Gambreng tenan! Bakul pecel dan bakul ketan susu saja berdialog dalam bahasa Inggris. Itulah sekilas kehidupan masyarakat di Kampung Inggris, Pare, Kabupaten Kediri. Sekitar 2008, setelah les bahasa Inggris di English First Surabaya, saya memberanikan diri ikut kursus singkat di Kampung Inggris.
Dari sisi historis, Kampung Pare ini kali pertama diinisasi oleh Kalend Osen lewat Basic English Course (BEC) pada 1985. Artinya, usianya kini hampir 30 tahun. Perkembangannya dimulai ketika beberapa alumnus BEC tertarik mendirikan lembaga kursus serupa di daerah sekitar.
Saat ini tercatat ada sekitar 300 tempat kursus bahasa Inggris di sana. Kampung Inggris bisa dijumpai di Desa Tulungrejo dan Desa Singgahan. Kultur berbahasa Inggris semakin terbangun dengan banyaknya lembaga kursus bahasa Inggris di daerah setempat. Tak heran jika masyarakat mulai PNS, petani, ibu rumah tangga, hingga penjual ketan bubuk (makanan khas Pare) bercas-cis-cus coro Londo (bule).
Itu dulu, enam tahun silam. Sekarang sudah banyak penduduk pendatang di Kampung Inggris. Beberapa bakul ketan susu dan pedagang pecel yang saya temui ternyata menyambut pembeli dengan bahasa Jawa halus (krama Inggil). Terutama bakul yang sepuh atau kewut a.k.a. oversek (over seket/di atas 50 tahun).
Kampung Inggris menjadi salah satu destinasi wisata edukasi favorit di Kabupaten Kediri. Apalagi, Pare menyimpan banyak nilai sejarah kejayaan kerajaan Hindu masa lalu. Suasana yang asri dan ramah lingkungan pun menjadi daya tarik tersendiri di Kampung Inggris.
Aktivitas ecotransport menjadi pemandangan sehari-hari. Di Kampung Inggris banyak warga dan peserta kursus yang memanfaatkan sepeda onthel. Persewaan sepeda di sana pun cukup banyak. Untuk angkutan umum, kita bisa memanfaatkan sepur kelinci alias odong-odong.
Bagi yang berminat ikut kursus bahasa Inggris, pemesanan tempat kursus dan asrama minimal dilakukan tiga pekan atau satu bulan sebelum mengikuti kelas. Hampir semua lembaga kursus bahasa Inggris di sini menawarkan program-program unggulan masing-masing. Misalnya, keunggulan TOEFL, tata bahasa, hingga percakapan.
Bukan hanya masyarakat lokal, banyak pula peserta kursus yang berwajah bule hingga pelancong dari berbagai negara di Asia. Jika mampir ke Kampung Inggris, jangan lupa kuliner khas ketan bubuk dan ketan susu. Selain pelayanannya yang ramah dan penganannya yang enak, penjualnya siap meladeni kita bercakap-cakap dengan bahasa Inggris.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H