Mohon tunggu...
Eko Prasetyo
Eko Prasetyo Mohon Tunggu... profesional -

Hingga Januari 2015, penggemar wedang kopi ini baru menulis 30 buku. Kini ia melanjutkan sekolah di Pascasarjana Unitomo Surabaya. Alasan utamanya kuliah S-2 adalah menghindari omelan istri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Katakan Cinta dengan Buku

31 Agustus 2014   16:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:00 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalau orang terdekat Anda sedang berultah, adakah kejutan yang Anda berikan? Apa? Nggak ada? Kebangeten! Itu yang mojok, apa yang akan Anda berikan sebagai kejutan? Apa? Innova? Mantabs, yang penting didapat dari kerja halal yak!

September tahun ini nyonya berultah ke-32. Kadonya sudah saya siapkan sejak Juli silam, yakni buku puisi yang saya tulis sendiri. Judulnya Romansa Secangkir Kopi.

Iya sih, saya pun sebenarnya ingin memberikan kado yang out of the box seperti kambing betina yang montok dan sehat. Tapi, angan itu musnah karena kami ndak punya area yang cukup di rumah untuk memelihara kambing.

Mau ngado cincin akik, saya takut diwadulkan ke mertua. Karena hanya bisa menulis, ya saya menyiapkan kado buku yang ditulis sendiri saja. Jadilah Romansa Secangkir Kopi itu. Mengatakan ketulusan cinta dengan buku rasanya akan berbeda. Tentu saja isinya bukan melulu urusan cinta, tapi juga pesan-pesan hidup.

Dua guru besar Unesa yang selalu terlihat memesona dalam berbagai suasana, Prof Lies Amin Lestari dan Prof Luthfiyah Nurlaela, turut memberikan pengantarnya. ”Melalui buku puisi yang dilabeli Romansa Secangkir Kopi ini, kita akan dapat belajar melihat bahwa cinta bisa diungkapkan secara sederhana dengan memotret apa yang kita rasakan dan kita lihat di sekeliling dengan menggunakan bahasa yang sederhana,” tulis Prof Lies.

Bukunya sudah siap, tinggal cara memberikannya agar dapat menciptakan nuansa kejutan. Sebab, kalau kado buku tersebut diberikan sak nyuk begitu saja, rasanya kurang gereget dan terlalu biasa. Tidak ada efek wow.

Bagaimana jika saya meminjam becak yang sering mangkal di Perum Graha Asri Sukodono, lalu menggowesnya hingga ke sekolah tempat nyonya mengajar dan memberikan buku itu dengan memanggilnya melalui toa? Gila! Ini baru mantap brur! Ini cara gila mengatakan cinta dan selamat ultah kepada istri. Saya sudah membayangkan betapa hebohnya saat itu dan keesokan hari nyonya langsung mengajukan surat pengunduran diri.

31 Agustus 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun