”Membaca buku akan memberikan dunia yang tidak terbatas.”
~ Pepatah
*****
Profesi paling keren itu ada tiga, setidaknya dari kacamata subjektif saya. Pertama, bakul mlijo (tukang sayur keliling). Kedua, ibu rumah tangga. Ketiga, penulis.
Apaaaaa? Mengapa mesti bakul mlijo se? Alasan paling utama tentu saja ia seorang entrepreneur atau wirausahawan. Guru besar Unitomo Surabaya Prof Sam Abede Pareno yang mantan wartawan Jawa Pos pernah mengatakan bahwa dirinya lebih angkat topi kepada orang yang berwirausaha meski hanya mlijo ketimbang orang yang menjabat direksi di perusahaan bonafide.
Terus terang kalimat itu selalu terngiang-ngiang di telinga saya. Membuat benak saya terlempar pada ingatan tentang bakul mlijo di Magelang, Jawa Tengah, yang berjualan sayur keliling dengan naik sepeda motor sport seharga Rp 54 juta. Namanya Tanto Dwi Anggoro yang sehari-hari menjajakan sayur keliling dengan tunggangan Yamaha R25 dengan kapasitas mesin 250 cc.
Dia mendadak tenar setelah salah satu kliennya mengunggah foto si bakul mlijo dengan motor sport-nya yang gagah itu di media sosial. Saking hebohnya, Dwi menjadi pemberitaan di kompas.com pada akhir Desember 2014. Tunggu, jangan skeptis dulu. Dwi mengaku membeli kendaraan dinasnya tersebut secara tunai dengan cara menabung selama enam tahun (kompas.com, 28/12/2014).
Di luar fenomena Dwi tersebut, sejatinya profesi mlijo membutuhkan kompetensi matematika, kompetensi bahasa, kompetensi komunikasi pemasaran, kompetensi statistik neraca pemasukan dan pengeluaran, serta kompetensi analisis peluang pasar. Gilak! Tidak banyak orang yang sadar lho dengan hal ini. Tidak hanya itu, seorang bakul mlijo dituntut mempunyai daya ingat yang baik. Ini dilakukan pada saat ia mengingat jalan-jalan kampung atau wilayah baru untuk membuka peluang bisnisnya.
Bakul mlijo yang baik juga memiliki layanan yang optimal. Waktunya dimanfaatnya secara efektif. Dini hari pergi ke pasar untuk kulakan sayur, pagi sudah ngider ke mana-mana, siang targetnya adalah kulakan habis, sore mencatat neraca pemasukan dan pengeluaran, malam istirahat, dini hari bersiap berangkat lagi ke pasar. Sosoknya juga sentral. Sehari saja ia absen tidak berdinas, hampir bisa dipastikan sebagian ibu-ibu di kampung dan kompleks perumahan bakal dibikin pusing. Betapa mulia profesi mlijo ini.
Kedua, profesi ibu rumah tangga. Ia bisa disebut pahlawan dan sosok serbabisa. Ia mampu memainkan peran sebagai asisten rumah tangga, istri, ibu, kreator, dan pengatur keuangan yang luar biasa. Setiap insan selayaknya angkat topi dan menghormati seorang ibu rumah tangga. Maka tidaklah mengherankan apabila seorang kepala rumah tangga pun tak berani macam-macam di depan bininya (#bercermin diri).
Ketiga, nah ini yang Om suka, yaitu penulis. Inilah profesi keren. Penulis tidak mengenal kata pensiun layaknya PNS. Profesi di bidang literasi ini juga tidak mengenal kasta sehingga tidak ada ceritanya seorang penulis yang munduk-munduk di depan pejabat sekalipun. Semua itu dianggap memiliki kedudukan yang sama.
Tidak heran jika di Inggris Raya banyak anak muda yang menginginkan profesi ini. Dikutip dari situs CNN Indonesia (23/2/2015), YouGov melakukan survei kepada 15 ribu orang dan 60 persen di antaranya mengutarakan sangat ingin menjadi penulis buku.
Penulis menduduki peringkat pertama dalam daftar profesi paling diinginkan, jauh di atas akademisi (ke-2), desainer interior (ke-3), dan jurnalis (ke-4). Bagi kebanyakan anak-anak muda di Britania Raya, penulis buku dianggap sebagai pekerjaan yang sangat bergengsi. Selain bisa menuangkan gagasan, kritik sosial, dan imajinasi, profesi ini menjanjikan keuntungan. Salah satu kiblat sukses penulis bagi kalangan muda-mudi Inggris ialah J.K. Rowling yang melejit lewat novel laris Harry Potter. Iklim membaca yang sangat baik di Britania Raya turut mengangkat profesi penulis dan melahirkan penulis-penulis kondang.
Bagaimana dengan di Sidoarjo, Indonesia? Dari pengamatan saya kepada para remaja di Karang Taruna Graha Asri Sukodono, beberapa di antaranya bercita-cita menjadi dokter, insinyur, serdadu, polisi, guru, dan cita-cita lain yang selalu umum kita dengar. Tidak ada yang ingin menjadi bakul mlijo dan ibu rumah tangga. Hanya ada satu remaja yang punya keinginan menjadi penulis seperti ketua RT pembina karang taruna setempat. Anaknya agak autis dan pernah terlibat kasus sandal yang tertukar saat shalat Tarawih. Berangkat sandal jepit baru, pulang malah pakai sandal jepit butut punya marbot. Duh!
Sidoarjo, 16 April 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H