dengan "sesuatu" adalah sebuah takdir. 

Takdir tersebut harus di jalani, terkadang manis cerita nya namun tidak jarang ada kisah sedih yang mengiringi perjalanan tersebut.

Begitu juga ketika harus berjodoh dengan "cincin api". Sebuah cincin yang hanya ada satu di muka bumi ini. Letak Indonesia telah di takdirkan berjodoh dengan "cincin api" atau dalam bahasa inggris "ring of fire"

Kepulauan Indonesia secara geografis terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik, yakni lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera -- Jawa -- Nusa Tenggara dan Sulawesi.

Kondisi ini menyebabkan Indonesia memiliki potensi yang tinggi terhadap bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor. Terletak dalam jalur "ring of fire", Indonesia memiliki jumlah gunung berapi paling banyak di dunia. 

Di Indonesia tercatat memiliki 130 gunung berapi yang merupakan 10% dari jumlah keseluruhan dunia. 

Dari 130 gunung berapi tersebut, 17 di antaranya masih aktif. Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik merupakan daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Dengan cakupan wilayah sepanjang 40.000 km daerah ini berbentuk tapal kuda. 

Lingkaran Api ini terdiri atas 452 gunung berapi dimana sekitar 75% menjadi rumah bagi gunung berapi dan tidak aktif. Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini. Daerah gempa berikutnya (5--6% dari seluruh gempa dan 17% dari gempa terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke Atlantika.

Tanah Surga, Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Petikan lirik di atas, booming di tahun 90an. Koes plus dengan ciri musik yang khas menggambarkan kondisi Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, tanah yang subur serta hasil laut yang melimpah.

Memang benar. Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa, membentang dari ujung aceh sampai papua, mempunyai kekayaan alam, nabati dan hewani yang sangat beragam.

 Di sebutkan juga Indonesia adalah "tanah surga" karena kesuburan tanah nya.

Tanah yang subur di karenakan banyak nya gunung berapi aktif di Indonesia (letak dalam "cincin api"). Debu akibat letusan gunung berapi menyuburkan tanah sehingga banyak masyarakat tetap banyak yang di area sekitar gunung api.

Tanah tersebut disebut dengan tanah vulkanik, Tanah vulkanik adalah tanah yang terbentuk dari pengendapan abu vulkanik, yang dikeluarkan akibat letusan dan asap gunung berapi.

Tanah volkanik ini banyak terdapat di Indonesia, dan menjadikan wilayah Indonesia sangat subur dan cocok sebagai wilayah pertanian, terutama pertanian padi.

Lava dan abu volkanik dari letusan akan terurai dan menghasilkan nutrisi yang penting bagi tanah. Tekstur tanah volkaning yang berpori juga memudahkan penyerapan air.

Abu ini menghasilkan tanah subur yang sangat baik untuk pertanian. Misalnya, tanah di pulau Jawa sangat subur karena banyaknya deposit abu volkanik dari gunung-gunung berapi di pulau ini.

Beberapa referensi dapat di baca di bawah ini :

  • Letusan gunung agung (link di sini)
  • Letusan gunung kolon -- Sulawesi utara (link di sini)
  • Letusan gunung sinabung (link di sini )
  • Dan masih banyak lagi

Hal tersebut diatas merupakan salah satu takdir positif dari perjodohan letak Indonesia di dalam "cincin api"

Urgensi Pendidikan kebencanaan

Presiden jokowi dalam melalui akun Twitter @jokowi pada Senin (24/12/2018) menyebutkan "Pantai Mutiara Carita di Pandeglang yang luluh-lantak diterjang tsunami.

Sampai pagi ini, tercatat 281 orang meninggal dunia, 57 orang hilang, dan lebih 10.000 pengungsi. Melihat potensi bencana di Tanah Air sudah waktunya ada pendidikan kebencanaan dalam kurikulum pendidikan."

Apakah itu pendidikan kebencanaan?

Berkaca dari negara matahari terbit (jepang), sebuah Negara yang langganan gempa, sejak tahun 2002 melalui kementerian pendidikan (METX) telah memasukkan kedalam kurrikulum pendidikan Disaster Risk Reduction (DRR) dengan tujuan agar siswa-siswi yang mengeyam bangku pendidikan, mulai dari jenjang dini sampai ke bangku perkulihaan, dapat mengenal potensi bencana alam.

Selain itu mereka juga diharapkan dapat berperan aktif di dalam lingkungannya masing-masing.

Untuk metode pelajarannya sendiri yang diajarkan adalah melalui buku cerita, karton, games bahkan internet (medsos).

Hasil dari pendidikan sangat siginifikan yaitu saat saat tsunami 2011, di sekolah Kamaishi, dengan 3000 siswa yang dapat di evakuasi secara cepat dan tepat sebelum bencana sehingga di perkirakan tidak ada korban yang jatuh sama sekali dari sekolah tersebut. Di saat bersamaan tercatat 15.894 orang korban meninggal (baca di sini)

Melihat fakta di atas, kurikulum pendidikan kebencanaan merupakan urgensi yang harus menjadi konsen pemerintah ke depan, selain perbaikan menyeluruh dari early warning system (ESW).

Early warning system yang menjadi Late warning system

Berkaca dari tsunami yang terjadi 3 hari lalu (22 desember 2018), Data korban sementara hingga Senin (24/12/2018) pukul 17.00 WIB, tercatat 373 orang meninggal dunia, 1.459 orang luka-luka, 128 orang hilang, dan 5.665 orang mengungsi . Di kutip dari kompas.com 

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulisnya "Tidak adanya peringatan dini tsunami juga menyebabkan jatuh korban yang cukup banyak karena masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk evakuasi,"

Sedangkan dari Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan "tsunami yang terjadi di karenakan longsoran di lereng gunung anak Krakatau yang di akibatkan oleh erupsi gunung sehingga tidak terdeteksi oleh alat EWS yang hanya mendeteksi gempa tektonik"

"Kedepan di perlukan koordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) terkait pencegahan tsunami akibat aktivitas gunung berapi" lanjut prof karnawati.

Sebagai orang awan, kondisi ini sangat memperihatinkan. Begitu banyak badan / lembaga yang di bentuk di Negara ini, akan tetapi faktor koordinasi selalu menjadi hambatan.

Solutif dan aplikatif

Ring of fire, bukan sesuatu yang harus di takutkan. Dalam setiap musibah pasti ada hikmah yang harus di hambil. Bangsa Indonesia masih akan menghadapi "takdir bencana" di karenakan letak nya di dalam "ring of fire".

Ada beberapa hal yang menjadi catatan agar kedepan nya mitigasi bencana dapat berjalan dengan baik yaitu:

  • Edukasi pendidikan bencana sejak dini,
  • koordinasi dan sinergitas antar badan-lembaga terkait, Badan meterologi klimatologi dan geofisika, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan badan nasional penanggulanang bencana (BNPB)
  • Hukuman Pidana yang maksimal bagi vandalisme alat-alat EWS
  • Hukuman Pidana yang maksimal bagi korupsi alat-alat EWS
  • Kewajiban bagi pengelola wisata tepi pantai untuk mengikuti medsos dari BMKG agar waspada bencana
  • Peran aktif masyarakat yang tidak membangun di daerah merah pantai
  • Peran aktif pemerintah daerah mengenai penyuluhan di daerah-deareh resiko bencanca alam.

Bencana alam adalah sebuah "keharusan" dari hukum keseimbangan alam. Manusia bertindak sesuai kodrat keilmuannya agar bisa beradaptasi dengan bencana tersebut dan bersikaf solutif serta aplikatif.

Untuk Indonesia yang lebih baik .

Note :

Tulisan ini saya tulis saat terjadi tsunami di palu -- donggala beberapa waktu yang lalu sebagai keperihatin terhadap saudara-saudara saya yang menjadi korban.

Kali ini kembali saudara-saudara saya menjadi korban atas tsunami yang melanda di banten dan lampung.

Semoga kedepannya disaster risk reduction bisa mencegah atau paling tidak mengurangi korban dari saudara-saudara saya. Amiin .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun