Tiongkok kembali dihadapkan pada wabah Human Metapneumovirus (HMPV). Lonjakan kasus HMPV membuat rumah sakit  kewalahan menangani pasien dengan gejala yang menyerupai flu berat.
Setelah pandemi Covid-19,Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, dr. Nurmila, mengungkapkan bahwa peningkatan kasus HMPV di Tiongkok diduga disebabkan oleh pola penularan virus ini.
Virus HMPV cenderung aktif pada akhir musim hingga musim semi di wilayah beriklim sedang. "HMPV merupakan bagian dari keluarga Paramyxoviridae dan dapat menyebar melalui percikan pernapasan, kontak langsung, atau benda yang telah terkontaminasi,"Â jelas dr. Nurmila dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (4/12/24).
Gejala infeksi HMPV meliputi batuk, demam, dan sesak napas, yang dapat berkembang menjadi kondisi serius seperti bronkitis atau pneumonia, terutama pada kelompok rentan. Meski sekilas mirip flu, HMPV memiliki karakteristik berbeda.
"Influenza cenderung menimbulkan gejala sistemik yang lebih berat, seperti nyeri otot dan demam tinggi, sedangkan HMPV lebih berfokus pada gangguan saluran pernapasan," tambahnya.
HMPV diketahui dapat menyebabkan infeksi pernapasan serius, terutama pada anak -anak dan lansia. Penyebarannya yang cepat menimbulkan kekhawatiran bahwa virus ini dapat menyebar ke negara lain, termasuk indonesia.
Dr. Nurmila menekankan pentingnya langkah pencegahan, seperti menjaga daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat, khususnya di musim hujan, untuk mencegah penyebaran virus. "Tanda bahaya seperti demam tinggi, kesulitan bernapas, atau perubahan warna kulit menjadi kebiruan memerlukan penanganan medis segera," tuturnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H