Mohon tunggu...
Prasetyo Wicaksono
Prasetyo Wicaksono Mohon Tunggu... -

Generasi Frustasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Si Besar dan Si Kecil

2 Januari 2017   15:35 Diperbarui: 2 Januari 2017   15:44 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pinterest.com

"Kau seperti bus kota atau truk gandengan
Mentang-mentang paling besar klakson sembarangan.

Aku seperti bemo atau sandal jepit
Tubuhku kecil mungil biasa terjepit.
Kepada siapa ku mengadu?"

Sepenggal lirik Bang Iwan yang sarat akan makna. Menggambarkan kondisi sosial saat ini. Kondisi yang hampir remuk diterkam fanatisme yang terkesan mem-bahluli.

Ini bukan soal buaya yang hobi makan cicak, ataupun cicak yang takut dimakan buaya. Terlalu naif, jika tak mengakuinya. Negriku mulai dangkal.

Bukan hanya di negeri ini, di Amerika kalau mau kerja si Muslim dilarang berhijab, jenggot dikit dikira teroris, Di Rohingnya saudara-saudara Muslim dibakar hidup-hidup karena diduga mengancam, di Israel, tokoh agama Yahudi melarang pemasangan pohon natal. Di Indonesia sendiri? Huehue, orang ibadah di gereja saja dibubarkan.

Mungkin teman-teman kita ini terlalu sibuk ber-agama, sampai-sampai lupa bagaimana ber-kemanusiaan.

Gus Mus pernah mengatakan, "Sembelihlah kebinatanganmu, hidupkanlah kemanusiaanmu."

Atau mungkin teman-teman kita ini mulai lupa arti sila ke-2 Pancasila itu sendiri? Ya, maklumlah, mungkin pas pelajaran agama dan PKN mereka cuman bolos main Dota.

Mungkin masing-masing agama punya cara sendiri untuk beribadah kepada Tuhan. Tapi, bukankah setiap agama mempunyai tujuan yang sama? Sama-sama ingin mencapai kebahagiaan yang kekal?

Mungkin benar, di dunia ini, si Besar sok berkuasa di hadapan si Kecil, sedangkan si Kecil merasa kerdil di hadapan si Besar.

Padahal Gus Dur pernah bilang, "Tidak penting apa pun agamamu atau sukumu, kalau kamu bisa melakukukan sesuatu yg baik untuk semua orang, Orang tidak akan tanya apa agamamu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun