Hoax, satu kata yang begitu populer saat ini. Saat saya mengenal medsos FB di tahun 2008, sangat sedikit berita berita hoax yang ada. Malah bisa di hitung dengan jari. Media online yg ada saat itu terbilang sedikit. Validasi berita bisa di katakan mencapai 90 persen.Â
Saat ini, 10 tahun setelah saya mengenal FB, saya sangat jarang menggunakan MEDSOS tersebut. Berita-berita "hoax" yang sering menghiasi halaman2 depan medsos. Berita yang memancing keributan para netizen. Saling mencaci maki, menghujat, bukan budaya bangsa indonesia. Bangsa yang terkenal akan sopan santun, ramah tamah serta berbudi pekerti luhur.Â
Indonesia "krisis" oleh hoax
Bagaikan cendawan di waktu hujan. Memasuki musim pemilu dan pilpres, sebaran hoax makin menjadi jadi. Dan yang terheboh dan terbaru. Hoax penganiayan seorang wanita berumur 70an, seorang aktivis yg lantang, yg kritis. Sedemikian dashyat nya tsunami oleh hoax tsb hingga capres no 2 menggelar konpres. Tudingan demi tudingan di layangkan. Para aktivis peduli "RS" berkumpul dan menghempaskan "kesalahan" kepada capres no.1. Â Membuat suasana makin panas di akar rumput, di tengah indonesia berduka akan gempa dan tsunami di palu dan donggal.
Stop hoax, sekarang juga!!
Sudahilah kawan, mari kita bangun kebersamaan akan persaudaraan. Indonesia ini besar. Mari bersaing secara sehat.Â
Hidupkan benih2 persaudaraan. Hindari berita berita hoax.Â
Akhirnya hanya akan ada perpecahaan dan permusuhan bila hoax yang terus menerus dipupuk.
Batam 3 oktober 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H