Mohon tunggu...
Abdurrahman Imam Prasetyo
Abdurrahman Imam Prasetyo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

@Anakstan

Selanjutnya

Tutup

Money

Industri Indonesia Perlu Berkaca!

16 Oktober 2014   00:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:51 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.pedrollopumps.com/images/industry.gif

[caption id="" align="aligncenter" width="575" caption="Image : http://www.pedrollopumps.com/images/industry.gif"][/caption]

Banyak kisah sukses pembangunan industri yang bisa kita lihat dari Negara-negara di sekitar Indonesia.  Hal ini tentunya bisa dijjadikan bahan acuan Indonesia untuk menjadi semakin lebih baik lagi. Singapura dan Malaysia bisa maju seperti sekarang karena pembangunan industri dan jasa yang semakin baik. Jepang dan Korea Selatan yang dahulunya tak terlalu jauh berbeda dengan Indonesia, sekarang menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Banyak hal yang bisa kita contoh dari kisah sukses beberapa negara ini.

Pada tahun 1961, delapan tahun setelah perang saudara dengan Korea Utara, pendapatan tahunan Korea Selatan berhenti pada $82 per orang. Penghasilan orang Korea Selatan rata-rata kurang dari separuh penghasilan warga Ghana ($178).

Perang Korea merupakan salah satu perang yang paling banyak menumpahkan darah sepanjang sejarah manusia dengan memakan empat juta korban jiwa hanya dalam waktu tiga tahun (1950-1953). Separuh jumlah pabrik di Korea Selatan dan lebih dari 75% rel kereta hancur. Negara ini telah memperlihatkan kemampuan organisasionalnya dengan berhasil menaikkan rasio melek huruf penduduknya hingga 71% dari Cuma 22% pada tahun 1945. Tetapi pada umumnya, Korea ketika itu, dipandang sebagai sebuah keranjang sampah kegagalan pembangunan. Laporan internal tahun 1950-an dari USAID ( Lembaga bantuan pemerintah AS ) menyebutkan bahwa Korea sebagai sumur tanpa dasar. Ketika itu, ekspor utama Korea adalah ikan, dan komoditas-komoditas pokok lainnya.

Hal ini tentunya mirip dengan kondisi Indonesia sekarang. Namun, kini Korea Selatan justru mengalami pertumbuhan yang sangat luar biasa. Samsung, sekarang dikenal sebagai salah satu eksprortir terbesar dunia untuk telepon genggam, semi konduktor, dan computer. Padahal, dahulu kondisi jauh berbeda dengan sekarang. Perusahaan ini memulai dengan mengekspor ikan, sayuran, dan buah-buahan pada tahun 1938, tujuh tahun sebelum kemerdekaan Korea dari Jepang. Hingga tahun 1970-an, bisnis utamanya adalah tekstil dan rafinasi gula yang dimulai pertengahan 1950-an.

Ketika beralih ke industri semi-konduktor dengan kepemilikan 50% saham dalam Korea Semikonduktor pada tahun 1974, tak seorang pun yang menganggapnya serius. Samsung bahkan tidak memproduksi televisi berwarna hingga 1977 ketika perusahaan itu, pada 1983, mengumumkan niatnya untuk menyaingi industri semikonduktor kelas berat AS dan Jepang, dengan mendesain chip-nya sendiri, hanya sedikit orang yang bisa diyakinkan. Dan sekarang Samsung menjadi salah satu perusahaan elektronik terbesar di dunia. Korea Selatan pun menjadi negara maju dan menjadi bahan acuan bagi negara lainnya.

Tidak berbeda jauh dengan Singapura. Negara ini sangatlah kecil, mungkin Jakarta lebih besar ketimbang Singapura. Akan tetapi, Negara ini sangatlah kecil, mungkin Jakarta lebih besar dibanding Singapura. Akan tetapi Negara ini memiliki perusahaan Negara yang sangat sukses. Singapore Airlines adalah salah perusahaan penerbangan yang paling dipandang tinggi di dunia. Sering terpilih sebagai perusahaan penerbangan paling disukai, paling efisien dan ramah. Tidak seperti penerbangan lain, Singapore Airlines tak pernah merugi dalam 35 tahun sejarahnya.

Perusahaan itu milik Negara, 57% dikontrol oleh Temasek, holding company yang menjadi pemegang saham satu-satunya adalah Kementrian Keuangan Singapura, Temasek Holdings memiliki saham pengendali disekumpulan perusahaan lain sangat efisien dan sangat menguntungkan. Sektor BUMN Singapura dua kali lebih besar dari BUMN Korea, bila diukur dari kontribusinya bagi produk nasional. Kalau diukur dari investasi nasional keseluruhan, besarnya hampir tiga kali lipat disbanding Korea. Sektor BUMN Korea sendiri sekitar dua kali lebih besar dari Argentina dan lima kali lebih besar dari Filipina, diukur dari andilnya pada pendapatan nasional. Tetapi, baik Argentina maupun Filipina secara popular dipercaya telah gagal karena banyak beban, sementara Korea dan Singapura sering diberi tabik sebagai kisah sukses pembangunan ekonomi yang dipacu oleh sector swasta.

Inilah kisah sukses dari Negara-negara se-regional yang seharusnya di tiru oleh Indonesia. Kita bisa membangun banyak hal disini dan pasti bisa mengalahkan pencapaian yang telah dicapai Korea Selatan dan Singapura. Indonesia mempunyai kemampuan untuk mencapainya dan yang terpenting adalah adanya niat yang besar serta keseriusan dari pemerintah. Pemerintah harus benar-benar terjun langsung agar nantinya Indonesia bisa memiliki industri atau perusahaan-perusahaan top yang bisa mengangkat derajat dan perekonomian Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun