Mohon tunggu...
Abdurrahman Imam Prasetyo
Abdurrahman Imam Prasetyo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

@Anakstan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Doktrin Penyeimbang Skill Mahasiswa

18 Oktober 2014   23:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:31 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="245" caption="Image : Linked"][/caption] Sekarang ini banyak sekali doktrinasi yang menyebar di kalangan mahasiswa tentang kuliah dan organisasi. Para mahasiswa ini menyerukan bahwa kuliah merupakan tuntutan utama sebagai sarana membangun hard skill. Sementara itu organisasi adalah pengimbangnya sebagai soft skill. Kedua elemen tersebut terlahir untuk saling melengkapi satu dengan yang lain.

Hard skill diharapkan mampu mengantarkan seseorang sukses dibidangnya. Di sisi lain, soft skill membantu seseorang meningkatkan kemampuan dalam bidang-bidang lain di luar akademis, semisal kemampuan berbicara didepan publik (public speaking) hingga memperluas pergaulan dan relasi. Pada akhirnya kedua elemen ini mengantarkan manusia sebagai pelaku kehidupan untuk dapat meraih kesuksesan.

Sebagian mahasiswa yakin sepenuhnya akan hal itu. Tentu hal ini tidak ada salahnya, karena suatu pendapat bisa dijustifikasi di sisi kebenaran dan kesalahannya.

Saat ini Indonesia adalah negara dengan jumlah calon pekerja jauh melampaui lapangan kerja yang tersedia. Setiap tahun, jumlah angkatan kerja selalu meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 6,32% atau sebesar 7,61 juta orang. Sementara jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 120,4 juta orang, bertambah sekitar 3 juta orang dibanding angkatan kerja pada Agustus 2011, yang berjumlah 117,4 juta orang.

Kita akan lebih terkejut jika melihat data dari Kementerian UKM dan Koperasi yang merilis setidaknya ada 493.000 sarjana lulusan perguran tinggi yang hanya jadi pengangguran. Lantas, apakah lulusan perguruan tinggi ini salah? Apakah mereka tidak menguasai hard skill dan soft skill?

Selama ini, Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta telah terlalu banyak menanamkan doktrin. Seolah-olah, dengan menguasai soft skill dan hard skill, maka kesuksesan sudah didepan mata. Padahal, sebagai seorang pelajar yang terpenting adalah bagaimana ia membuat inovasi-inovasi terbaru dalam kehidupan bermasyarakat.

Tujuan kita menuntut ilmu di bangku kuliah tak lain dan tak bukan adalah untuk menuntut ilmu. Pada akhirnya segala hal yang kita pelajari maupun pengalaman yang kita dapatkan bisa memberikan manfaat kepada lingkungan sekitar. Semua itu tak lain adalah bentuk dari pertanggungjawaban kita, sebagai golongan yang sering dielu-elukan sebagai “agent of change”. Dan sebagaimana orang bijak sering berkata, maju ataukah mundurnya suatu bangsa tergantung dari pemudanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun