Cedera kaki kanan saya kian serius saja. Pasca pemasangan pen, saya berharap kondisinya semakin baik. Awalnya demikian, tapi seminggu berikutnya masih demikian. Sebenarnya, saya harus rehat dulu dari kegiatan yang membutuhkan tekanan batin, eh maaf maksudnya aktivitas fisik.
Sebab, aktivitas fisik tentu saja berimplikasi pada kaki kanan saya yang seharusnya masih proses pemulihan. Sungguh saran recovery selama tiga bulan dari dokter ini membuat saya tersiksa. Mau tak mau, saya tidak memanjat pohon kelapa dulu. Laopo, kurang kerjaan aja!
Namun, sakit ini justru memberikan banyak hikmah. Di Alquran telah dijelaskan bahwa ”Sesungguhnya di dalam setiap kesulitan itu terdapat kemudahan” (QS Al Insyirah).
Salah satunya, saya bisa mencurahkan waktu lebih banyak untuk kepentingan warga RT 48 di kompleks perumahan kami. Misalnya, mengawal pendirian taman baca berbasis poskamling, membina karang taruna sebagai kader literasi kampung, dan mengonsep program literasi masuk masjid.
Sebagai pengurus RT, saya sebenarnya juga merasakan galau. Pasalnya, angka kelahiran meningkat di perumahan kami. Hal ini menyebabkan aktivitas menyusui di ruang publik a.k.a. gang-gang perumahan cukup tinggi. Sepertinya perlu regulasi untuk mengatur masalah ini secara bijak.
Sungguh ini sangat merisaukan. Karena itu, saya akan segera berkoordinasi dengan para pengurus lainnya untuk membicarakan regulasi ini dengan baik-baik. Sebab, saya tak mau lagi jatuh dari sepeda gara-gara kehilangan konsentrasi sesaat setelah ada ibu-ibu muda yang memberikan ASI kepada bayinya di ujung gang.
16 September 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H