Mohon tunggu...
Eko Prasetyo
Eko Prasetyo Mohon Tunggu...

Hingga Januari 2015, penggemar wedang kopi ini baru menulis 30 buku. Kini ia melanjutkan sekolah di Pascasarjana Unitomo Surabaya. Alasan utamanya kuliah S-2 adalah menghindari omelan istri.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kata Geming

16 Juli 2013   02:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:30 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Ada koreksi tentang kata geming di mailing list Ikatan Guru Indonesia (IGI) atas tulisan saya yang memuat kata bergeming yang berarti diam. Korektornya dikenal dengan sapaan Kang Moko (Moko Darjatmoko). Saya menjulukinya kamus berjalan karena referensinya yang kaya. Diskusinya menarik karena Kang Moko keukeuh mengutarakan bahwa saat ini terjadi salah kaprah di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tentang kata geming.

”Kata bergeming itu maknanya bergerak/bergeser sedikit, bukan diam (dari bahasa Melayu pasar yang tahun 1950-an banyak dipakai di buku-buku silat klasik),” tulisnya (milis IGI, 15/7/2013).

”Mereka yang baca buku silat tahun 1950-1960-an tidak asing dengan kata ini dan artinya adalah beranjak/bergerak/bergeser sedikit yang hampir selalu dipakai dalam bentuk negatif tidak bergeming. Contoh kalimatnya: Digempur dengan jurus paling lihai dari Go-Bie-yang-kang, Boe Kie sama sekali tidak bergeming, malahan seluruh tubuhnya merasa nyaman. Dalam bahasa Inggris, padanan yang tepat untuk kata ini adalah to budge, v [usu. with negative] to make or cause to make the slightest movement,” tulisnya lagi.

Ia menilai, terjadi kekeliruan untuk penjelasan kata bergeming di KBBI. ”Tidak berarti kamus itu sendiri tanpa cacat. Kata geming, bergeming didefinisikan oleh KBBI sebagai diam saja; tidak bergerak sedikit jua,” tegas pria yang lama bermukim di Amerika Serikat tersebut.

Menurut saya, KBBI memang bukan tanpa cela. Misalnya, ada kata dasar yang membingungkan seperti perhati dan hati yang berdampak pada pembentukan kata memperhatikan atau memerhatikan. Apabila kata dasar yang dipakai adalah perhati dan diberi awalan me- dan akhiran -kan, maka hasilnya adalah memerhatikan (kata dasar yang berkonsonan /p/ luluh kalau bertemu awalan me-).

Namun, jika yang dipakai adalah hati dan diberi imbuhan mem-, per-, dan -kan, maka bentuknya ialah memperhatikan (tidak luluh).

Kendati demikian, dalam kasus bergeming, saya yakin bahwa para ahli bahasa seperti Prof Anton Moeliono dkk di Pusat Bahasa yang mengeluarkan KBBI pasti tidak gegabah. Saya lantas menyinggung alasan Kang Moko yang mendasarkan argumentasinya berdasar sebuah cerita silat. Tetapi, ia punya pendapat berbeda.

”Tidak penting apakah buku yang dijadikan rujukan itu cerita silat atau komik. Yang penting, buku tersebut mewakili era yang lebih duluan. Menarik kalau dipikir buku-buku silat tahun 1950-1960-an itu adalah pemakai terakhir bahasa Indonesia dialek Melayu Pasar. Yakni, sebuah bahasa (dialek, pidgin) yang memudar seperti banyak bahasa kecil-kecil di nusantara,” paparnya.

Kang Moko juga memberikan rujukan lain yang menurut dia lebih komprehensif. Yakni, Comprehensive Indonesian-English Dictionary, 2nd ed. (Stevens & Schmidgall-Tellings, 2010). Di halaman 312, terdapat penjelasan sebagai berikut.

geming (J) bergeming (nowadays frequently also tak bergeming) ”not move a limb/hair/eyelid, not raise/lift a finger, never move/ budge, stay put. Hatinya tak __. He remained indifferent (when threatened).

*****

Terus terang saya sangat penasaran dengan penjelasan Kang Moko dan bersemangat untuk mencari tahu asal usul kata geming ini. Saya lantas membongkar rak buku bahasa di rumah dan menemukan buku Analisis Perbandingan Kata dan Istilah Bahasa Melayu-Indonesia karangan Nyoman Tusthi Eddy (Nusa Indah, 1987). Sayang, kata yang saya cari (geming) tidak ada.

Di buku Pos Jaga Bahasa Indonesia (Gatot Susilo, Unipress Unesa, 2000) dan Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (J.S. Badudu, Gramedia, 1984) juga tidak ada uraian tentang kata geming. Kata ini baru saya temukan di Buku Praktis Bahasa Indonesia jilid ke-2 (Pusat Bahasa), namun sudah tentu rujukannya dipertentangkan oleh Kang Moko.

Saya kemudian mencari informasi di situs resmi Pusat Rujukan Persuratan Melayu (PRPM) milik pemerintah Malaysia, yaknihttp://prpm.dbp.gov.my. Di situ dijelaskan secara singkat tentang kata bergeming, yaitu berdiam sahaja, tidak bergerak. Sumbernya diambil dari Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia edisi keempat (sumber http://prpm.dbp.gov.my/Search.aspx?k=geming).

Tak berhenti di situ, saya juga mengecek di kamus Basa Kawi-Djarwa yang disusun W.J.S. Poerwadarminta terbitan Balai Pustaka (1945, versi e-book hasil mengunduh di situs 4shared.com), namun tidak menemukan kata geming ataupun yang mirip dengannya. Di kamus Sansekerta hasilnya juga nihil.

Dari upaya pencarian ke beberapa literatur, saya menarik kesimpulan bahwa kata geming memang berasal dari bahasa Melayu. Menurut situs resmi PRPM yang mengambil rujukan dari kamus DBP Malaysia, geming diartikan diam. Sementara bergeming memiliki makna berdiam saja atau tidak bergerak.

Namun, sebagaimana sebelumnya, penjelasan tersebut sudah dibantah oleh Kang Moko dengan rujukan dari cerita silat klasik tahun 1950-an dan Comprehensive Indonesian-English Dictionary edisi kedua. Plus argumentasinya yang lain.

Apakah diskusi ini sudah menemukan titik temu? Belum! Saya akan memburu literatur Melayu lain tentang kata geming ini. Bagaimanapun masalah ini tidak sepele. Apabila memang terjadi salah kaprah, harus ada tindakan untuk meluruskannya.

Tidak ada yang paling benar atau yang paling salah dalam diskusi ini. Yang ada hanya perlunya sikap peduli terhadap bahasa Indonesia. Itu saja.

Kota Delta, 16 Juli 2013

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun