Mohon tunggu...
Eko Prasetyo
Eko Prasetyo Mohon Tunggu... profesional -

Hingga Januari 2015, penggemar wedang kopi ini baru menulis 30 buku. Kini ia melanjutkan sekolah di Pascasarjana Unitomo Surabaya. Alasan utamanya kuliah S-2 adalah menghindari omelan istri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jika Pelajar SMA Menulis Skripsi

15 Agustus 2014   18:02 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:28 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu muncul berita yang belum bisa dikonfirmasi kebenarannya. Ini berkaitan dengan rencana Kemendikbud mewajibkan siswa SMA menulis skripsi. Di salah satu forum diskusi, banyak yang bilang bahwa berita itu hoax.

Namun, saya tak hendak mengupas benar atau tidaknya berita tersebut. Saya berpikir dan berandai-andai apabila para pelajar SMA benar-benar diwajibkan menulis skripsi. Pasti nyahok!

Betapa tidak, lha wong banyak mahasiswa yang masih kelabakan menulis skripsi, bahkan ada saja yang mencoba berbuat culas dengan memanfaatkan jasa joki skripsi. Kalau siswa SMA sudah diharuskan membuat skripsi, pasti terjadi pro-kontra layaknya ujian nasional (UN).

Ketika budaya menulis di kalangan pelajar Indonesia belum bisa dikatakan menggembirakan, kewajiban menulis skripsi bagi mereka tentu saja rawan menuai persoalan. Ujung-ujungnya, yang dikhawatirkan justru budaya salin tempel (copy paste).

Saya ingin berkaca pada diri sendiri. Selama mengenyam bangku SD hingga SMA, saya hanya piawai menulis kalimat: "Saya berjanji tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi" sebanyak satu lembar full.

Pelajaran menulis yang muncul di pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah kita ternyata belum mampu meningkatkan keterampilan menulis siswa. Apalagi jika guru mengajarkan dengan model yang kaku dan membosankan.

Sejatinya, saya setuju apabila karya tulis ilmiah remaja diberlakukan bagi pelajar tingkat SMA. Mengapa? Sebab, kemampuan menulis KTI akan berguna jika mereka duduk di bangku kuliah. Syarat menulis di perguruan tinggi adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar.

Tetapi, melihat Kemendikbud belum memberikan perhatian besar pada pengembangan literasi (terutama creative writing), rasa-rasanya harapan bahwa siswa SMA menghasilkan skripsi itu terlalu muluk.

Kemendikbud masih sibuk pada tataran formalitas seperti sertifikasi dosen dan guru, kurikulum 2013, atau ujian nasional. Pembangunan sumber daya manusia tampaknya belum menjadi kesadaran untuk segera membuat keputusan solutif atas berbagai persoalan di dunia pendidikan kita. Padahal, persaingan bebas tingkat ASEAN sudah mengintip tahun depan.

14 Agustus 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun