Ternyata, selendang tersebut milik bidadari jelita yang bernama Dewi Nawangwulan. Singkatnya, Jaka Tarub akhirnya berhasil memperistri bidadari itu.
Mereka hidup rukun meski dengan kondisi ekonomi serba terbatas. Untungnya, meskipun tak bisa kembali ke kahyangan, Dewi Nawangwulan masih memiliki kesaktian. Yakni, menanak nasi hanya dari satu butir padi.
Dewi Nawangwulan pernah meminta kepada suaminya untuk berjanji tidak membuka periuk nasi yang tengah dimasak. Namun, Jaka Tarub melanggar pesan itu.
Ia membuka periuk nasi dan kaget saat melihat di dalamnya hanya ada satu butir beras. Dewi Nawangwulan mengetahuinya. Pada saat bersamaan, ia menemukan kembali selendangnya yang pernah dicuri Jaka Tarub.
Nawangwulan akhirnya kembali ke statusnya sebagai bidadari. Jaka Tarub meminta maaf kepada istrinya tersebut agar tidak menerima hukuman dari para dewa. Namun, ia tetap dihukum atas kesalahan yang telah dilakukan. Yakni, Jaka Tarub tidak akan pernah lagi bertemu dengan istrinya.
Sementara, anak mereka, Dewi Nawangsih, yang masih kecil disepakati ikut Jaka Tarub. Nawangwulan memberikan cara kepada Jaka Tarub jika Nawangsih kelak ingin bertemu ibunya. Yaitu, membakar tumpukan jerami di depan halaman rumah. Setelah berpisah dengan Nawangwulan, Jaka Tarub menangis dan menyesali kesalahannya.
Ketika selesai mendongeng, aku melihat anak-anak sangat antusias. Mereka mendengarkannya dengan saksama. Kemudian aku lantas bertanya kepada mereka tentang nilai yang bisa diambil dari cerita Jaka Tarub tersebut.
”Kita nggak boleh mencuri sesuatu yang bukan milik kita!” ucap Nurul, 10 tahun, salah satu peserta les.
”Wow, bagus…!” pujiku.
Aku lantas menambahkan, kisah Jaka Tarub mengisyaratkan nasihat bahwa manusia tidak boleh melanggar janji. Artinya, kalau berjanji mesti diupayakan untuk ditepati. Jangan seperti juru kampanye yang mengobral janji hanya saat pilkada atau pilpres, namun ketika menjabat lupa akan janji-janji yang pernah dilontarkan.
”Bagaimanapun, janji adalah utang…” tegasku menutup cerita menjelang sore itu. Anak-anak segera mengemasi tas masing-masing. Bersiap pulang. Semoga pesan moral tersebut melekat di benak mereka semua.